PEDANG ROH (EFESUS 6:17)

Terimalah pedang Roh, yaitu Firman Allah (Efesus 6:17)

Alat terakhir dalam perlengkapan senjata Allah merupakan satu-satunya senjata yang berfungsi ganda yaitu sebagai kekuatan untuk defense sekaligus offense. Itulah fungsi sebuah pedang. Di antara keenam perlengkapan tersebut, kebanyakan berfungsi untuk defense yaitu menjaga supaya Kekristenan mampu bertahan ketika menghadapi serangan musuh sehingga tidak mudah dicelakakan.
PEDANG ROH (EFESUS 6:17)
Ketika melihat tentara Romawi membawa pedang, Paulus berpikir bahwa dalam Kekristenan, pedang melambangkan Firman Allah yang merupakan inti dan tempat berpijak seluruh fondasi iman untuk dipertanggungjawabkan keluar. Hal ini sangat penting dalam seluruh praanggapan kehidupan karena kekuatan besar yang dapat dipakai untuk menyerang keluar hanyalah pedang. Dengan demikian, iman tidak berhenti hanya di dalam diri seseorang. Inilah perbedaan besar antara iman Kristen sejati dengan iman lain termasuk Kekristenan yang salah.

Dalam iman lain, baik filsafat, agama termasuk atheisme dan kepercayaan tertentu, sering kali hanya berkekuatan defense yaitu tidak mau disinggung dan disentuh. Jika dilawan dengan pertanggungjawaban Firman yang benar maka reaksi mereka adalah marah atau acuh tak acuh dan tidak berani menjawab karena takut akan resikonya yaitu keruntuhan iman, sistem dan konsep yang dimilikinya. Karena itulah mereka takut berurusan dengan gerakan Reformed Theology.

Ketika Firman Tuhan dinyatakan, tindakan itu bukan sekedar fanatisme atau defense mechanism ke dalam untuk mempertahankan diri supaya aman, tetapi sekaligus dapat dipertanggungjawabkan keluar sehingga orang lain dapat menyaksikannya. Inilah kekuatan yang kemudian dinyatakan oleh seorang teolog besar di abad 20 yaitu Cornelius Van Till.

Ia mengatakan bahwa kekuatan Kekristenan adalah Firman dan ketika diberitakan, Firman tidak hanya mempertanggungjawabkan diri tetapi sekaligus offense untuk mempertanyakan status seseorang setelah mendengarnya. Jika pembicaraan tentang Firman belum mencapai tingkat itu maka dapat disimpulkan bahwa Firman belum dimengerti dan diberitakan dengan baik. Dengan kata lain, pedang belum digunakan dengan tepat.

Paulus termasuk orang yang sangat brilliant karena telah mempelajari berbagai macam filsafat, agama dan iman hingga mengetahui semua intrik, permainan konsep pemikiran, acuan dasar serta motivasi manusia. Maka ia dengan tepat tidak memberikan celah untuk dapat menyelewengkan bagian terakhir ini. Selain itu, dengan cermat ia menambahkan satu atribut indah yaitu ‘Roh’ karena istilah ‘pedang Firman’ itu sangat berbahaya, riskan dan dapat menimbulkan salah pengertian yang menyesatkan di tengah dunia. Memang, Firman adalah kekuatan besar Kekristenan tapi dapat disalahgunakan dan dipermainkan demi kepentingan pribadi. Dengan ungkapan lain, pedang yang tajam sanggup menolong sekaligus mencelakakan dan merusak jika pemakaiannya salah.

Pedang Roh harus bersifat roh sesuai dengan pemiliknya yaitu Roh Kudus. Dan pemakaiannya tidak boleh menyalahi kebijakan pemiliknya. Sesungguhnya, ada dua alasan Paulus dengan cermat menulis, “Terimalah pedang Roh, yaitu Firman Allah” (Efesus 6:17)

1. Pertama, kemungkinan besar, pedang ini dapat menimbulkan multi-interpretasi ketika berada di tangan manusia, sebagai akibat dari pemakaian sesuka hati. Setiap orang cenderung memakai aturan dan caranya sendiri untuk memanipulasi Alkitab demi kepentingan pribadi. Walaupun postmodernisme belum ada pada zaman Paulus tapi bidat bernama Gnostik sudah muncul dengan basic presupposisi atau landasan filsafat non-Kristen yaitu Sophiesme dari Yunani kuno yang berusaha membangun konsep relativisme. Orang Gnostik selalu berpikir bahwa merekalah empunya gnosis atau pencerahan sehingga berhak untuk mengatakan apa saja yang dianggap sebagai kebenaran.

Karena itu, Gnostisisme dapat disebut sebagai format kuno postmodern dan new age di mana setiap orang termasuk Kekristenan dapat memutlakkan dan menganggap dirinya paling benar. Lalu Gnostik Kristen menginterpretasikan Alkitab sekehendak hati. Padahal Alkitab mengatakan bahwa Firman Allah adalah pedang Roh sehingga harus diinterpretasikan secara tepat sesuai dengan sumber kebenaran yaitu Roh Kudus. Dengan Roh yang sama, interpretasi semua orang seharusnya juga sama. Dengan demikian, terjadi keseragaman dan keutuhan dalam iman Kristen serta tidak memberi peluang terjadinya multi-interpretasi dan permainan konteks.

Sebagai contoh, jika Alkitab mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya Juru selamat dan tak seorang pun dapat datang kepada Bapa kecuali melalui Dia maka tidak ada yang berhak mengatakan banyak jalan menuju ke Surga. Ironisnya, dalam Kekristenan yang salah terdapat banyak tafsiran dan pengembangan pengertian bahkan muncul pendapat bahwa untuk masuk ke Surga, Yesus tidak diperlukan lagi karena yang terpenting adalah menjalankan ritus Kekristenan seperti berbuat baik, pergi ke Gereja serta mengikuti Sakramen Baptis dan Perjamuan Kudus.

2. Kedua, Alkitab juga bukan sekedar masalah tafsiran tetapi merupakan masalah interpretasi aplikatif. Hal ini juga sangat berbahaya karena pedang Roh telah dipakai untuk menghindari kesalahan pertama tetapi malah masuk ke dalam kesalahan kedua. Banyak orang Kristen memakai ayat Alkitab dengan tafsiran yang benar tetapi motivasinya salah.

Karena itu, Gereja Reformed tidak terlalu menunjang mimbar dengan khotbah topikal melainkan eksposisional yaitu berdasarkan ayat yang seharusnya sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pemakaian pedang Roh. Sebagai contoh konkret, pada Minggu lalu telah dibahas Efesus 6:17a mengenai ketopong keselamatan. Maka kali ini dibahas Efesus 6:17b mengenai pedang Roh.

Seorang pembicara atau pengkhotbah sanggup memakai ayat Alkitab dengan topik tertentu dan tafsiran yang tepat untuk menyalahkan orang lain. Dengan demikian, pedang Roh telah dimanipulasi untuk mengaplikasikan kebencian pribadi. Alkitab mengatakan bahwa itu bukan sifat Roh Kudus. Tafsirannya memang tepat tapi motivasi, sikap dan tindakannya telah keluar dari sifat Roh. Maka Firman Tuhan harus dipelajari berkaitan dengan inspiratornya sehingga dapat dipakai sesuai pencerahan Roh Kudus karena hati nurani telah terlepas dari semua interest pribadi.

Orang Kristen yang tidak mau belajar Firman dapat diilustrasikan seperti tentara yang hendak maju perang dengan memakai semua perlengkapan senjata kecuali pedang. Padahal Tuhan telah memberikan seluruh perlengkapan. Maka Kekristenan harus kembali pada kehendak Roh agar mampu menggunakan secara tepat setiap pemberian-Nya. Selain itu, belajar juga mengandung ide yaitu kesungguhan seseorang dalam mengasah keterampilannya menggunakan pedang Roh yaitu Firman Tuhan. Ironisnya, banyak orang Kristen tidak memiliki kesempatan atau bahkan keinginan dan kerinduan untuk mempelajari Firman dengan serius walaupun sulit serta membutuhkan waktu lama seperti halnya para pesilat dan tentara.

Firman Tuhan itu sangat hebat dan kuat karena merupakan basis kebenaran sejati seluruh alam semesta yang melampaui ruang, waktu dan person. Jika sesuatu dianggap benar oleh seseorang tetapi menurut orang lain tidak benar maka konsep itu belum benar karena manusia memang bukan kebenaran sejati. Jika hari ini, sesuatu dianggap benar tapi besok menjadi salah maka konsep itu pun bukan kebenaran sejati melainkan kebenaran partial atau temporal.

Kalau sesuatu dianggap benar di Indonesia tapi di Amerika berubah menjadi salah maka itulah kebenaran spacial yang dibatasi oleh ruang tertentu. Kesimpulannya, kebenaran sejati tidak dapat dipersalahkan kapan pun dan di mana pun ia berada. Maka kebenaran science bukanlah kebenaran sejati karena terkunci oleh waktu. Misalnya, 400 tahun yang lalu, banyak orang mempercayai bahwa alam semesta berpusat pada bumi (geosentris).

Namun setelah itu, konsep tersebut berubah menjadi heliosentris di mana matahari sebagai pusat alam semesta. Dengan demikian, hanya Firman Tuhanlah yang memenuhi syarat kebenaran sejati yaitu tidak dibatasi oleh pribadi (multi-person). Alkitab ditulis oleh 40 orang dari berbagai macam kalangan antara lain theolog, raja, nelayan dan sebagainya, serta berasal dari multi-culture dengan multi-bahasa seperti budaya Yunani, Yahudi dan lain-lain. Namun tulisan mereka menyatu, tidak tergantung pada budaya tertentu dan tidak dapat dipersalahkan karena ada yang mengatur di belakangnya. Selain itu, Alkitab ditulis mulai dari tahun 1400 SM hingga tahun 100 Masehi tanpa ada yang terbuang karena sudah kadaluwarsa. Bahkan Alkitab sanggup menceritakan seluruh kejadian semenjak dunia diciptakan, berproses hingga berakhir.

Kebenaran sejati mutlak tidak memerlukan adanya perkecualian. Sebagai contoh, ada Gereja yang mengatakan bahwa baptisan selam itu lebih sah daripada percik. Jika tidak demikian maka mutlak keselamatannya terancam kecuali ia sedang sakit atau alergi. Padahal Alkitab tidak pernah memberikan ide baptisan dengan perkecualian.

Bagaimanapun juga, kekuatan kebenaran Firman Tuhan bukanlah fanatisme kosong maupun produk manusia melainkan pedang bermata dua. Alkitab bukan sekedar kebenaran rasional yang dapat diperdebatkan karena tujuan akhirnya adalah untuk menegur, memproses dan merubah seseorang hingga menjadi orang Kristen sejati sebelum memberitakannya. Setelah itu barulah orang tersebut mampu merubah kehidupan orang lain menuju pada kebenaran sejati.

Setiap kali diberitakan, Firman Tuhan seharusnya mampu membawa orang lain untuk bertumbuh lebih baik karena tidak bersifat law system yang menghakimi dan menghancurkan. Jika tidak demikian maka Firman akan bersifat kejam sekali dan berubah menjadi alat pembunuh. Alkitab mengatakan bahwa orang Kristen memang berhak menilai dan menyadarkan orang lain akan dosa tetapi tidak berhak menghakiminya karena pembalasan bukanlah hak manusia melainkan hak Allah, kecuali Ia memberikan hak dan tugas khusus pada seseorang untuk melakukan penghakiman berdasarkan institusi Firman. Setelah itu, orang tersebut akan dituntut untuk bertanggungjawab kepada-Nya.

Barang siapa menghakimi maka ia akan dihakimi berdasarkan standard penghakimannya sendiri. Bagaimanapun juga, Firman Tuhan mengajarkan moralitas dengan tingkat kesucian tertinggi di seluruh dunia hingga dapat dijadikan sebagai penata moral dan hakim teradil yang paling objektif serta jujur dalam kehidupan manusia. Selain itu, Firman adalah inspirator terdalam dalam kehidupan manusia untuk mengerti akan dunia ini.

Tanya-Jawab : Pedang Roh (Efesus 6:17)

1. Bagaimana cara menggunakan Pedang Roh dalam kehidupan sehari-hari?

Pedang Roh merupakan metafora yang digunakan dalam Alkitab, yaitu dalam Efesus 6:17, yang menggambarkan firman Allah sebagai senjata untuk melawan kejahatan dan godaan di dunia ini. Dalam kehidupan sehari-hari, cara untuk menggunakan Pedang Roh adalah dengan membaca dan mempelajari firman Allah secara teratur, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Membaca Alkitab setiap hari akan membantu kita untuk memahami kehendak Allah dan mendapatkan kekuatan dari-Nya. Selain itu, kita juga dapat menghadiri persekutuan gereja dan memperdalam pengetahuan kita tentang firman Allah melalui khotbah dan pelajaran Alkitab. Dengan begitu, kita dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupan sehari-hari dan mengatasi godaan serta tantangan yang dihadapi.

Selain itu, kita juga dapat menggunakan Pedang Roh dengan mendoakan dan memohon bimbingan dari Allah dalam setiap keputusan yang diambil. Dengan meminta bimbingan dari-Nya, kita akan dapat menghindari kesalahan dan menjalani hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.

Dalam kesimpulannya, cara untuk menggunakan Pedang Roh dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan membaca dan mempelajari firman Allah secara teratur, menghadiri persekutuan gereja, mengaplikasikan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupan sehari-hari, serta memohon bimbingan dari Allah dalam setiap keputusan yang diambil.

2. Apa perbedaan antara Pedang Roh dengan senjata lainnya?

Pedang Roh yang disebutkan dalam Efesus 6:17 adalah metafora untuk firman Allah. Perbedaan utama antara Pedang Roh dan senjata lainnya adalah bahwa Pedang Roh tidak bersifat fisik seperti senjata lainnya. Pedang Roh adalah kebenaran, keadilan, damai sejahtera, iman, keselamatan, dan firman Allah yang hidup dan aktif dalam hati orang percaya. Senjata fisik seperti pedang, tombak, atau busur hanya dapat memberikan perlindungan sementara dalam kehidupan ini, sedangkan Pedang Roh memberikan perlindungan abadi dan kekuatan rohani bagi orang percaya.

3. Apa saja keuntungan menggunakan Pedang Roh dalam menghadapi tantangan hidup?

Pedang Roh adalah salah satu perlengkapan perang yang disebutkan dalam Efesus 6:17. Dalam konteks Kristen, Pedang Roh melambangkan Firman Tuhan yang hidup dan kuat. Ada beberapa keuntungan dalam menggunakan Pedang Roh dalam menghadapi tantangan hidup:

1. Kekuatan spiritual: Pedang Roh memungkinkan kita untuk menghadapi tantangan hidup dengan kekuatan spiritual yang diberikan oleh Firman Tuhan. Ketika kita memahami dan mempraktikkan Firman Tuhan, kita akan memiliki kekuatan untuk mengatasi segala tantangan hidup.

2. Perlindungan: Pedang Roh juga melambangkan perlindungan dari serangan roh jahat. Dengan menggunakan Pedang Roh, kita dapat melawan segala bentuk godaan dan pengaruh jahat yang dapat menghancurkan hidup kita.

3. Kebenaran: Pedang Roh juga melambangkan kebenaran. Ketika kita memegang Pedang Roh, kita akan mampu membedakan antara benar dan salah, sehingga kita dapat membuat keputusan yang bijak dan tepat dalam menghadapi tantangan hidup.

4. Kemenangan: Dengan menggunakan Pedang Roh, kita akan mampu memenangkan pertempuran spiritual dan mengatasi segala tantangan hidup dengan kemenangan. Sebab, Firman Tuhan adalah senjata yang paling ampuh dalam menghadapi segala bentuk tantangan hidup.

Baca Juga: Injil Damai Sejahtera (Efesus 6:15)

Oleh karena itu, menggunakan Pedang Roh dalam menghadapi tantangan hidup adalah sangat penting bagi setiap orang Kristen. Kita harus memahami dan mempraktikkan Firman Tuhan agar kita dapat menggunakan Pedang Roh dengan efektif dan mendapatkan keuntungan dari kekuatan spiritual yang diberikan oleh Firman Tuhan.

4. Bagaimana cara memperkuat Pedang Roh dalam diri kita?

Pedang Roh adalah salah satu senjata spiritual yang diberikan kepada kita sebagai orang percaya. Untuk memperkuat Pedang Roh dalam diri kita, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan:

1.Baca dan renungkan Firman Tuhan secara teratur. Pedang Roh adalah Firman Tuhan (Efesus 6:17), sehingga semakin kita mengenal Firman Tuhan, semakin kuat Pedang Roh dalam diri kita.

2. Berdoa secara teratur. Doa adalah cara kita berbicara dengan Tuhan dan meminta bantuan-Nya untuk memperkuat Pedang Roh dalam diri kita.

3. Jauhi dosa dan perbuatan yang tidak menyenangkan Tuhan. Dosa dan perbuatan yang tidak menyenangkan Tuhan dapat melemahkan Pedang Roh dalam diri kita.

4. Bergabunglah dengan persekutuan doa dan persekutuan orang percaya lainnya. Kita dapat saling mendukung dan memperkuat iman serta Pedang Roh dalam diri kita melalui persekutuan.

Dengan melakukan hal-hal tersebut, kita dapat memperkuat Pedang Roh dalam diri kita dan siap menghadapi segala tantangan spiritual yang akan datang.

5. Apa itu Pedang Roh (Efesus 6:17)?

Pedang Roh adalah salah satu perlengkapan perang yang disebutkan dalam kitab Efesus 6:17 yang melambangkan firman Allah. Pedang Roh juga dapat diartikan sebagai kekuatan dan kebijaksanaan yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang percaya untuk melawan kejahatan dan godaan.
Pdt. Sutjipto Subeno
Next Post Previous Post