4 KECERDASAN YUSUF DI KITAB KEJADIAN

4 KECERDASAN YUSUF DI KITAB KEJADIAN
Ada 4 (empat) aspek kecerdasan Yusuf, seperti : kecerdasan moral, intelektual, spiritual dan emosional 

1.Kecerdasan Moral (Kejadian. 37:2)

(Ini adalah keturunan Yakub. Yusuf berumur tujuh belas tahun, masih muda, menggembalakan ternak bersama dengan saudara-saudaranya, anak-anak Bilha dan Zilpa, kedua istri ayahnya. Dan Yusuf membawa laporan jahat kepada ayah mereka).

Yusuf berumur 17 tahun, bekerja sama seperti saudara-saudaranya yakni sebagai gembala. Yang membedakan adalah Yusuf masih muda dan mengetahui perbuatan-perbuatan jahat saudara-saudaranya.

Yusuf melaporkan kejahatan itu kepada ayah mereka – Yakub dan ini menjadi semacam tanda konflik yang mendominasi cerita tentang kehidupan Yusuf.

Laporan Yusuf menunjukkan bahwa dia tidak terlibat dengan kejahatan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya. Hal ini mengindikasikan Yusuf memiliki perbuatan atau moral baik di saat usia masih muda. Menurut Michele Borba, Yusuf memiliki kecerdasan moral. Borba menjelaskan, Kecerdasan moral adalah kemampuan seseorang untuk membedakan perbuatan benar dan salah berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan menerapkannya dalam tindakan.

Teks Kejadian 37:2 menjadi penting karena mencatat bahwa permulaan kehidupan Yusuf adalah mampu membedakan benar dan salah dari sisi moralitas. Ini mengajarkan bahwa kecerdasan moral Yusuf menjadi penentu keberhasilan hidupnya kelak. Kecerdasan moral dianggap sebagai pusat kecerdasan bagi seluruh manusia karena kecerdasan moral ini secara langsung mendasari kecerdasan manusia untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat dalam hidupnya.

Kecerdasan moral memberikan tujuan hidup sehingga manusia menjadi tahu hal yang akan dikerjakan dan alasan itu dilakukan. Tanpa kecerdasan moral, seseorang tidak dapat memberikan makna pada peristiwa maupun pengalaman yang dialaminya. Hal penting dari adanya kecerdasan moral adalah manusia mampu memahami hal benar dan salah dan memiliki keyakinan kuat serta bertindak berdasarkan keyakinan tersebut sehingga dia dapat bersikap benar dan terhormat.

Peristiwa Yusuf menolak ajakan tidur dan bersetubuh dengan istri Potifar membuktikan bahwa dia memiliki keyakinan moral yang kuat (Kejadian 39: 6b-19).

2.Kecerdasan Intelektual (Kejadian 39: 1-3)

( Kejadian 39:1 Sekarang Yusuf telah dibawa ke Mesir dan Potifar, seorang pegawai Firaun, kepala pengawal, seorang Mesir, membeli dia dari tangan orang Ismael yang telah membawa dia ke situ. 2 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, dan dia menjadi seorang yang berhasil dan dia tinggal di rumah tuannya, orang Mesir. 3 Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan TUHAN membuat berhasil segala hal yang dikerjakannya.)

Teks Kejadian 39: 1-6a dapat dibagi menjadi 2 bagian yakni Allah menyertai Yusuf (1-2) dan Yusuf dipercayai oleh Potifar (3-6a). Yusuf disertai oleh Allah sehingga dia berhasil menjadi orang kepercayaan Potifar.

Klausa "tetapi TUHAN menyertai Yusuf" (lihat juga 39:21) menjadi pernyataan yang langsung menunjukkan bahwa Allah menjadi sentral di dalam perjalanan kehidupan Yusuf di negeri asing.

Kejadian 39: 2 langsung menyatakan bahwa Yusuf adalah orang yang berhasil. "berhasil" menyatakan adanya Allah yang membuat hidup Yusuf menjadi berhasil dan ini kembali diulang di ayat 3 dan 5.6 Indikator pertama keberhasilan Yusuf adalah dia dapat tinggal di rumah Potifar. Tinggal di rumah Potifar berarti suatu kesempatan emas dan Yusuf mampu memanfaatkan kesempatan itu dengan mengerjakan segala sesuatu secara berhasil (3). Hal ini membuat Yusuf menjadi orang kepercayaan Potifar dengan memegang kuasa atas rumah dan kekayaan Potifar (4-5). Suatu kepercayaan yang jarang diberikan kepada orang asing seperti Yusuf. Yusuf disertai Allah, dia tinggal di rumah Potifar, mengerjakan segala sesuatu menjadi berhasil, dan akhirnya dikasihi serta diberikan kuasa untuk mengatur rumah dan kekayaan Potifar secara penuh.

Penderitaan Yusuf yang dijual oleh saudara-saudara kandungnya sendiri berubah menjadi keberuntungan atau keberhasilan di negeri asing karena penyertaan Allah. Penyertaan Allah adalah sumber keberhasilan Yusuf. Di tengah situasi hidup yang sama sekali berbeda dan penderitaan yang dihadapi, Yusuf tidak menyerah dan bersabar menantikan pertolongan Allah.

Tuhan menyertai Yusuf namun itu membutuhkan ketangguhan dan kesabaran Yusuf. Di sinilah Yusuf untuk pertama kalinya diuji di negeri asing namun membuat dirinya memiliki mentalitas yang baru. Menurut Rhenald Kasali, Yusuf merupakan tipe pribadi pengemudi, (driver), bukan penumpang, (passenger). Dia memiliki self driving yang kuat yang ditandai dengan mentalitas pemenang: tidak puas atau pasrah pada keadaannya, memecahkan masalah, belajar hal-hal yang baru, berani menghadapi risiko, tidak mengeluh, tidak banyak komplain dan menyalahkan orang lain, dan sabar menghadapi segala kesulitan

Tuhan menyertai Yusuf telah mengubah Yusuf yang lama (seorang anak kesayangan dengan perlakuan istimewa dari keluarga dan hidup dalam zona kenyamanan) menjadi Yusuf yang baru yang memiliki mentalitas sebagai pemenang (lihat kata tidak Tuhan Penyertaan‖). berhasil, ―מַ קְ לִ ִ֑יחַ mudah bagi Yusuf karena dia tidak lagi hidup di zona nyaman. Terjadi perubahan besar pada diri Yusuf. Yusuf berhasil menunjukkan bahwa dia memiliki kemampuan atau kompetensi untuk hidup di negeri asing.

Selain kemampuan untuk hidup di luar zona nyaman, penyertaan Allah tidak lepas dari upaya Yusuf yang mengerjakan segala sesuatu dengan berhasil. Penyertaan Allah tidak menghilangkan upaya manusia, sehingga Tuhan membuat berhasil segala upaya tersebut. Campur tangan Allah menjadi nyata pada orang yang bekerja keras.

Upaya Yusuf menunjukkan sisi kecerdasan dan keterampilan yang dia miliki. Dia diberi kesempatan tinggal di rumah Potifar, mengerjakan segala sesuatu menjadi berhasil, dan akhirnya dikasihi serta diberikan kuasa untuk mengatur rumah dan kekayaan Potifar secara penuh.

Yusuf bukanlah orang sembarangan yang disertai Allah. Yusuf memiliki ciri seorang yang bekerja keras serta memiliki keterampilan yang baik. Dia menjadi pengatur rumah tangga sebesar dan sekelas Potifar; di mana hal tersebut memerlukan kecerdasan manajerial atau keterampilan manajemen

Yusuf bekerja di negeri asing sampai menjadi orang kepercayaan tidak lepas dari kemampuan dan keterampilan manajerial yang dimilikinya. Yusuf memiliki intelektual di atas rata-rata oleh karena Roh Allah ada padanya. Penyertaan Tuhan tentu menjadi faktor yang memberikan pengaruh kuat. Lloyd Reeb mengatakan, bahwa Yusuf menikmati keberhasilan sebab dia mengikuti bimbingan Allah dalam kehidupannya. 

Visi yang dimiliki Yusuf membuatnya mampu mewujudkan apa yang hadir dalam mimpinya selama ini. Penyertaan Tuhan menjadi sebuah faktor sehingga ia menjadi orang yang berhikmat. Kemampuan yang tidak tertandingi oleh orang Mesir adalah sebuah dampak kompetensi intelektual yang dimiliki Yusuf karena penyertaan Roh Allah padanya.

3.Kecerdasan Spiritual (Kejadian 39: 21-23)


( Kejadian 39:21 Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan menunjukkan kepadanya kebaikan, dan membuat Yusuf kesayangan bagi kepada penjara itu. 22 Dan kepala penjara itu mempercayakan semua tahanan yang ada di dalam penjara kepada Yusuf, dan dia mengurusi semua pekerjaan di situ. 23 dan kepala penjara tidak mencampuri segala yang dipercayakan kepada Yusuf karena TUHAN menyertai dia dan apa pun yang dikerjakannya, TUHAN membuatnya berhasil).

Bagian ini kembali menyoroti Allah menyertai Yusuf dan membuat dia menjadi berhasil. Pertama, penyertaan Allah di rumah Potifar. Kedua, penyertaan Allah di penjara. Peristiwa Yusuf di penjara merupakan fitnahan dari istri Potifar (Kejadian 39: 6b-20). Yusuf digoda dan dia mampu mempertahankan integritas moral di hadapan Allah

Yusuf menyadari penuh bahwa godaan istri Potifar dapat menjebak dia berbuat dosa di hadapan Allah. Kekudusan jauh lebih penting dibandingkan kesenangan sesaat. Kesucian akan mendatangkan penyertaan Allah dan di tengah situasi penderitaan kembali Allah menyertai dia hingga berhasil. Ini merupakan aspek kecerdasan spiritual yang dimiliki Yusuf.

Allah menyertai dan menunjukkan kebaikan, istilah ini diulang kembali (selain ayat 2, 3, 4) untuk menyatakan bahwa Allah tidak meninggalkan Yusuf ketika dia dibuang ke penjara

Penyertaan dan kebaikan Tuhan merupakan privilege dan sukacita bagi Yusuf sehingga tidak mengherankan Yusuf dapat bangkit kembali walaupun nama baik dan reputasinya telah hancur.

Yusuf mendapat kepercayaan dari kepala penjara seperti dia mendapat kepercayaan dari Potifar. Yusuf mengurusi semua tahanan di penjara tanpa campur tangan dari kepala penjara dan apa yang dikerjakan oleh Yusuf menjadi berhasil. Kata berhasil kembali digunakan untuk menyatakan bahwa Allah yang menjadikan Yusuf berhasil

Keberhasilan Yusuf bangkit dari keterpurukan yang kedua kali tidak lepas dari penyertaan Allah. Seperti penjelasan di atas, penyertaan Allah membutuhkan keteguhan dan kesabaran serta segala kerja keras. Peristiwa Yusuf di penjara dan menjadi berhasil, melengkapi penyertaan Allah bahwa Yusuf dididik untuk memiliki ketahanan mental atau mental endurance.

Yusuf mengalami masa kegelapan, ketika dia dibuang, dia dapat tinggal di rumah Potifar, namun kali ini dia harus tinggal di penjara di saat keberhasilan yang dia raih dan fitnahan yang harus dia terima demi menjaga kesucian di hadapan Allah. Ketika Yusuf berhasil bangkit, ini merupakan karya Allah dan mentalitas Yusuf semakin bertambah kuat

Yusuf menjalani pertandingan berat: dijual, menjadi budak, difitnah, masuk penjara namun mampu memehuhi 4 aspek dimensi ketahanan mental. Yusuf memiliki focus and self-belief, handling pressure, handling failure and pushing himself to his physical limit

Orang yang memiliki internalisasi nilai rohani yang kuat merupakan orang yang memiliki kecerdasan spiritual

Yusuf adalah orang yang suka mendengarkan suara dan bimbingan Allah sehingga Yusuf menjadi seorang yang bijaksana dan penuh keberhasilan

4.Kecerdasan Emosional (Kejadian 41:37-41)

Kejadian 41:37 Usulan itu kelihatan baik oleh Firaun dan semua pegawainya. 38 Lalu Firaun berkata kepada para pegawainya, Dapatkah kita menemukan orang seperti ini, di dalamnya ada Roh Allah? 39 Firaun berkata kepada Yusuf, Karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidak ada orang yang begitu berakal budi dan bijaksana seperti engkau. 40 Engkau menjadi kuasa atas istanaku, dan seluruh rakyatku akan taat kepada perintahmu, hanya takhta inilah aku lebih besar dari padamu. Kejadian 41:41 Dan Firaun berkata kepada Yusuf, Lihat, aku memberikan kamu kuasa atas seluruh tanah Mesir)

Setelah Yusuf mampu menjelaskan dengan baik mimpi Firaun (Kejadian 41: 25-36), Yusuf menjadi penguasa atas istana Firaun dan seluruh rakyat Mesir (40-41). Alasan yang mendasari hal ini adalah Firaun memandang baik usulan Yusuf untuk mengangkat seorang yang berakal budi dan bijaksana menjadi penguasa Mesir demi mengantisipasi bahaya kelaparan yang akan terjadi di Mesir;

Kata usulan itu kelihatan baik, mengindikasikan bahwa Firaun bisa menerima penjelasan Yusuf tentang mimpinya. Hal ini membawa konsekuensi bahwa Firaun mendapatkan seseorang yang mampu menjadi penguasa Mesir untuk mengantisipasi kelaparan

Apa yang membuat penjelasan Yusuf dapat diterima? Kejadian 41: 38 menjelaskan bahwa Firaun percaya bahwa hanya Yusuf yang (di dalamnya ada Roh Allah) dan di ayat 39 (Allah sendiri yang memberitahu Yusuf tentang arti mimpi Firaun) Bagi Firaun, Yusuf adalah orang yang dipenuhi oleh Roh Allah sehingga menjadi orang yang berakal budi dan bijaksana

Kata "tidak ada orang yang begitu berakal budi dan bijaksana seperti engkau" mengungkapkan betapa spesialnya Yusuf di mata Firaun. Hanya dia satu-satunya yang berakal budi dan bijaksana di negeri Mesir sehingga tidak mengherankan Firaun mengangkat Yusuf menjadi penguasa di istana dan juga rakyat Mesir.

Yusuf menjadi penguasa Mesir yang berakal budi dan bijaksana. Di balik itu semua merupakan karya Allah yang ajaib atas diri Yusuf

Sekali lagi Allah menyertai Yusuf ketika dia dipanggil menghadap Firaun. Penyertaan Allah nyata ketika Yusuf berada di rumah Potifar dan penjara begitu juga ketika Yusuf berada di istana dan menjadi penguasa istana. Penyertaan Allah mendidik Yusuf menjadi seorang yang memiliki mentalitas pemenang, pekerja keras, dan memiliki ketahanan mental.

Pada saat di istana, Allah mendidik Yusuf menjadi orang yang berakal budi dan bijaksana untuk memimpin negeri sebesar Mesir. Peristiwa di rumah Potifar dan penjara telah membentuk mentalitas Yusuf yang kuat. Dia memiliki berbagai kecerdasan yang mendukung dia untuk menjadi seorang penguasa.

Pada bagian teks "berakal budi dan bijaksana" menjadi penting karena melengkapi didikan Allah menjadi seorang Yusuf yang matang secara emosional selain moralitas (seperti kekudusan hidupnya di hadapan Allah), intelektual (keterampilan-keterampilan yang dia miliki seperti manajerial dan bahasa), dan spiritual (mendengar suara dan bimbingan Allah) yang telah dia miliki.

Penyertaan Allah membuat diri Yusuf memiliki kematangan emosional sehingga mampu bersikap bijaksana. Yusuf menjadi matang secara pikiran dan emosi karena mampu memadukannya secara efektif untuk menghasilkan tindakan yang bijaksana. Dia mampu mengantisipasi bahaya kelaparan dengan penerapan strategi yang tepat. Kebijaksanaan Yufuf menunjukkan dia memiliki kecerdasan emosional

Kebijaksanaan Yusuf memimpin negeri Mesir menunjukkan dia memiliki 5 kompetensi tersebut. Kejadian 41: 57 menunjukkan Yusuf berhasil mengantisipasi bahaya kelaparan di negeri Mesir dan bahkan dari seluruh bumi banyak orang datang ke Mesir untuk membeli gandum dari Yusuf. Mesir menjadi pusat pangan bagi dunia. Kebijaksanaan Yusuf memimpin negeri Mesir ditandai oleh:

1. Self-awareness yakni Yusuf menyadari adanya bahaya kelaparan melalui mimpi Firaun. Tentunya Yusuf mendengarkan suara dan bimbingan Allah (Kejadian 41: 27, 30-32);

2. Self regulation yakni Yusuf mampu mengatur penyimpanan gandum, dia menempatkan penilik-penilik atas negeri ini dan dalam tahun ketujuh tahun kelimpahan itu memungut seperlima dari hasil tanah Mesir. Mereka harus mengumpulkan segala bahan makanan dalam tahun-tahun baik yang akan datang dan menimbun gandum di kota-kota sebagai bahan makanan serta menyimpannya (lihat Kejadian 41: 34-36);

3. Social skill yakni Yusuf mampu menggerakkan rakyat Mesir untuk menyimpan bahan makanan (Kejadian 41: 48);

4. Empathy yakni Yusuf banyak menolong rakyat yang kelaparan dari berbagai penjuru bumi termasuk rakyat Mesir sendiri (Kejadian 41: 56-57);

5. Motivation yakni Yusuf memiliki motivasi karena dipercaya untuk memimpin negeri Mesir menghadapi kelaparan yang mengancam.

Yusuf mengalami perubahan secara bertahap hingga menjadi penguasa Mesir

KESIMPULAN

Empat peristiwa utama di dalam kehidupan Yusuf yakni:

Pertama, Yusuf dididik di dalam keluarganya dengan penekanan hidup yang kudus (Kejadian 37:2) menyebabkan Yusuf adalah tipe pribadi yang memiliki kecerdasan moral. Dia memiliki hidup yang berkenan kepada Allah dan ini sebabnya Allah menyertai dia ketimbang saudara-saudaranya.

Kedua, Yusuf dididik oleh Allah di luar keluarganya melalui berbagai pengalaman hidup yang sangat berat. Dia dijual oleh saudara-saudaranya sendiri sebagai budak dan sampai di rumah Potifar. Yusuf disertai Allah hingga menjadi orang berhasil di rumah Potifar (Kejadian 39: 1-3). Di sini, Yusuf adalah tipe pribadi yang memiliki self driving dan kemampuan intelektual dalam hal manajerial dan bahasa.

Ketiga, Yusuf mengalami didikan yang lebih keras setelah dia difitnah dan harus masuk penjara. Namun berkat penyertaan Allah dia berhasil menjadi orang kepercayaan penjara (Kejadian 39: 21-23). Di sini, Yusuf adalah tipe pribadi yang memiliki ketahanan mental dan kecerdasan spiritual.

Keempat, Yusuf mencapai puncak keberhasilan ketika dia dipandang satu-satu orang yang berakal budi dan bijaksana oleh Firaun sehingga dia diangkat menjadi penguasa kedua (Kejadian 41: 37- 41). Dia mampu mengantisipasi kelaparan di Mesir dengan menunjukkan sikap bijaksana yakni 5 kompetensi kecerdasan emosional yang dia miliki

Melalui tinjauan 4 peristiwa utama kehidupan Yusuf di atas, penulis menyimpulkan bahwa penyertaan Allah kepada Yusuf mencakup aspek yang holistik atau menyeluruh. Allah mengubah Yusuf yang lama menjadi Yusuf yang baru yang memiliki kecerdasan bukan hanya soal moralitas tetapi juga intelektual, spiritual, dan emosional
Next Post Previous Post