3 TINDAKAN ORANG TUA KETIKA MENGAJAR ANAK (ULANGAN 6:7)
Ulangan 6:7 TB haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Pengantar
Pengantar
Pemberitaan dalam Ulangan 6:7 menekankan perintah, “Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang.” Kata ‘mengajarkan’ yang digunakan dalam kalimat ini adalah terjemahan dari kata syanan yang dapat diartikan juga dengan ‘mengesankan, mempengaruhi, mencamkan, atau menanamkan kesan’. Penulis lebih memilih untuk menerjemahkan kata syanan dengan kata ‘mengajarkan’, yang memiliki makna menerangi dan membuka wawasan seseorang.
Karena sifatnya menerangi dan membuka wawasan, maka tindakan ini harus dilakukan secara berulang-ulang. Ayat ini sering digunakan oleh para rabi Israel dalam menjelaskan bahwa syanan harus diulang sejak pagi sampai sore hari, khususnya ketika mengajarkan tentang kerinduan dan rasa cinta Tuhan yang begitu agung kepada manusia, sehingga seluruh sisi kehidupan manusia senantiasa ada dalam lingkup kasih sayang Allah.
Ajaran ini adalah sebuah kewajiban yang harus diperdengarkan kepada manusia setiap hari, sehingga setiap orang tua berkewajiban untuk memperdengarkan ajaran ini kepada anak-anak mereka sebagai upaya untuk mewariskan pola hidup beriman (Darmawan, 2019). Mengajar secara berulang adalah pekerjaan penting dan terbaik serta merupakan cara paling efektif untuk membangun tabiat anak.
Kata ‘membicarakan’ berasal dari kata dasar davar, dalam konteks ini dapat diartikan juga dengan ‘percakapan, pembicaraan, perbincangan, atau berbicara’. Melalui kata davar hendak ditekankan tentang pengajaran yang sesungguhnya, yaitu membicarakan pengajaran yang berisi tentang kebenaran yang hakiki dan pembicaraan ini pun harus dilakukan setiap hari, pagi serta petang, dan terus menerus.
Kata ‘membicarakan’ berasal dari kata dasar davar, dalam konteks ini dapat diartikan juga dengan ‘percakapan, pembicaraan, perbincangan, atau berbicara’. Melalui kata davar hendak ditekankan tentang pengajaran yang sesungguhnya, yaitu membicarakan pengajaran yang berisi tentang kebenaran yang hakiki dan pembicaraan ini pun harus dilakukan setiap hari, pagi serta petang, dan terus menerus.
Pembicaraan tentang kebenaran tidak memiliki batasan, sehingga orang tua harus memperdengarkannya kepada anak-anak mereka dengan tiada batas dan bosan. Ulangan 6:7 menegaskan bahwa pengajaran tentang pengenalan akan Allah itu harus dilakukan ketika duduk, dalam perjalanan, berbaring ataupun bangun. Dengan demikian pemberian pengajaran tersebut bersifat representatif, di mana hal ini merupakan cakupan dari semua aktivitas sehari-hari manusia sejak pagi hingga malam hari (I.J. Cairns, 1997, p. 87).
Deane dan Taylor, seperti yang dikuti oleh Taswell, berpendapat bahwa tugas orang tua terhadap anak-anaknya berdasarkan ‘pada waktu duduk, dalam perjalanan, dan berbaring atau bangun dalam hal ini bisa dilihat antara lain mencakup: pertama, tugas orang tua menjawab untuk pertanyaan dari anak, kedua, tanggung jawab orang tua untuk menyampaikan kebenaran Allah kepada anak, dan ketiga, orang tua mempunyai tugas untuk mengatakan kebenaran kepada anak-anaknya
Pembahasan
Pembahasan
Berikut disajikan beberapa tindakan representatif yang harus dilakukan orang tua ketika mengajar dan membentuk karakter seorang anak, yaitu:
1. Apabila Engkau duduk
Pernyataan ‘apabila engkau duduk’ dalam Ulangan 6:7 menyatakan bahwa adanya pendalaman pengajaran keagamaan di rumah, sama seperti halnya di tempat ibadat. Keluarga harus menjadi mezbah peribadatan yang mulia di hadapan Tuhan. Dengan kata lain agama harus menjadi prioritas di dalam keluarga karena kesaksian tentang Allah yang ada dalam Kitab Suci harus diajarkan kepada anak-anak. Ajaran ini harus disampaikan dalam ibadah yang dibangun di dalam rumah dan disampaikan dengan cara yang bijaksana supaya anak-anak mengerti dan memahami (Prasetyo, 2011).
1. Apabila Engkau duduk
Pernyataan ‘apabila engkau duduk’ dalam Ulangan 6:7 menyatakan bahwa adanya pendalaman pengajaran keagamaan di rumah, sama seperti halnya di tempat ibadat. Keluarga harus menjadi mezbah peribadatan yang mulia di hadapan Tuhan. Dengan kata lain agama harus menjadi prioritas di dalam keluarga karena kesaksian tentang Allah yang ada dalam Kitab Suci harus diajarkan kepada anak-anak. Ajaran ini harus disampaikan dalam ibadah yang dibangun di dalam rumah dan disampaikan dengan cara yang bijaksana supaya anak-anak mengerti dan memahami (Prasetyo, 2011).
Setiap orang tua harus memberi contoh positif kepada anak-anak dalam penerapan keluarga yang beribadah yaitu dengan mengadakan ibadah renungan pagi dan malam secara rutin. Melalui tindakan ini, secara tidak langsung, orang tua sudah menyampaikan pesan betapa pentingnya duduk bersama dengan anak-anak dan menyelidiki firman Tuhan.
2. Apabila dalam Perjalanan
Frasa “dalam perjalanan” menekankan keharusan akan adanya pendalaman keagamaan di luar rumah sebagaimana yang dilakukan di dalam rumah, untuk menunjukkan atau menyaksikan keagungan Allah ke manapun orang tua pergi bersama anak-anak (Prasetyo, 2011).
2. Apabila dalam Perjalanan
Frasa “dalam perjalanan” menekankan keharusan akan adanya pendalaman keagamaan di luar rumah sebagaimana yang dilakukan di dalam rumah, untuk menunjukkan atau menyaksikan keagungan Allah ke manapun orang tua pergi bersama anak-anak (Prasetyo, 2011).
Dapat dilihat contohnya dengan mengadakan rekreasi keluarga ataupun mengikuti perkemahan keluarga dari gereja. Alexander, seperti yang dikutip oleh Jones, menyatakan harus ada pendalaman keagamaan di luar rumah sama seperti yang dilakukan di dalam rumah tidak merasa malu bersaksi tentang keagungan Allah (Friedman et al., 2010). Setiap orang tua harus menggunakan waktu untuk mendidik anak di mana saja dan kapan saja.
3. Berbaring dan Bangun
3. Berbaring dan Bangun
Penerapan “apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun” dalam suatu pembentukan tabiat dan kerohanian anak berarti semua sisi kehidupan harus diawali dan diakhiri bersama dengan Tuhan setiap hari, dalam hal inilah sama halnya dengan tidur dan bangun, yang merupakan bagian dari aktivitas kehidupan sehari-hari. Hal ini juga menjadi nilai keagamaan yang sangat penting dalam kehidupan (Koesoema Albertus, 2010).
Setiap orang tua bisa melakukan tindakan pengajarannya tentang Tuhan dengan cara menceritakan cerita Alkitab sebelum anak tidur, berdoa sebelum tidur saat bangun. Dapat diartikan bahwa kehidupan keseharian harus selalu mengutamakan Tuhan dan usaha seperti ini sudah menjadi rutinitas keluarga terus-menerus. Pengajaran ini dapat ditingkatkan dengan kebiasaan anak untuk berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa ketika menjelang tidur maupun itu ketika bangun (Prasetyo, 2011).
Dengan melihat konteks Ulangan 6, maka pengajaran yang diberikan orang tua bertujuan untuk mempertajam pemahaman anak tentang eksistensi Tuhan (dalam bahasa Inggris dikatakan thou shalt sharpen them), di mana hal ini merupakan bentuk figuratif yang diberikan Musa sebagai sebuah instruksi untuk tekun, sungguh-sungguh dan sering (Donnalo, 2020).
Harus dipahami bahwa metode pengajaran pada bangsa Israel, khususnya ketika berada di padang gurun, adalah secara lisan (oral) dan belum terbentuk melalui ajaran tulisan. Oleh sebab itu, pengajaran yang diberikan kepada anak-anak dari mereka, bahkan sejak masih bayi, dilakukan dengan cara berbicara pada setiap kesempatan.
Kesimpulan
Pembentukan karakter anak selalu dimulai dari dalam keluarga. Orang tua memiliki peran
besar untuk membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka. Dalam hal ini orang tua menjadi
contoh bagi anak-anak mereka, seperti dalam perkataan, pengajaran, tindakan, dalam kehidupan
berkeluarga.
Ulangan 6:7 menjelaskan bahwa orang tua berperan penting dalam pembentukan
karakter anak yang dilakukan berulang-ulang kali disampaikan kepada anak supaya mereka
terus mengingat nasehat orang tua. Pembentukan karakter anak yang dimulai dari usia dini
merupakan sebuah tanggung jawab yang Tuhan sudah titipkan pada orang tua.
Orang tua adalah
guru utama dan pertama bagi anak sebelum memasuk ke sekolah. Sebagai guru utama, orang
tua harus bertindak dan menyampaikan kebenaran Allah kepada anak dengan setiap waktu,
setiap saat, pada saat duduk, baring dan secara berulang-ulang orang tua menyampaikan nasehat
kepada anak mereka.
Semua yang diajarkan orang tua harus di wujud nyata kan dalam tindakan
nyata, sehingga seorang anak akan mendapat keteladanan yang nyata dari orang tua. Inilah yang
disebut dengan pendidikan dan pembentukan karakter yang nyata.