AKULAH JALAN, KEBENARAN, DAN HIDUP (YOHANES 14:4-6)
Satu kalimat yang dilontarkan oleh Yesus merupakan kalimat yang mengusik dan sangat dibenci oleh orang-orang yang membenci Kekristenan. Akan tetapi fakta yang sesungguhnya memanglah demi-kian. Sebelum Yesus mengatakan hal itu, Ia menceritakan kepada para murid-Nya ke mana Dia hendak pergi, tetapi bagaimana pun juga mereka tidak pernah dapat mengerti. Yesus tahu, waktu-Nya hampir tiba, tetapi sayangnya para murid tetap saja tidak bisa memahaminya.
“Hanya sedikit waktu saja Aku ada dengan kamu, ”kata-Nya, “dan kemudian Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku.” (Yohanes 7:33). Dia telah mengatakan kepada mereka bahwa ia akan pergi kepada Bapa yang telah mengutus-Nya, dan dengan siapa Dia adalah satu, tetapi mereka belum mengerti juga apa yang sedang terjadi. Bahkan mereka lebih tidak mengerti melalui jalan apa Yesus akan pergi, karena jalan itu adalah jalan Salib.
Pada saat itu para murid menjadi amat bingung. Ada seorang di antara mereka yang tidak pernah mau mengatakan bahwa ia sudah mengerti sedangkan sebenarnya ia belum mengerti, dan itulah Tomas. Ia sangat jujur dan bersungguh-sungguh, Ia tidak merasa puas dengan pernyataan-pernyataan yang saleh dan samar. Tomas ingin mengetahui yang persis. Maka ia menyatakan keragu-raguannya dan ketidak-mengertiannya. Dan hal yang mengherankan ialah bahwa itulah sebuah pertanyaan dari seorang yang ragu-ragu, yang mencetuskan salah satu pernyataan yang terbesar yang pernah diucapkan oleh Yesus. Tidak ada seorang pun perlu malu dengan keragu-raguannya. Adalah suatu kebenaran yang mengherankan dan diberkati Tuhan, bahwa orang yang mencari pada akhirnya akan mendapat.
Yesus mengutarakan kepada Tomas: “Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup.” Itulah ucapan yang besar bagi kita, tetapi lebih besar lagi bagi orang Yahudi yang mendengarnya untuk pertama kalinya. Di dalamnya Yesus menyebutkan tiga dari konsepsi yang besar dari agama Yahudi, dan membuat tuntutan yang hebat sekali bahwa di dalam Dia ketiga-tiganya itu mendapatkan realisasinya.
(1) Orang-orang Yahudi telah banyak membicarakan soal jalan, yang harus dijalani oleh manusia dan jalan-jalan Tuhan.
Tuhan berkata kepada Musa: “Janganlah engkau menyimpang ke kanan atau ke kiri. Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, haruslah kamu jalani.” (Ulangan 5:32-33). Musa berkata kepada umat itu: “Sebab aku tahu, bahwa sesudah aku mati, kamu akan berlaku sangat busuk dan akan menyimpang dari jalan yang telah kuperintahkan kepadamu.” (Ulangan 31:29). Nabi Yesaya telah mengatakan: “Dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: “Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya.” (Yesaya 30:21).
Di dalam dunia yang baru, akan ada jalan raya yang disebut Jalan Kudus, dan pada jalan itu tidak ada seorang pun yang tersesat (Yesaya 35:8). Juru-mazmur berdoa: “Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya Tuhan.” (Mazmur 27:11). Orang Yahudi mengetahui banyak tentang jalan Tuhan, yang di atasnya manusia harus berjalan. Dan Yesus berkata: “Akulah Jalan.”
Apakah yang Dia maksudkan? Seandainya kita berada dalam kota yang asing dan menanyakan jurusan. Seandainya orang asing yang ditanyai itu menjawab: “Ambillah jalan yang pertama ke kanan, dan jalan yang ke-dua ke kiri. Lintasilah taman, kemudian lewati sebuah gedung gereja, ambillah jalan ke-tiga ke kanan, dan jalan yang Saudara cari ialah yang ke-empat di sebelah kiri.” Kemungkinan besar kita sudah tersesat sebelum separoh jalan. Tetapi seandainya orang yang ditanyai itu berkata: “Marilah, saya akan menunjukkan jalan itu.”
Dalam hal yang demikian itu, orang itu sendiri yang menjadi jalan, dan kita tidak mungkin lagi tersesat. Itulah yang Yesus lakukan bagi kita. Dia tidak hanya memberi nasehat dan pengarahan. Dia menuntun kita dan memimpin kita secara pribadi setiap hari. Dia tidak mengatakan kepada kita tentang jalan itu; tetapi Dia adalah jalan itu.
(2) Yesus mengatakan “Akulah Kebenaran.”
Juru-mazmur berkata: “Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu.” (Mazmur 86:11). “Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.” (Mazmur 26:3). “Aku telah memilih jalan kebenaran.” (Mazmur 119:30).
Banyak orang telah menceritakan tentang kebenaran, tetapi tidak ada orang yang pernah mengatakan seperti Yesus itu. Ada satu yang penting mengenai kebenaran moral. Moral seseorang sebenarnya tidak mempengaruhi ajaran orang itu di bidang ilmu geometri atau astronomi atau bahasa Latin. Akan tetapi kalau seorang ingin mengajarkan kebenaran moral, bagaimana watak orang itu akan amat penting.
Seorang yang suka berzina tapi mengajarkan hal pentingnya kesucian; seorang yang suka mencuri barang orang lain, tapi mengajarkan soal nilai kedermawanan; seorang yang bernafsu untuk menguasai tapi mengajarkan tentang keindahan kerendahan hati; seorang pemarah tapi mengajarkan tentang keindahan penguasaan diri; seorang yang mendendam tapi mengajarkan tentang keindahan kasih; bagaimana pun juga semua yang diajarkan tidak akan berhasil.
Kebenaran-kebenaran moral tidak bisa disampaikan hanya dengan kata-kata, tapi harus dengan contoh. Justru itulah yang tidak dapat dilakukan oleh guru manusia yang terbesar sekalipun. Tidak ada guru pernah menghayati dan mendarah-dagingi kebenaran sepenuhnya apa yang ia ajarkan – kecuali Yesus. Banyak orang dapat mengatakan: “Aku telah mengajarkan kebenaran kepadamu.” Hanya Yesus yangdapat berkata: “Akulah Kebenaran.” Hal yang hebat sekali mengenai Yesus ialah bahwa tidak hanya pernyataan mengenai kesempurnaan moral mencapai puncaknya dalam Dia, tapi juga kenyataan (fakta) mengenai kesempurnaan moral mendapatkan realisasinya dalam Dia.
(3) Yesus mengatakan: “Akulah Hidup.”
Penulis Amsal mengatakan: “Perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan.” (Amsal 6:13). “Siapa mengindahkan pendidikan, menuju jalan kehidupan.” (Amsal 10:17). “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan.” (Mazmur 16:11. Pada akhirnya apa yang selalu dicari oleh manusia ialah kehidupan. Yang dicarinya bukanlah pengetahuan untuk hanya mengetahui melainkan apa yang membuat kehidupan itu berharga untuk di hidupi.
Seorang novelis membuat seorang tokoh yang jatuh cinta berkata: “Aku tidak pernah mengetahui apakah kehidupan itu sampai aku melihatnya di dalam matamu.” Kasih membawa kehidupan. Itulah yang dilakukan oleh Yesus. Kehidupan bersama dengan Yesus adalah kehidupan yang sesungguhnya.
Dan ada satu cara untuk menyatakan hal ini semuanya. “Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku,” kata Yesus. Hanya di dalam Dia kita dapat melihat bagaimanakah Allah adanya. Dan hanya Dia saja dapat membawa manusia kepada Tuhan tanpa takut dan malu.
Dan ada satu cara untuk menyatakan hal ini semuanya. “Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku,” kata Yesus. Hanya di dalam Dia kita dapat melihat bagaimanakah Allah adanya. Dan hanya Dia saja dapat membawa manusia kepada Tuhan tanpa takut dan malu.
Alkitab berkata kita hidup hanya satu kali saja di dunia ini, setelah selesai kita akan menghadap kepada Tuhan dan hidup kita akan diadili dan kita akan menerima nanti satu hidup yang lebih indah dan lebih mulia daripada hidup kita sekarang ini. Itulah konsep linear. Maka nanti di hari kebangkitan kita bagaimana memahami dan mengertinya, mari kita melihat hal ini. Di awal pasal 14, Yesus berkata, “Jangan gelisah hatimu, percayalah kepadaKu. Aku pergi ke tempat dimana sekarang engkau belum bisa pergi, tetapi satu kali kelak engkau akan ke sana dan Aku menyediakan satu tempat yang besar di situ untukmu. Kalau seandainya itu tidak ada, Aku akan kasih tahu engkau, karena Aku berasal dari sana…”
Di sinilah perbedaan Yesus Kristus dengan seluruh manusia yang agung di atas muka bumi ini. Manusia yang agung di atas muka bumi ini dengan segala etika dan moral yang paling tinggi yang ada di dalam dirinya, sekuat-kuatnya dia hanya bisa berkata, “Aku hanya bisa mengajarkan dan menunjukkan jalan kebenaran itu kepadamu dan aku akan menjadi satu contoh untuk engkau bisa mempraktikkan itu.”
Hanya sampai di situ. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang pernah dan yang berani dan yang akan bisa berkata seperti Tuhan Yesus di sini, “Aku bukan menunjukkan dan mengajarkan jalan kepadamu. Akulah Jalan itu. Aku bukan mengajarkan kepadamu akan kebenaran. Akulah Kebenaran itu. Aku bukan mengajarkan jalan supaya nanti kamu hidup. Akulah Hidup itu.”
Dengan kata lain, Jalan itu berada di dalam diri Yesus Kristus; Kebenaran itu bersatu dengan Yesus Kristus; dan Hidup itu hanya ada di dalam diri Yesus Kristus. Sehingga siapa yang bersatu dengan Dia, siapa yang menjadi milik Dia, siapa yang percaya kepada-Nya dengan sendiri-nya mereka memiliki Jalan, Kebenaran dan Hidup itu. Amin