AKULAH KEBANGKITAN DAN HIDUP (YOHANES 11:20-27)

Yohanes 11:20 Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Yohanes 11:21 Maka kata Marta kepada Yesus: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Yohanes 11:22 Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya." Yohanes 11:23 Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit." 11:24 Kata Marta kepada-Nya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman. " Yohanes 11:25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, Yohanes 11:26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" Yohanes 11:27 Jawab Marta: "Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia (Yohanes 11:20-27)
AKULAH KEBANGKITAN DAN HIDUP (YOHANES 11:20-27)
Kisah tentang kebangkitan Lazarus yang tertulis dalam Injil Yohanes pasal 11:1-44 merupakan salah satu kisah yang paling indah dan spektakuler yang pernah tercatat di dalam Alkitab. Perikop yang akan kita pelajari adalah perkataan yang sangat penting yang diucapkan oleh Yesus ketika Ia berbicara dan menghibur Marta.

Apa yang dikatakan oleh Marta kepada Yesus, menunjukkan karakter dan wataknya, persis seperti yang pernah diceritakan oleh Lukas tentang Marta dan Maria (Lukas 10:38-42), di mana Marta adalah seorang yang mencintai gerakan (action), dan Maria sebagai seorang yang wataknya lebih suka duduk diam. Demikian juga di sini. Segera setelah diberitakan bahwa Yesus sudah mendekati rumah mereka, maka Marta bangkit untuk menjumpai Yesus, karena dia tidak bisa duduk diam, tetapi Maria tetap berada di belakang.

Pada waktu Marta berjumpa dengan Yesus dia mengatakan isi hatinya. Inilah kata-kata yang paling manusiawi di dalam Alkitab, karena Marta berkata-kata setengahnya dengan teguran yang ia tidak bisa menahan-Nya, setengahnya dengan iman yang tidak dapat digoyahkan oleh siapa pun juga. “Jika Engkau telah berada di sini,” katanya, “saudaraku tidak akan mati.”

Melalui kata-kata itu kita dapat membaca pikirannya. Marta agaknya ingin berkata: “Pada waktu Engkau menerima berita kami, mengapa Engkau tidak segera datang ke sini? Dan sekarang Kau sudah terlambat.” Akan tetapi segera setelah kata-kata itu diucapkan, menyusullah kata-kata iman, iman yang menegaskan kenyataan dan pengalaman. “Walaupun demikian,” katanya dengan nada putus asa, “walaupun demikian aku toh tahu bahwa Tuhan akan memberikan kepada-Mu apa saja yang Kau minta.” Yesus berkata: “Saudaramu akan bangkit kembali.” Jawab Marta: “Aku tahu bahwa dia akan bangkit kembali pada kebangkitan umum pada akhir zaman.”

Nah, itulah suatu ucapan yang penting. Salah satu perkara yang aneh di dalam Alkitab ialah adanya kenyataan bahwa para orang suci di dalam Perjanjian Lama praktis tidak percaya adanya kehidupan yang sungguh sesudah mati. Pada zaman yang lebih kuno, orang-orang Ibrani percaya bahwa jiwa tiap orang, baik atau jahat, masuk ke Sheol. Sheol ini kurang tepat jika diterjemahkan dengan “Neraka”, karena bukan merupakan tempat penyiksaan melainkan merupakan negeri keteduhan. Semuanya masuk ke sana dan mengalami kehidupan yang samar-samar, seperti bayangan, tanpa kekuatan atau kesukaan, semacam kehidupan roh halus. Inilah kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar Perjanjian Lama. Setelah kematian datanglah negeri kesunyian dan tidak ingat, di mana bayang-bayang orang dipisahkan dari manusia dan dari Tuhan.

Namun, akhirnya di dalam Perjanjian Lama pula kita menjumpai juga adanya harapan kekekalan, seperti yang tertuang di dalam kitab Ayub. Dalam menghadapi semua malapetaka yang menimpa dia, dia berseru:

“Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingku pun aku akan melihat Allah, yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.” (Ayub 19:25-27)

Di sini, dalam kitab Ayub kita mempunyai benih sejati dari kepercayaan orang Yahudi mengenai kehidupan yang kekal. Sejarah orang Yahudi adalah sejarah musibah-musibah, penawanan, perbudakan dan kekalahan. Namun orang-orang Yahudi mempunyai keyakinan yang kokoh kuat dan tak tergoyahkan bahwa mereka adalah umat Tuhan sendiri. Dunia ini tidak pernah dan tidak akan menunjukkan hal itu; maka karena itu tidak bisa dihindarkan bahwa mereka memanggil dunia yang baru untuk menyusun kembali segala kekurangan dari dunia yang lama. Mereka melihat bahwa jika rencana Tuhan akan dilaksanakan sepenuhnya; jika keadilan-Nya akan benar-benar dipenuhi; jika kasih-Nya akhirnya akan dipuaskan, perlulah ada dunia yang lain dan kehidupan yang lain.

Seorang bijak pernah berkata, “Teka teki kehidupan akan kurang membingungkan jika kita sampai pada pemikiran bahwa ia belum merupakan babak terakhir dari drama manusia.” Justru perasan itulah yang mendorong orang-orang Yahudi untuk mempunyai keyakinan tentang hidup yang akan datang.
Adalah benar bahwa pada zaman Yesus orang Saduki masih menolak kepercayaan tentang kehidupan sesudah mati. Akan tetapi orang-orang Farisi dan kebanyakan orang-orang Yahudi percaya. Mereka mengatakan bahwa pada saat kematian, dua dunia itu, yaitu dunia yang dikuasai oleh waktu dan yang kekal akan bertemu. Mereka mengatakan bahwa mereka yang mati melihat Tuhan dan mereka menolak untuk menyebut mereka orang mati, melainkan orang hidup. Pada waktu Marta menjawab Yesus dengan jawabannya itu, dia hanya menyaksikan kepada apa yang paling tinggi dapat dicapai dalam iman bangsa itu.

𝐊𝐄𝐁𝐀𝐍𝐆𝐊𝐈𝐓𝐀𝐍 𝐃𝐀𝐍 𝐇𝐈𝐃𝐔𝐏

Ketika Marta menyatakan kepercayaannya sesuai dengan iman orang Yahudi yang ortodoks tentang hidup sesudah mati, sekonyong-konyong Yesus mengatakan sesuatu yang memberi kehidupan dan makna yang baru kepada kepercayaan itu. “Akulah Kebangkitan dan Hidup.” kata-Nya, “dan barangsiapa yang percaya kepada-Ku tidak akan mati selama-lamanya.” Apakah sebenarnya yang Dia maksudkan? Pemikiran seumur hidup mungkin tidak bisa menyatakan arti yang sepenuhnya dari ucapan itu, tetapi kita harus mencoba untuk menangkapnya sebanyak mungkin.

Satu hal adalah jelas – Yesus tidak berpikir dalam arti kehidupan secara jasmaniah. Oleh karena secara jasmaniah tidaklah benar bahwa orang yang percaya tidak akan mati. Orang Kristen mengalami kematian jasmaniah sama seperti orang lain. Kita harus mencari arti yang melebihi arti yang jasmaniah.

(1) Yesus memikirkan tentang kematian akibat dosa. 

Dia berkata: “Jika seorang mati di dalam dosa, bahkan jika melalui dosa-dosanya dia harus kehilangan segala sesuatu yang berharga bagi kehidupan, Aku dapat menghidupkan ia kembali.”

Sebagai kenyataan historis hal itu memang benar sekali. A.M. Chrigwen mengutip contoh dari Tokichi Ishi. Ishi mempunyai catatan pidana (kriminal) yang hampir tidak ada bandingannya. Ia telah membunuh pria, wanita, kanak-kanak, dengan cara yang amat ngeri. Siapa saja yang merintangi jalannya pasti dibunuh tanpa belas kasihan. Sekarang di dalam penjara ia dikunjungi oleh dua wanita Kanada yang mencoba untuk berbicara dengan dia melalui terali besi, tetapi ia hanya melirik kepada mereka seperti binatang buas di dalam kandang. Akhirnya mereka menghentikan usaha mereka; tetapi mereka memberikan kepadanya sebuah Kitab Suci, dengan harapan cara itu akan berhasil. Dan ia mulai membacanya, dan sekali ia membaca ia tidak mau berhenti. Dia terus membaca sampai pada cerita tentang Penyaliban. Dia membaca kata-kata: “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan kata-kata ini menghancurkan dia.

“Aku berhenti,” katanya, “Aku ditikam sampai menembus ke hati, seperti ditikam dengan paku sepanjang lima inci. Apakah aku menyebutnya kasih Kristus? Apakah aku menyebutnya belas kasih-Nya? Aku tidak tahu akan menyebut apa. Aku hanya tahu bahwa aku percaya dan kekerasan hatiku diubah.” Kemudian waktu orang terhukum itu di bawa ke tempat penggantungan, dia tidak lagi nampak sebagai penjahat yang keras dan tidak lagi seperti biasanya, melainkan tampak sebagai orang yang tersenyum dan bercahaya. Pembunuh itu telah dilahirkan kembali. Kristus telah membawa Tokichi kepada kehidupan.

Tidak perlu menjadi dramatis seperti itu. Seseorang bisa begitu memikirkan kebutuhan diri sendiri saja sehingga dia mati terhadap kebutuhan orang lain. Seseorang bisa begitu tanpa perasaan sehingga dia mati terhadap perasaan-perasaan orang lain. Seseorang bisa begitu terlibat dalam ketidakjujuran dan ketidaksetiaan yang keji dalam hidup, sehingga ia sudah mati terhadap kehormatan. Seseorang bisa menjadi begitu putus asa sehingga ia dipenuhi oleh kelambanan yang berarti kematian rohaniah. Yesus Kristus dapat membangkitkan orang-orang itu. Kesaksian dari sejarah ialah bahwa Dia telah membangkitkan berjuta-juta orang semacam itu, dan sentuhan-Nya tidak kehilangan kuat-kuasa-Nya seperti zaman kuno itu.

(2) Yesus juga berpikir tentang kehidupan yang akan datang. 

Dia memberi jaminan dalam hidup manusia bahwa kematian bukanlah akhir dari segala sesuatu. Kata-kata terakhir dari seorang hamba Tuhan yang bijak adalah : “Janganlah menangis, aku tidak akan mati. Jika aku meninggalkan negeri orang yang akan mati, aku percaya akan melihat berkat-berkat Tuhan di negeri orang yang hidup.”

Kita menyebut dunia ini “negeri orang hidup” akan tetapi sebenarnya lebih tepat jika dikatakan “negeri orang yang akan mati.” Melalui Yesus Kristus, kita tahu bahwa kita sedang dalam perjalanan, bukan menuju senja, melainkan menuju fajar. Kita tahu, seperti yang dikatakan oleh seorang bijak, bahwa kematian itulah pintu gerbang di kaki langit. Dalam arti yang sebenarnya kita bukan pada jalan yang menuju kematian, melainkan yang menuju ke kehidupan.

Bagaimanakah hal ini terjadi? Hal itu terjadi jika kita percaya kepada Yesus Kristus. Apakah artinya itu? Percaya kepada Yesus Kristus berarti menerima segala sesuatu yang Yesus katakan sebagai kebenaran yang mutlak, dan mempertaruhkan hidup kita di atasnya dengan kepercayaan yang sempurna. Jika kita berbuat begitu, kita masuk ke dalam dua hubungan yang baru.

a) Kita masuk dalam hubungan baru dengan kehidupan. 

Jika kita percaya bahwa Allah adalah seperti yang Yesus katakan kepada kita, maka kita akan yakin sepenuhnya akan kasih-Nya. Kita menjadi benar-benar yakin bahwa Dia terutama adalah Allah yang menyelamatkan. Hilanglah rasa takut terhadap kematian, karena kematian membawa kita kepada Dia yang mencintai jiwa-jiwa orang.

b) Kita memasuki hubungan baru dengan kehidupan. 

Jika kita menerima jalan Yesus; jika kita menerima perintah-perintah-Nya sebagai hukum-hukum kita dan jika kita menyadari bahwa Dia ada di sini untuk menolong kita untuk hidup seperti yang Dia perintahkan, maka hidup ini menjadi sesuatu yang baru. Hidup itu diliputi oleh keindahan yang baru, kemenarikan yang baru, dan kekuatan yang baru. Dan jika kita menerima jalan Kristus menjadi jalan kita, kehidupan menjadi begitu indah, sehingga kita tidak bisa memahami akhirnya sebagai sesuatu yang tidak lengkap.

Jika kita percaya kepada Yesus, jika kita menerima apa yang Dia katakan tentang Allah dan tentang kehidupan dan segala sesuatu dipancangkan atasnya, sebenarnya kita telah dibangkitkan, karena kita dilepaskan dari rasa takut yang menjadi ciri kehidupan tanpa Tuhan. Kita dilepaskan dari frustasi yang menjadi ciri dari kehidupan yang ditunggangi oleh dosa. Kita dilepaskan dari kesia-siaan hidup tanpa Kristus. Kehidupan dibangkitkan dari kematian dosa, dan menjadi begitu kaya sehingga tidak bisa mati, melainkan mendapatkan di dalam kematian, jembatan yang menuju kepada kehidupan yang lebih tinggi. 

Tanya-Jawab : Akulah Kebangkitan Dan hidup (Yohanes 11:20-27)

1. Apa yang dimaksud dengan "Akulah kebangkitan dan hidup" dalam Yohanes 11:20-27?

"Akulah kebangkitan dan hidup" yang disebutkan dalam Yohanes 11:20-27 adalah perkataan Yesus kepada Marta saat Ia hendak membangkitkan Lazarus dari kematian. Yesus mengajarkan bahwa Ia adalah sumber kehidupan yang sejati dan memberikan kebangkitan bagi orang yang percaya kepada-Nya.

2. Apa pesan yang ingin disampaikan Yesus melalui kebangkitan Lazarus?

Melalui kebangkitan Lazarus, Yesus ingin menyampaikan pesan bahwa Ia adalah kebangkitan dan hidup. Yesus ingin menunjukkan kekuasaan-Nya sebagai Tuhan atas kematian dan kehidupan. Selain itu, Yesus juga ingin mengajarkan bahwa iman kepada-Nya adalah kunci untuk hidup kekal. Seperti yang tertulis dalam Yohanes 11:25-26 "Aku adalah kebangkitan dan hidup. Barang siapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya." Pesan ini mengajarkan kita bahwa iman kepada Yesus Kristus akan membawa kehidupan kekal bagi kita.

3. Bagaimana kisah ini menggambarkan kuasa dan kebesaran Tuhan?

Kisah dalam Yohanes 11:20-27 menceritakan tentang kebangkitan Lazarus dari kematian oleh Yesus. Kisah ini menggambarkan kuasa dan kebesaran Tuhan karena hanya Allah yang memiliki kuasa untuk menghidupkan orang mati. Yesus menunjukkan kuasa-Nya sebagai Anak Allah dengan menghidupkan Lazarus yang telah mati selama empat hari. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus memiliki kuasa atas kehidupan dan kematian, dan bahwa Ia adalah Mesias yang dijanjikan. Kisah ini juga menunjukkan bahwa iman yang kuat pada Tuhan dapat membawa keajaiban dan kebangkitan.

Amin.
Next Post Previous Post