Keunikan dan Makna Teologis Salam Kristiani dalam Surat-surat Paulus (1 Korintus 1:3)

1 Korintus 1:3 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.

Seperti kebanyakan surat kuno, Paulus mengakhiri suratnya dengan memberikan salam kepada para penerima surat. Namun, Paulus memodifikasi salam yang lazim digunakan pada waktu itu menjadi salam yang lebih berlandaskan pada kepercayaan Kristiani. Salam yang umum digunakan pada saat itu hanya terdiri dari satu kata, yaitu "cairein" ("salam"), sedangkan Paulus mengubahnya menjadi salam Kristiani yang terdiri dari dua belas kata.
Keunikan dan Makna Teologis Salam Kristiani dalam Surat-surat Paulus (1 Korintus 1:3)
Paulus menunjukkan bahwa salam memiliki pentingnya sendiri baginya. Memberikan salam bukanlah hanya formalitas dalam sebuah surat (jika itu hanya formalitas, Paulus pasti akan menggunakan salam yang umum). Memberikan salam adalah ungkapan harapan yang baik bagi para penerima salam. Dalam seluruh suratnya, Paulus menunjukkan penghargaannya terhadap arti salam di antara sesama orang Kristen. Ia memerintahkan orang-orang Kristen untuk saling memberikan salam, dan ia sendiri sering memberikan salam kepada orang lain atau jemaat lokal.

Modifikasi salam yang dilakukan oleh Paulus tidak hanya menunjukkan bahwa tindakan memberikan salam itu penting, tetapi juga mengindikasikan bahwa salam Kristiani memiliki keunikan tersendiri. Alkitab memang mengajarkan untuk memberikan salam secara umum yang merupakan bagian dari budaya Yahudi, namun juga mengajarkan bahwa ada salam yang unik dan tidak sembarang dapat diterima oleh pendengarnya. Paulus menyatakan bahwa kasih karunia dan damai sejahtera hanya akan diberikan kepada mereka yang sungguh-sungguh menerima kebenaran injil yang sejati. Dua jenis salam ini menunjukkan bahwa orang Kristen diperintahkan untuk memberikan salam umum kepada semua orang sebagai bagian dari budaya dan salam Kristiani kepada sesama orang percaya. Salam Kristiani inilah yang dimaksudkan oleh Paulus dalam setiap salam pembuka dalam surat-suratnya.

Isi Salam (1 Korintus 1:3a)
 

Berbeda dengan salam umum, Paulus (dan sebagian besar penulis Perjanjian Baru) menggunakan dua kata yang mengandung nuansa Kristiani. Kata pertama yang digunakan adalah "caris" ("kasih karunia"). Kata ini menggantikan kata "cairein" yang umum digunakan pada waktu itu. Pentingnya kata "caris" bagi Paulus dapat dilihat dari posisinya di awal kalimat ("kasih karunia bagi kalian dan damai sejahtera..."). Ketika Paulus ingin mengakhiri surat kepada jemaat di Korintus, ia sekali lagi mengatakan "kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu".

Paulus tidak hanya mengganti kata "cairein" dengan kata yang serupa, tetapi ia memiliki tujuan teologis tertentu dalam penggunaan kata "caris", karena kata ini adalah salah satu kata favorit Paulus. Dalam tulisan-tulisannya, Paulus sering kali menggunakan kata ini. Dari 155 kali kemunculan kata ini dalam Perjanjian Baru, 100 di antaranya ditemukan dalam tulisan-tulisan Paulus.

Beberapa penafsir membatasi arti "caris" hanya pada kasih karunia keselamatan. Meskipun arti ini memang sangat penting, tidak seharusnya kita membatasi arti kata ini. Ada beberapa alasan untuk hal ini: 
(1) kata "caris" dalam 1 Korintus 1:4 - kemunculan yang paling dekat - terkait dengan keselamatan dan karunia rohani; 

(2) dalam tulisan-tulisan Paulus, kata "caris" digunakan dalam berbagai konteks. Kadang-kadang kata ini digunakan dalam konteks pelayanan atau jabatan tertentu (Roma 1:5:Roma 12:3; 1Korintus 3:10), keselamatan (Roma 3:24;Roma 4:16), karunia rohani, kemampuan khusus, dan lain-lain; 

(3) dalam surat 1 Korintus, kata "caris" juga digunakan dalam berbagai arti, seperti yang akan dijelaskan nanti; 

(4) kata "caris" dikaitkan dengan kata "damai sejahtera", yang dalam pemikiran orang Yahudi juga memiliki arti luas yang mencakup semua aspek kehidupan.

Dari arti kata "caris" yang sangat luas ini, kita dapat melihat bahwa semua aspek kehidupan orang Kristen adalah anugerah dari Allah. Semua yang kita miliki adalah pemberian cuma-cuma dari Allah. Semuanya diberikan Allah kepada kita meskipun kita tidak pantas menerimanya.

Dalam konteks jemaat Korintus, salam seperti ini tentu memiliki makna yang mendalam. Jemaat Korintus tampaknya mengalami kesulitan dalam menghargai kasih karunia Allah. Mereka telah menjadi sombong secara intelektual, padahal mereka sebelumnya adalah orang-orang yang dianggap rendah oleh dunia. Mereka membanding-bandingkan para pemimpin mereka, padahal pelayanan para pemimpin sebenarnya adalah anugerah. Mereka merasa lebih baik dan tidak membutuhkan Paulus, sehingga Paulus perlu mengingatkan mereka dengan pertanyaan retoris, "Siapakah yang menganggapmu begitu penting? Dan apa yang engkau miliki yang tidak engkau terima? Dan jika engkau telah menerimanya, mengapa engkau memegahkan diri seolah-olah engkau tidak menerimanya?" Paulus sendiri sangat memahami arti kasih karunia ketika ia mengatakan, "Tetapi oleh kasih karunia Allah aku adalah apa yang aku adalah" (1 Korintus 15:10). Berdasarkan konsep anugerah ini, Paulus mendorong jemaat Korintus untuk berpartisipasi dalam usaha membantu jemaat di tempat lain dengan mengirimkan bantuan dari jemaat Korintus ke Yerusalem.

Salam kedua yang digunakan oleh Paulus adalah "eirhnh" ("damai sejahtera"). Ungkapan ini adalah salam yang umum dalam budaya Yahudi dan merupakan terjemahan dari kata Ibrani "shalom". Berbeda dengan orang Yunani yang melihat "eirhnh" hanya sebagai "ketiadaan perang", orang Yahudi memahaminya secara lebih luas, mengacu pada kesejahteraan hidup baik secara jasmani maupun rohani, baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat. Dari pemahaman itu, kita dapat melihat bahwa melalui salam pembuka dalam suratnya, Paulus berharap agar jemaat Korintus dapat mengalami kesejahteraan secara menyeluruh.

Arti umum dari kata "eirhnh" di atas tidak menghilangkan arti "eirhnh" sebagai ketiadaan perang. Dalam teologi Paulus, "eirhnh" sering digunakan untuk merujuk pada perdamaian antara Allah dan umat-Nya. Paulus juga menggunakan kata ini untuk menggambarkan perdamaian antara sesama orang Kristen. Dalam surat 1 Korintus, kata "eirhnh" juga digunakan dalam konteks hubungan antara jemaat-jemaat.

Salam seperti ini tentu saja sangat relevan bagi jemaat Korintus. Mereka sedang mengalami perselisihan dan terjerat dalam praktik favoritisme terhadap pemimpin mereka. Bahkan, mereka juga menyerang Paulus secara pribadi. Perselisihan mereka melibatkan masalah hukum yang melibatkan orang-orang kafir. Pertengkaran seputar masalah makanan yang dipersembahkan kepada berhala juga muncul. Bahkan dalam ibadah mereka, terjadi ketegangan antara orang kaya dan orang miskin. Karunia-karunia rohani seharusnya digunakan untuk membangun jemaat, tetapi justru menjadi penyebab perselisihan.

Dengan meletakkan "damai sejahtera" setelah "kasih karunia", Paulus ingin mengajarkan bahwa damai yang sejati hanya dapat diperoleh melalui kasih karunia Allah. Jemaat dapat hidup dalam damai dengan orang lain jika mereka pertama-tama menerima kasih karunia Allah dalam bentuk perdamaian dengan Bapa Surgawi. Perdamaian yang sejati ini memampukan jemaat untuk saling mengasihi.

Sumber Salam (1 Korintus 1:3b) 

Salam bagi orang Kristen bukanlah sekadar basa-basi. Salam juga bukanlah kata-kata yang memiliki kekuatan dalam dirinya sendiri. Salam tidak bersumber dari kekuatan orang yang memberikan salam. Kunci dari realisasi salam terletak pada Allah, yaitu Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Allah adalah sumber dan penentu dari apa yang disampaikan melalui salam tersebut.

Hal yang menarik dalam ayat 3b ini adalah kemunculan frasa "Yesus Kristus". Frasa ini sudah muncul sebanyak tiga kali sebelumnya dalam surat ini (ayat 1-2). Dari frekuensi kemunculan ini, terlihat bahwa pandangan Paulus sangatlah terpusat pada Kristus. Segala berkat rohani yang diterima oleh orang Kristen berasal hanya dari Yesus Kristus.
------
Dalam bahasa Indonesia, salam memberikan penghormatan kepada orang yang kita sapa dan menunjukkan keinginan baik kepada mereka. Dalam konteks surat-surat Paulus, salam juga memiliki arti yang lebih dalam. Salam ini mengandung harapan agar para penerima surat dapat mengalami kasih karunia dan damai sejahtera yang hanya bisa diberikan oleh Allah. Salam tersebut mengingatkan kita bahwa sebagai orang percaya, kita hidup dalam anugerah dan perdamaian yang berasal dari Allah Bapa melalui Yesus Kristus.

Dalam salam pembuka surat-suratnya, Paulus mengajarkan kita untuk menghargai dan menyadari betapa pentingnya kasih karunia Allah dalam kehidupan kita. Kasih karunia adalah anugerah yang melimpah yang tidak kita dapatkan berdasarkan prestasi atau kebaikan kita sendiri. Damai sejahtera yang sejati hanya dapat kita alami melalui kasih karunia Allah. Dengan menyampaikan salam ini, Paulus berharap agar jemaat-jemaat yang menerimanya dapat hidup dalam damai dan mengalami berkat rohani yang melimpah dari Allah.

Salam yang diberikan oleh Paulus bukanlah semata-mata dari dirinya sendiri. Ia menyadari bahwa salam tersebut berasal dari Allah, yaitu Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Allah adalah sumber sejati dari segala kebaikan, kasih karunia, dan damai sejahtera yang disampaikan melalui salam tersebut. Paulus ingin mengingatkan kita bahwa kehidupan kita sebagai orang percaya hanya dimungkinkan oleh anugerah dan kuasa Allah. Hanya melalui hubungan damai dengan Allah, kita dapat mengalami damai sejahtera yang sejati dan memberikan salam kasih karunia kepada sesama orang percaya.

Baca Juga: Dikuduskan dalam Kristus Dan Gereja Universal (1 Korintus 1:2)

Melalui salam pembuka dalam surat-suratnya, Paulus juga mengajarkan kita untuk menghargai dan menyadari arti penting persatuan dan damai antara sesama orang Kristen. Ia menggunakan salam ini untuk mengingatkan jemaat-jemaat agar hidup dalam kasih karunia, saling mengasihi, dan mencari damai. Salam tersebut menggambarkan pengharapan Paulus bahwa jemaat-jemaat dapat hidup dalam persatuan yang kuat dan damai sejahtera yang diberikan oleh Allah.

Dalam kesimpulannya, salam yang Paulus berikan dalam surat-suratnya memiliki makna teologis yang dalam. Salam tersebut mengungkapkan pentingnya kasih karunia Allah dan damai sejahtera yang berasal dari-Nya. Melalui salam ini, Paulus mengajarkan kita untuk hidup dalam kasih karunia Allah, menghargai persatuan antara sesama orang percaya, dan mencari damai sejahtera yang melimpah dalam hidup kita. Semoga kita dapat mengambil teladan dari salam-salam Paulus dan menerapkannya dalam kehidupan kita sebagai orang percaya.
Next Post Previous Post