Bacaan: Matius 13:1-23.
Hal Kerajaan Surga itu seperti seorang penabur, penabur itu adalah Anak Manusia, yaitu Kristus Yesus; benih itu adalah Firman Tuhan dan empat macam kondisi tanah itu adalah manusia.
|
gadget, bisnis, otomotif |
1) benih jatuh di pinggir jalan dan dimakan burung sampai habis,
artinya ketika benih Firman itu ditabur, orang tidak mau berespons, ia bebal maka iblis langsung mengambil semua dari padanya. Titik ini menjadi titik kehancuran yang paling fatal bagi orang yang tidak merespons Firman. Hari ini, orang baru mau percaya kalau ia penjelasan itu dapat dimengerti secara logika dan rasional. Salah! Titik permasalahan bukan pada otak tetapi hati kita. Iman mendahului pengertian bukan sebaliknya, pengertian mendahului iman.
Di titik pertama orang menolak Firman berarti ia berafiliasi pada iblis maka tidaklah heran kalau semua taburan benih Firman itu tidak berdampak pada dirinya. Biarlah kita mengevaluasi diri sudahkah kita membuka diri menerima Firman dan percaya pada Kristus? Seberapa jauhkah kita mau setia dan taat pada Firman? Ingat, pikiran dan hati kita yang harus tunduk pada Firman, emosi kita diubahkan oleh Firman. Iman harus kembali pada Firman Tuhan. Kunci Kerajaan Surga, yaitu beriman pada Kristus Sang Firman hidup dan setia pada-Nya. Adalah anugerah kalau kita dapat beriman pada-Nya dan menjadi bagian dari Kerajaan-Nya.
2) benih jatuh di tanah berbatu, tanahnya tipis maka benih itu pun segera tumbuh tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
Sebatang pohon dapat bertumbuh dengan baik dan subur kalau ia mempunyai akar yang kuat. Makna dari perumpamaan ini adalah orang yang menerima firman dengan gembira tetapi ketika datang penindasan atau penganiayaan, ia menjadi murtad. Jangan tertipu dengan sesuatu yang fenomena, kelihatan indah di depan padahal di dalamnya keropos.
Gereja lupa bahwa untuk menjadikan seseorang Kristen bukan dibutuhkan bahagia yang sifatnya fenomena tetapi dibutuhkan akar yang kuat dan mendalam. Kondisi Kekristenan yang berada dalam kenyamanan digambarkan oleh J. I. Packer sebagai Hot Bathup Religion. Orang Kristen yang murtad akan sukar untuk percaya kembali dan menjadi Kristen karena ia telah mempunyai konsep yang salah tentang Kekristenan – imannya bukan iman yang sejati. Orang yang mau mengerti Kerajaan Surga maka ia harus mempunyai sikap yang tepat terhadap Firman.
3) benih jatuh di semak duri, makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati.
Kondisi ini menggambarkan orang yang mendengar firman lalu kekawatiran dunia dan tipu daya kekayaan menghimpit firman sehingga tidak berbuah. Orang mau firman tetapi juga mau dunia, hidup dualistis akibatnya adalah kehancuran, semak menghimpitnya. Kristus menuntut orang yang mau berbagai dalam Kerajaan Surga maka ia harus menjadikan firman sebagai dasar hidupnya.
Firman menegaskan manusia tidak bisa mempunyai dua tuan karena ia akan mengasihi yang satu dan membenci yang lain; manusia tidak bisa menyembah pada Allah sekaligus mamon. Mamon adalah dewa uang, jadi kata “mamon“ di sini lebih tepat diterjemahkan sebagai uang. Sesungguhnya, orang yang hidupnya masih dicengkeram oleh materialisme membuktikan ia bukanlah orang Kristen sejati sebab ia pasti akan mati.
4) benih jatuh di tanah baik dan menghasilkan buah.
Untuk masuk dan mendekati Kerajaan Surga haruslah melalui jalur yang Tuhan sudah tetapkan, orang tidak bisa masuk dalam Kerajaan Surga dengan jalur yang kita tetapkan sendiri. Kerajaan Surga hanya bagi mereka mengasihi Kristus dan orang yang mengasihi adalah ia yang memegang perintah-Ku dan melakukannya (Yohanes 14:21). Mengasihi bukan sekedar ucapan tetapi harus nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.
Biarlah hari ini kita mengevaluasi diri kalau kita ingin berbagi dalam Kerajaan Surga, seberapa jauhkah kita mencintai Kristus Sang Raja? Seberapa jauhkah engkau memegang Firman-Nya? Sudahkah kita menjadikan diri kita sebagai tanah yang subur di mana kita hidup di dalam Firman dan berbuah lebat?
Dan ingat, itu bukan karena kehebatan kita kalau kita dapat masuk dalam Kerajaan Surga. Semua semata-mata karena anugerah Tuhan. Tuhanlah yang lebih dulu membukakan mata hati kita. Karena itu, janganlah engkau memegahkan diri dan menjadi sombong. Biarlah kita menghargai anugerah Tuhan itu, kita bertumbuh dan berbuah sehingga kita menjadi saksi bagi-Nya.
Respons
Matius 13:1-23 berisi perumpamaan Yesus tentang seorang penabur, yang juga dikenal sebagai "Perumpamaan tentang Penabur." Perumpamaan ini menggambarkan bagaimana Firman Allah (Injil) disebarkan dan diterima oleh orang-orang dengan berbagai jenis hati dan kondisi.
Dalam perumpamaan ini, seorang penabur pergi untuk menabur benih. Benih jatuh pada empat jenis tanah yang berbeda, mewakili berbagai jenis respon terhadap Firman Allah:
Tanah pinggir jalan: Benih jatuh di atasnya dan burung-burung datang dan memakan benih itu. Ini melambangkan orang yang mendengar Firman, tetapi setan dengan cepat datang dan merampasnya dari hati mereka.
Tanah berbatu: Benih tumbuh dengan cepat tetapi layu karena kurangnya akar. Ini melambangkan orang yang menerima Firman dengan sukacita awal, tetapi mereka tidak bertahan saat menghadapi cobaan atau penganiayaan karena iman mereka dangkal.
Tanah berduri: Benih tumbuh, tetapi ditutupi oleh duri-duri yang tumbuh bersama-sama. Duri-duri ini mewakili kecemasan duniawi dan daya tarik kekayaan yang menghambat pertumbuhan rohaniah.
Tanah baik: Benih tumbuh subur dan menghasilkan buah yang melimpah. Ini melambangkan orang yang mendengar, memahami, dan mengamalkan Firman Allah dengan tulus, menghasilkan hasil yang baik dalam hidup mereka.
Perumpamaan ini mengajarkan pentingnya hati yang terbuka, tumbuh dalam iman, dan mengatasi hambatan-hambatan duniawi untuk menghasilkan buah yang baik dalam hidup kita