Kristus Terang Dunia (Yohanes 1:1-12)
Nats Alkitab: Yohanes 1:1-12/ Yohanes 12:35/ Mazmur 36:9
Tetapi ketika Kristus datang, justru dunia yang sesungguhnya adalah milik-Nya menolak. Alkitab mengingatkan kembali melalui perkataan Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:35, “Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barang siapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi.” Kalimat ini sangat tajam dan membukakan suatu realita dunia.
Ketika seseorang hidup dalam kegelapan, ia tidak sadar dan tidak mengerti kalau sedang berada dalam kegelapan. Lalu pada akhirnya ia dibelenggu dan dibinasakan oleh kegelapan itu. Ketika Tuhan memperbolehkan ia keluar dari kegelapan dan masuk ke dalam Terang, maka anugerah itu bersifat kekal, sangat besar dan bermakna. Alkitab juga mengatakan bahwa manusia memerlukan kuasa untuk dapat masuk ke dalam Terang
Sebelum memahami perubahan ini, sebaiknya terlebih dahulu mengerti perihal kegelapan yang dibicarakan oleh Alkitab dan yang menjadi konsep dunia. Kegelapan itu tidaklah sederhana. Semakin lama kegelapan itu semakin tidak mudah dipahami. Kegelapan merupakan suatu kondisi keabsenan atau kenihilan terang di mana terang sebagai suatu kondisi yang seharusnya, sedangkan gelap bukan merupakan suatu keberadaan tersendiri. Menurut Alkitab, Terang itu memang ada tetapi bukan berarti ada kegelapan. Jika suatu ruangan itu gelap berarti tidak ada terang.
Inilah suatu prinsip Alkitab yang penting dan harus dimengerti. Alkitab tidak menyetujui konsep dualisme yang menyatakan kegelapan dan terang sebagai dua wilayah yang bertentangan tapi sama kuat, sejajar dan saling meniadakan hingga pada akhirnya keduanya habis (nihilisme). Selain itu, kegelapan tidak dapat diukur secara gradasi tetapi terang dapat diukur ketajaman sinarnya. Sehingga jikalau kita ingin mengurangi terang, maka kita dapat mematikan sebagian lampu dan ruangan akan menjadi lebih redup
Ketika seseorang masuk ke dalam kegelapan, menurut Yohanes 1 hal ini disebabkan karena keterpisahan dari sumber keberadaannya. Yohanes 1:3 mengatakan bahwa Kristuslah Terang dan sumber keberadaan dasar yang membuat semua keberadaan menjadi ada, tetapi keterpisahan dari Kristus berarti tidak mungkin ada yang ada dan tidak ada yang dapat diadakan.
Kegelapan mampu menempatkan seseorang dalam suatu kondisi paradoks yang menakutkan. Ia akan merasa yakin dalam melangkah namun pada saat yang sama ia juga merasakan suatu ketakutan karena sesungguhnya ia semakin jauh berada dalam kondisi yang berbahaya. Biasanya seseorang akan sangat berhati-hati pada saat melangkah untuk pertama kalinya karena masih ada keraguan.
Tetapi, ketika ia merasa tidak ada sesuatu yang buruk terjadi maka ia akan melanjutkannya dengan langkah kedua, ketiga dan seterusnya. Dan pada suatu saat ia pasti menabrak sesuatu yang tidak dilihatnya karena gelap. Itulah jalan di dalam kegelapan di mana seseorang tidak dapat membedakan yang benar dan salah, bahkan kehilangan orientasinya karena terjebak dalam suatu kondisi atau posisi relatifisme dan subyektifisme.
1. Pertama, kegelapan dalam pengertian umum yaitu kegelapan yang sangat jahat dan tidak bermoral sampai orang dunia pun mengerti bahwa tindakan itu jahat. Ketika seseorang melakukan kejahatan level pertama ini maka semua orang dunia akan mampu menilai ia jahat dan mengutuki tindakan tersebut. Kalau pelaku merasa dirinya tidak bersalah maka tekanan sosial akan lebih banyak terjadi. Biasanya hal ini terjadi sejauh berkaitan dengan interpersonal relationship.
Seseorang dianggap jahat jika ia merugikan dan mencelakakan orang lain namun pelakunya belum tentu menyadari dan menerimanya. Saat ini, jumlah orang yang berbuat kejahatan di level ini semakin meningkat hingga dunia ini menjadi terlalu berbahaya dan tidak nyaman. Alkitab mengatakan bahwa jika Tuhan membuka Terang bagi pelaku kejahatan itu maka ada jalan keluar dari kejahatan yaitu melalui pertobatan.
Kalau orang itu pada akhirnya dapat menyesali segala kejahatannya bahkan sampai menangis di hadapan Tuhan, maka itulah anugerah Terang yang terlalu besar karena hati dan pikiran sebagian besar orang sudah terlalu keras, beku dan jahat untuk dapat mengakui diri sebagai orang yang berdosa. Pertobatan ini membutuhkan pengorbanan, kesadaran dan kerelaan tapi yang terutama adalah anugerah Tuhan turun ke atasnya.
2. Kedua, kejahatan di dalam tinjauan Kekristenan yang lebih sulit daripada level sebelumnya. Dalam Matius 19 dicatat, seorang pemuda merasa dirinya baik karena menurut konsep dunia, barang siapa tidak pernah membunuh, berzina, mencuri, bersaksi dusta, dan mengingini barang orang lain, ia adalah orang yang baik.
Dengan kata lain, hukum Taurat kelima hingga kesepuluh sudah dilaksanakan dengan baik. Namun Tuhan Yesus justru mengatakan ia bukan orang baik dan pada akhirnya terbukti bahwa pemuda itu memang bukan orang baik karena hukum Taurat pertama sampai keempat belum dilakukan. Inti hakikat hidupnya bukanlah sebagai orang baik tapi hanya baik pada permukaannya. Alkitab mengatakan bahwa perihal dosa dan kegelapan bukan disebabkan oleh perbuatan yang merugikan orang lain karena itu hanyalah merupakan ekstensi dosa.
Kebaikan seseorang tidak diukur dari level relatifisme, subyektifisme dan humanisme karena kebaikan semacam itu hanyalah pada kriteria filsafat umum manusia. Alkitab mengatakan bahwa kebaikan adalah sikap seseorang di hadapan Tuhan. Ketika ia melanggar perintah Tuhan maka ia telah berbuat jahat karena pertimbangan kebaikan dan kejahatan tidak tergantung pada manusia melainkan kepada Tuhan. Jadi kondisi kebaikan pada level ini mempunyai standard yang lebih tinggi dari yang dunia bisa mengerti.
Bagi dunia yang gelap ini, orang yang berada dalam kegelapan level kedua ini masih tergolong orang baik. Tapi bagi Kekristenan, itu hanya suatu egois pribadi agar di depan orang banyak, ia terlihat baik dan hebat tanpa memperhatikan Tuhan. Dalam Matius 19, kebaikan anak muda itu tidak tepat seperti yang Tuhan inginkan karena uang telah menjadi tuan atas hidupnya. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk memilih Neraka tapi dapat hidup kaya di dunia ini daripada miskin tapi masuk Surga. Orang semacam ini jauh lebih sulit untuk disadarkan, dibanding dengan orang yang melakukan kejahatan level pertama. Yang bisa menyadarkannya hanyalah orang Kristen.
3. Ketiga, kegelapan di level tuntutan Tuhan. Walaupun Hukum Taurat sudah dijalankan dengan baik, ditambah lagi dengan baptisan dan segala macam pelayanan di rumah Tuhan, tapi bagi Tuhan, itu belum cukup memadai untuk menerima anugerah Terang keselamatan dan hidup kekal karena tidak memiliki konsep yang benar. Dari sudut pandang orang dunia, orang semacam ini sudah terlalu baik, dan begitu pula dari sudut pandang orang Kristen, tapi di hadapan Tuhan, orang itu masih berada di dalam kegelapan karena jiwa dedikasinya belum muncul.
Khotbah kali ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam melihat kondisi kehidupan manusia di dunia yang gelap dan peranan Kristus di tengah dunia. Sudah selayaknyalah jika semua orang Kristen bersyukur karena secara manusiawi mereka tidak mungkin berubah dengan kekuatannya sendiri. Barang siapa berada di dalam kegelapan, berarti ia telah terperangkap di dalam ketertipuannya. Maka ketika ia masih diperbolehkan keluar dari jebakan itu, sepantasnya bersukacita dan bersyukur atas anugerah Tuhan yang besar karena sesungguhnya di dalam dirinya tidak berpotensi untuk itu. Sehingga tak seorang pun diperbolehkan untuk menyombongkan diri dan menganggapnya sebagai hasil usahanya.
Jikalau diperhatikan baik-baik, banyak berita di berbagai media massa yang mengungkapkan tindakan kriminal seperti peristiwa pembunuhan massal di Ambon dan Sampit. Itu merupakan satu bukti bahwa dunia ini sudah terlalu gelap. Besar kemungkinan para pelaku kejahatan itu tidak akan menyadari bahwa tindakan kriminal itu salah hingga mereka sendiri menjadi korban dan hancur. Yohanes 1 ingin menyampaikan bahwa dunia ini adalah dunia yang celaka dan gelap namun di dalam kegelapan itulah Tuhan Yesus datang untuk membawa Terang ke dalam dunia yang akan menerangi manusia. Tetapi ketika Kristus datang, justru dunia yang sesungguhnya adalah milik-Nya menolak. Alkitab mengingatkan kembali melalui perkataan Tuhan Yesus dalam Yohanes 12:35, “Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barang siapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi.” Kalimat ini sangat tajam dan membukakan suatu realita dunia.
Ketika seseorang hidup dalam kegelapan, ia tidak sadar dan tidak mengerti kalau sedang berada dalam kegelapan. Lalu pada akhirnya ia dibelenggu dan dibinasakan oleh kegelapan itu. Ketika Tuhan memperbolehkan ia keluar dari kegelapan dan masuk ke dalam Terang, maka anugerah itu bersifat kekal, sangat besar dan bermakna. Alkitab juga mengatakan bahwa manusia memerlukan kuasa untuk dapat masuk ke dalam Terang
Sebelum memahami perubahan ini, sebaiknya terlebih dahulu mengerti perihal kegelapan yang dibicarakan oleh Alkitab dan yang menjadi konsep dunia. Kegelapan itu tidaklah sederhana. Semakin lama kegelapan itu semakin tidak mudah dipahami. Kegelapan merupakan suatu kondisi keabsenan atau kenihilan terang di mana terang sebagai suatu kondisi yang seharusnya, sedangkan gelap bukan merupakan suatu keberadaan tersendiri. Menurut Alkitab, Terang itu memang ada tetapi bukan berarti ada kegelapan. Jika suatu ruangan itu gelap berarti tidak ada terang.
Inilah suatu prinsip Alkitab yang penting dan harus dimengerti. Alkitab tidak menyetujui konsep dualisme yang menyatakan kegelapan dan terang sebagai dua wilayah yang bertentangan tapi sama kuat, sejajar dan saling meniadakan hingga pada akhirnya keduanya habis (nihilisme). Selain itu, kegelapan tidak dapat diukur secara gradasi tetapi terang dapat diukur ketajaman sinarnya. Sehingga jikalau kita ingin mengurangi terang, maka kita dapat mematikan sebagian lampu dan ruangan akan menjadi lebih redup
Ketika seseorang masuk ke dalam kegelapan, menurut Yohanes 1 hal ini disebabkan karena keterpisahan dari sumber keberadaannya. Yohanes 1:3 mengatakan bahwa Kristuslah Terang dan sumber keberadaan dasar yang membuat semua keberadaan menjadi ada, tetapi keterpisahan dari Kristus berarti tidak mungkin ada yang ada dan tidak ada yang dapat diadakan.
Kegelapan mampu menempatkan seseorang dalam suatu kondisi paradoks yang menakutkan. Ia akan merasa yakin dalam melangkah namun pada saat yang sama ia juga merasakan suatu ketakutan karena sesungguhnya ia semakin jauh berada dalam kondisi yang berbahaya. Biasanya seseorang akan sangat berhati-hati pada saat melangkah untuk pertama kalinya karena masih ada keraguan.
Tetapi, ketika ia merasa tidak ada sesuatu yang buruk terjadi maka ia akan melanjutkannya dengan langkah kedua, ketiga dan seterusnya. Dan pada suatu saat ia pasti menabrak sesuatu yang tidak dilihatnya karena gelap. Itulah jalan di dalam kegelapan di mana seseorang tidak dapat membedakan yang benar dan salah, bahkan kehilangan orientasinya karena terjebak dalam suatu kondisi atau posisi relatifisme dan subyektifisme.
1. Pertama, kegelapan dalam pengertian umum yaitu kegelapan yang sangat jahat dan tidak bermoral sampai orang dunia pun mengerti bahwa tindakan itu jahat. Ketika seseorang melakukan kejahatan level pertama ini maka semua orang dunia akan mampu menilai ia jahat dan mengutuki tindakan tersebut. Kalau pelaku merasa dirinya tidak bersalah maka tekanan sosial akan lebih banyak terjadi. Biasanya hal ini terjadi sejauh berkaitan dengan interpersonal relationship.
Seseorang dianggap jahat jika ia merugikan dan mencelakakan orang lain namun pelakunya belum tentu menyadari dan menerimanya. Saat ini, jumlah orang yang berbuat kejahatan di level ini semakin meningkat hingga dunia ini menjadi terlalu berbahaya dan tidak nyaman. Alkitab mengatakan bahwa jika Tuhan membuka Terang bagi pelaku kejahatan itu maka ada jalan keluar dari kejahatan yaitu melalui pertobatan.
Kalau orang itu pada akhirnya dapat menyesali segala kejahatannya bahkan sampai menangis di hadapan Tuhan, maka itulah anugerah Terang yang terlalu besar karena hati dan pikiran sebagian besar orang sudah terlalu keras, beku dan jahat untuk dapat mengakui diri sebagai orang yang berdosa. Pertobatan ini membutuhkan pengorbanan, kesadaran dan kerelaan tapi yang terutama adalah anugerah Tuhan turun ke atasnya.
2. Kedua, kejahatan di dalam tinjauan Kekristenan yang lebih sulit daripada level sebelumnya. Dalam Matius 19 dicatat, seorang pemuda merasa dirinya baik karena menurut konsep dunia, barang siapa tidak pernah membunuh, berzina, mencuri, bersaksi dusta, dan mengingini barang orang lain, ia adalah orang yang baik.
Dengan kata lain, hukum Taurat kelima hingga kesepuluh sudah dilaksanakan dengan baik. Namun Tuhan Yesus justru mengatakan ia bukan orang baik dan pada akhirnya terbukti bahwa pemuda itu memang bukan orang baik karena hukum Taurat pertama sampai keempat belum dilakukan. Inti hakikat hidupnya bukanlah sebagai orang baik tapi hanya baik pada permukaannya. Alkitab mengatakan bahwa perihal dosa dan kegelapan bukan disebabkan oleh perbuatan yang merugikan orang lain karena itu hanyalah merupakan ekstensi dosa.
Kebaikan seseorang tidak diukur dari level relatifisme, subyektifisme dan humanisme karena kebaikan semacam itu hanyalah pada kriteria filsafat umum manusia. Alkitab mengatakan bahwa kebaikan adalah sikap seseorang di hadapan Tuhan. Ketika ia melanggar perintah Tuhan maka ia telah berbuat jahat karena pertimbangan kebaikan dan kejahatan tidak tergantung pada manusia melainkan kepada Tuhan. Jadi kondisi kebaikan pada level ini mempunyai standard yang lebih tinggi dari yang dunia bisa mengerti.
Bagi dunia yang gelap ini, orang yang berada dalam kegelapan level kedua ini masih tergolong orang baik. Tapi bagi Kekristenan, itu hanya suatu egois pribadi agar di depan orang banyak, ia terlihat baik dan hebat tanpa memperhatikan Tuhan. Dalam Matius 19, kebaikan anak muda itu tidak tepat seperti yang Tuhan inginkan karena uang telah menjadi tuan atas hidupnya. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk memilih Neraka tapi dapat hidup kaya di dunia ini daripada miskin tapi masuk Surga. Orang semacam ini jauh lebih sulit untuk disadarkan, dibanding dengan orang yang melakukan kejahatan level pertama. Yang bisa menyadarkannya hanyalah orang Kristen.
3. Ketiga, kegelapan di level tuntutan Tuhan. Walaupun Hukum Taurat sudah dijalankan dengan baik, ditambah lagi dengan baptisan dan segala macam pelayanan di rumah Tuhan, tapi bagi Tuhan, itu belum cukup memadai untuk menerima anugerah Terang keselamatan dan hidup kekal karena tidak memiliki konsep yang benar. Dari sudut pandang orang dunia, orang semacam ini sudah terlalu baik, dan begitu pula dari sudut pandang orang Kristen, tapi di hadapan Tuhan, orang itu masih berada di dalam kegelapan karena jiwa dedikasinya belum muncul.
Dalam Roma 10:1-3 Paulus berkata, “Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar. Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.” Seperti ketika seseorang melayani dan bekerja dengan giat bukan karena pengertian yang tepat di dalam iman Kristen mengenai siapakah Tuhan itu dan bagaimana respon hidupnya di hadapan Tuhan, tapi demi kepentingannya sendiri. Ketika ia mendapat kritikan atau minta sesuatu pada Tuhan tapi tidak diberi, maka ia menjadi sangat marah. Di sini ia telah membangun konsep sendiri dan tidak bersedia menerima konsep Tuhan
Jika diperhatikan dengan baik, ternyata aspek kegelapan sangat serius mencengkeram hidup seseorang tetapi seringkali hal ini diremehkan oleh dunia. Selayaknyalah orang Kristen menyadari bahwa Kekristenannya disebabkan karena kuasa Tuhan yang menariknya keluar dari jebakan kegelapan dan menjadikannya sebagai anak Tuhan yang tidak mempermalukan nama Tuhan melainkan mendedikasikan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Pdt. Sutjpto Subeno
Jika diperhatikan dengan baik, ternyata aspek kegelapan sangat serius mencengkeram hidup seseorang tetapi seringkali hal ini diremehkan oleh dunia. Selayaknyalah orang Kristen menyadari bahwa Kekristenannya disebabkan karena kuasa Tuhan yang menariknya keluar dari jebakan kegelapan dan menjadikannya sebagai anak Tuhan yang tidak mempermalukan nama Tuhan melainkan mendedikasikan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Pdt. Sutjpto Subeno