MAKNA SALIB MENURUT PAULUS

Pengantar

Bagi Paulus makna salib itu sangat besar karena dengan melalui salib inilah Allah menyatakan akan kasih Kristus yang di Salibkan untuk penebusan akan dosa-dosa manusia dan melalui karya penyaliban inilah yang kemudian menyatakan akan karya keselamatan bagi semua orang percaya sebagai tebusan bagi banyak orang. Tetapi tidak semua orang akan di selamatkan dari murka Allah tetapi tawaran ini kemudian ditunjukkan kepada semua orang. 

Allah itu esa yang menjadi pengantara antara Allah dan Manusia yaitu manusia Yesus Kristus yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia menurut 1 Timotius 2:5-6. Untuk itulah, keselamatan akan diterima bagi semua orang yang menerima Kristus yang telah menjadi penebus. Bagi Paulus juga, salib itu memiliki makna sebagai kekuatan dari Allah (SAPUTRA, 2020; Wagey, 2012). 
MAKNA SALIB MENURUT PAULUS
Oleh karena itu, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sebelumnya karena penelitian ini lebih menyoroti tentang apa saja makna salib berdasarkan teologi Paulus dan bagaimana pemahaman umat Kristen masa kini dalam memaknai akan salib tersebut

Teologi Paulus Tentang Makna Salib

Makna salib menurut Paulus

Teologi Paulus tidak dapat dipisahkan dari pengalaman-pengalaman hidupnya. Berangkat dari pengalamannya, Paulus telah merumuskan teologinya dan selanjutnya Teologi Paulus menafsirkan tentang masa lalunya serta membuat pengalaman yang akan Paulus jalani. Bagi seorang Paulus, teologi serta pengalaman religiusnya itu tidak dapat dipisahkan. Paulus adalah salah satu Rasul Kristus yang kehidupannya itu menarik untuk dipelajari, karena bersifat langsung dan karya-karyanya yang telah menginspirasi dunia pelayanan Kristen (Wasiyono, 2019).

Dalam teologi Paulus, salib itu dilihat sebagai kekuatan Allah menurut 1Korintus 1:17-18. Pandangan ini bertolak belakang dengan cara pandang masyarakat pada masa tersebut. Terlebih lagi yang tersalib ialah Yesus yang diyakini oleh Rasul Paulus sebagai Mesias. Ketika Paulus kemudian memberitakan yang tersalib, maka hal itu dianggap sebagai kebodohan. 

Bagi orang-orang Yahudi di Korintus, sosok Mesias yang mereka harapkan bukanlah seorang yang mati dan yang tak berdaya di atas kayu salib, melainkan sosok pembebas secara politis yang akan mengembalikan Bangsa Israel di zaman keemasan. Kematian sang Juru selamat adalah sandungan bagi mereka. Sedangkan bagi orang-orang Yunani yang sudah mahir dalam hal menyebarkan seni dan ilmu pengetahuan, berita tentang salib tidak dapat memuaskan rasa ingin tahu mereka. 

Dengan demikian, pengajaran tersebut bertolak belakang dengan pemikiran mereka. Tidak mungkin sang Juru selamat harus mati tanpa menyelamatkan diri-Nya sendiri? hal tersebut bagi mereka merupakan kebodohan. Salib diberitakan dengan tidak malu oleh Paulus, dan Salib justru dijadikan inti dalam pemberitaan Injil. Selain Yesus Kristus yang ter salibkan itu maka Paulus kemudian menetapkan untuk tidak mengetahui hal lain ketika sampai di Korintus. 

Ia juga mengingatkan jemaat di Korintus tentang inti dari pemberitaan Injil, dan ia juga mengingatkan bahwa jemaat di Korintus itu diselamatkan melalui Injil (1 Korintus 15:2). Karya Allah yang dilakukan melalui kematian Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia, dan kemudian Dia bangkit kembali dari antara orang mati pada hari ketiga. Akan tetapi, Salib merupakan suatu kebodohan bagi orang yang tidak percaya (Setiawan & Yulianingsih, 2019).

a. Salib sebagai kekuatan dari Allah

Salib bagi Paulus adalah kekuatan dari Allah untuk menyelamatkan setiap orang percaya yang pertama-tama yaitu orang Yahudi, dan juga orang Yunani (Roma 1:16). Setiap orang berdosa adalah hal yang ditunjukkan oleh Paulus melalui fakta rohani dan ia menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang benar, dan tidak ada seorang pun yang berbuat baik berdasarkan Mazmur. Semua orang telah kehilangan kemuliaan Allah dan telah berdosa dinyatakan oleh Paulus dengan tidak ragu. 

Upah dosa ialah maut (Roma 3:23) adalah akibat dari dosa. Akibat keberdosaan manusia maka ada maut yang berarti neraka sebagai tempat manusia untuk memperoleh hukuman yang kekal atas dosanya. Paulus menjelaskan dalam Roma 5:12 bahwa semua orang telah berdosa maka maut juga telah menjabar ke semua orang. Dosa yang diakibatkan oleh Adam yang masuk ke dunia (Tampubolon, 2019).

Semua orang dibenarkan melalui Kristus oleh Allah sehingga manusia tidak memiliki alasan untuk bangga pada dirinya sendiri. semua orang yang berdosa telah kehilangan kemuliaan Allah yang artinya yaitu bahwa manusia telah kehilangan kehadiran Allah di tengah manusia menurut Paulus. Manusia yang berdosa seharusnya dijatuhi hukuman mati (Roma 6:23) dan sebenarnya tidaklah layak untuk memperoleh ganjaran keselamatan. Akan tetapi, Kristus kemudian diutus Allah sebagai korban dan menanggung hukuman mati yang seharusnya dijatuhkan kepada manusia. Ia mati di kayu salib dan untuk semntara waktu berpisah dari Allah (Diana & Silitonga, 2021).

b. Salib Adalah Tempat Pertukaran

Bagi Paulus salib adalah tempat pertukaran. Karena keberdosaan manusia, maka apa pun yang diusahakan untuk lepas dari dosa itu adalah kesia-siaan belaka. Dengan adanya dosalah yang membuat manusia terpisah dari Allah dan kehidupan yang dijalani itu bukanlah kehendak dari Sang Penciptanya. Adanya usaha manusia dengan caranya sendiri untuk selamat dari hukuman yang kekal itu tidak dapat terpenuhi, karena keselamatan itu adalah pemberian dari Allah. 

Paulus menjelaskan tentang hal tersebut dalam Efesus 2:8-9 bahwa manusia selamat bukan karena usahanya melainkan karena kasih karunia Allah. Melalui kematian Yesus di atas kayu salib inilah wujud dari kasih karunia Allah itu. Yesus yang tidak berdosa telah menanggung dosa manusia yang seharusnya ditanggung sendiri oleh manusia. 

Dengan demikian, salib itu telah menjadi tempat pertukaran antara manusia yang penuh dosa dengan Kristus sehingga pendamaian Allah dengan manusia pun kembali terjadi. Orang yang berdosa seharunya tempatnya berada di salib tetapi karena kasih Karunia-Nya maka manusia dibenarkan. Bagi orang yang percaya akan diselamatkan oleh Allah dan tidak akan dihukum. Hal inilah yang menjadi teologi Paulus tentang salib bahwa salib itu artinya tempat pertukaran orang berdosa yang ditimpakan kepada Yesus (Dan et al., 2021).

Korban pendamaian yang dilakukan oleh Kristus dituntut dengan dua hal yaitu kesucian Allah dan dosa manusia. Akibat dosalah sehingga hubungan antara Allah dan manusia menjadi rusak. Allah yang suci tentunya tidak dapat melihat dosa dan Ia menuntut akan hukuman terhadap dosa manusia. Dalam Perjanjian Lama, kesucian Allah dilihat dalam Kitab Imamat dan manusia itu tidak dapat masuk ke dalam tempat yang kudus di dalam kemah Suci karena keberdosaan manusia. 

Dosa yang dilakukan oleh manusia adalah perbuatan yang menyimpang dari kehendak Allah, durhaka kepada Allah, bersalah dan melakukan perlawanan kepada Allah, karena itu perlu untuk dihukum. Namun, hukuman atas dosa manusia ini kemudian digantikan oleh Yesus Kristus di kayu salib sebagai karya penyelamatan karena kasih karunia dari Allah (Wagey, 2012).

c. Melalui Salib Orang Percaya Telah Di Tebus

Dari Kutuk Hukum Taurat Dengan melalui salib, menurut Paulus orang percaya telah ditebus dari kutuk hukum Taurat di dalam Kristus (Galatia 3:13). Karena pelanggaran terhadap hukum Allah (Ulangan 27:26), sehingga manusia layak dihukum dan telah terkutuk. Dengan demikian, adanya kelepasan manusia dari kutuk Hukum Taurat itu dapat terjadi melalui Salib saja. Adanya darah Yesus yang tertumpah di kayu Salib , maka kekudusan Allah dipuaskan dan murka Allah telah dialihkan merupakan teologi Paulus tentang salib. Salib merupakan suatu jaminan dan hukum kutuk tersebut dapat disingkirkan.

Paulus memulai penjelasan tentang Injil yang diwartakannya dengan menujukkan bahwa semua orang baik itu orang yahudi maupun non Yahudi, telah berdosa shingga layak untuk dijatuhi hukuman mati yakni terpisah dari Allah (Roma 3:21-31). Karena itu manusia tidak mungkin menyelamatkan diri mereka sendiri, dan Hukum Taurat pun tidak dapat untuk menyelamatkan orang Yahudi dari dosa dan hukumannya. Allah adalah pencipta alam semesta sehingga dunia ciptaan memancarkan sifat-sifat Allah. 

Manusia dapat mengenal sifat-sifat-Nya yakni kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya melalui karya Ciptaan-Nya. Sehingga orang-orang non Yahudi dapat mencari alasan mengapa mereka berdosa. Orang Yahudi pun mempunyai Hukum Taurat yang dapat menjadi pedoman hidup mereka. Hukum Taurat dapat menunjukkan mana yang jahat dan mana yang baik sehingga mereka pun dapat mengetahu benar atau tidaknya perbuatan yang mereka lakukan tersebut. 

Sedangkan orang-orang non Yahudi tidak mempunyai hukum Taurat sehingga mereka tidak tahu tentang tindakan yang mereka lakukan itu jahat. Paulus menegaskan bahwa orang non Yahudi tidak dapat berdalih karena isi Hukum Taurat yang tertulis di dalam hati mereka. suara hati mereka berbicara dan menunjukkan mana yang harus dilakukan dan mana yang harus dihindari (Setiawan & Yulianingsih, 2019).

Allah telah memberikan Taurat kepada orang Yahudi sehingga mereka mengatahui kehendak-Nya dan dapat menilai mereka yang baik dan jahat. Dengan adanya keyakinan semacam ini, mereka bahkan mengajar orang-orang dari bangsa lain untuk hidup menurut Hukum Taurat. Akan tetapi, orang yahudi telah melanggar hukum Taurat. Dengan demikian, paulus kemudian mengingatkan bahwa orang Yahudi yang sejati bukanlah orang ayng secara lahiriah Yahudi, melainkan yang tidak tampak tentang keyahudiannya. Iman akan karya penyelamatan Allah di dalam Yesus Kristus yang menentukan seseorang itu untuk menjadi umat Allah dan bukan dari garis keturunan dan tanda lahiriah yaitu sunat. 

Hukum Taurat diberikan oleh Allah sebagai sebuah pedoman dalam bertindak yaitu dengan menunjukkan hal mana yang harus diperbuat dan mana saja yang harus dihindari. Berdasarkan Taurat, maka orang Yahudi yang memiliki Hukum Taurat akan dihakimi. Karena semua orang berada dalam kuasa dosa sehingga manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Manusia tidak dapat dibenarkan hanya dengan Hukum Taurat, baik itu orang Yahudi maupun orang non Yahudi. Karena itu, seorang yang dapat menyelamatkan manusia diperlukan dan Dia adalah Yesus yang tidak mengenal dosa. 

Melalui Yesus yang disalibkan di atas kayu salib inilah yang menjadi penyelamat untuk membebaskan semua manusia dari hukuman dosa. Sehingga bagi Paulus, percaya kepada Kristus adalah hal utama untuk mendapatkan keselamatan di dalam Kristus. Oleh karena itu, manusia dibenarkan oleh iman dan bukan karena melakukan Hukum Taurat (Diana & Silitonga, 2021).

Kebebasan dari Hukum Taurat adalah akibat dari kematian Kristus. Manusia telah mati dalam hukum Taurat oleh tubuh Kristus. Bagi orang yang percaya Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, dan mereka dibernarkan bukan karena melakukan perbuatanperbuatan yang baik, melainkan berkat karya penyelamatan oleh Kristus. Kristus datang untuk menebus (Budiyana, 2021).

d. Salib Adalah Tempat Terbaik Antara Allah Dengan Manusia

Salib adalah tempat terbaik antara Allah dengan manusia untuk menyelesaikan permusuhan menurut Paulus. Permusuhan yang terjadi berhenti di atas kayu salib. Demi pendamaian, Kristus mati ketika manusia masih berseteru dengan Allah menurut kitab Roma 5:10. Melalui Salib, karya pendamaian itu ada. Hubungan yang intim anatara Allah dan manusia kembali baik melalui karya pendamaian Allah di dalam Yesus yang telah mengahncurkan tembok pemisah antar keduanya. Salaib adalah momentum yang penting bagi manusia dan Allah ketika dilihat dalam teologi Paulus. (Sari, 2018)

Pokok tentang kematian Kristus memainkan peran yang penting dalam struktur pemikiran Paulus. Keutamaan pokok inilah yang terlihat dalam pengakuan iman pertama yang diciptakan oleh Paulus, melainkan diterimanya dari gereja kuno. Kematian Kristus disebutkan oleh Paulus dalam surat-suratnya. Kematian Kristrus di kayu salib adalah pernyataan tertinggi tentang kasih Allah. Paulus berulang kali menegaskan bahwa kasih Allah itu diperoleh melalui penebusan yang dikerjakan melalui kematian Yesus. 

Paulus tidak pernah menyebutkan bahwa salib hanya sekedar sebagai peristiwa dalam sejarah manusia, atau ia juga tidak menaruh perhatian yang banyak pada faktor-faktor historis yang menyebabkan kematian Kristus. Bagi Paulus bentuk eksekusi penghukuman manusia yang paling kejam dan bengis telah menjadi ajang di mana Allah kemudian memperlihatkan kasih-Nya yang besar. Paulus tidak melihat kematian Kristus itu sebagai fakta yang historis atau Salib itu hanyalah merupakan lambang pengalaman subjektif.

Paulus tidak dapat menafsirkan tentang fakta tersebut. Paulus memperkirakan abhwa hal itu memang fakta sejarah, namun perhatiannya yang terutama terdapat pada makna teologis dari kematian itu (Dan et al., 2021).

Salib itu bukan hanya sekedar ukuran dari Kasih Kristus, tetapi oleh Kristus (2 Korintus 5:19) bahwa Kristus mati untuk manusia sewaktu masih berdosa. Roma 5:8, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging. Dan dalam Roma 8:3, Kristus diserahkan untuk semua manusia. Dalam Roma 8:32, dasar teologi ialah pengorbanan akan Kristus. Untuk itu, jelaslah bagi Paulus bahwa bukti akhir kasih Allah bagi manusia adalah Salib. Penebusan itu bukanlah satu hasil yang inisiatif dari Kristus sedangkan Allah diam secara pasif. Paulus tidak membedakan tentang kasih Allah dan Kasih Kristus. 

Kedua kasih tersebut terlihat dalam salib. Pada dasarnya kasih Kristus itu juga merupakan kasih Allah dan begitu pun sebaliknya. Kasih Kristus yang menguasai manusia karena telah di pahami bahwa hanya satu orang yang mati untuk semua orang yang mati (2 Korintus 5:14). Kasih Kristus bagi manusia, sementara ia memeras penebusan dari Bapa yang keras dan tidak rela, yang sangat adil tetapi sangat kaku adalah pemutarbalikan dari Perjanjian Baru dan merupakan ide tentang Salib. Ketika manusia telah mengenal salib sebagai karya Bapa yang mengasihi, maka manusia harus mengakui bahwa perlunya penebusan itu terlihat karena murka Allah terhadap dosa. 

Paulus memperkenalkan tentang garis pemikirannya ini dalam surat roma sehingga ia mengemukakan tentang pernyataan yang paling dalam tentang penebusan (Roma 3:21). Tidak ada kontradiksi ataupun ketidakcocokan antara kasih Allah dan murka-Nya menurut Paulus. Paulus tidak menelusuri konsekuensi-konsekuensi dosa pada prinsip impersonal, melainkan ia menyebutnya sebagai kehendak pribadi Allah yang tidak dapat dipermainkan oleh kesalahan manusia (Galatia 6:7).

Paulus memandang kematian Yesus di kayu salib sebagai kematian kurban. Aspek kurban dari kematian Kristus terlihat dalam beberapa ayat referensi yang berbicara tentang darah-Nya. Allah yang membuat Kristus sebagai jalan pendamaian melalui darahNya (Roma 5:9), manusia juga telah memiliki penebusan melalui darah-Nya dan juga dibenarkan oleh darah-Nya (Roma 5:9) dan bahkan manusia menerima penebusan melalui darah-Nya (Efesus 1:7). Manusia juga memiliki damai melalui darah yang dicurahkan di salib (Kolose 1:20).

Paulus menulis kepada orang-orang Korintus bahwa ketika dia datang pertama kali ke kota mereka, ia telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus yaitu Dia yang telah disalibkan (1 Korintus 2:2). Paulus dan rekan-rekannya memberitakan tentang Kristus yang disalibkan (1 Korintus 1:23) dan Paulus mengingatkan orang-orang Galatia bahwa ketika Paulus berada di tengah-tengah mereka maka Yesus itu digambarkan sebagai terang yang disalibkan yaitu Kristus (Galatia 3:1). 

Bagi Paulus penyaliban Yesus itu sangat penting sehingga Paulus menggarisbawahi tentang pemberitaannya sehingga beberapa kali Paulus terus kembali kepada salib. Kematian Kristus yang membawa pendamaian dan bukanlah kehidupan-Nya yang patut diteladani dan inilah yang mendatangkan keselamatan bagi orang-orang yang telah berdosa. Berkali-kali Paulus menekankan tentang hal salib. Menurut Paulus, manusia lama telah turut disalibkan, supaya tubuh dosanya saling hilang kuasanya agar jangan menghambakan diri lagi kepada dosa.

Jika Allah Bapa di pandang Paulus sebagai Pribadi utama dalam perencanaan keselamatan, maka pribadi penting dalam meraih keselamatan ialaha Anak Allah yaitu Yesus. praeksistensi Anak disiratkan oleh Paulus dalam kalimatnya kepada jemaat Korintus mengenai komitmen mereka untuk berkontribusi untuk mengumpulkan bagi orang-orang miskin di Yerusalem. Paulus mengingatkan mereka tentang kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, manusia menjadi kaya karena kemiskinan-Nya (2 Korintus 8:9). 

Kekayaan yang orang-orang Kristen nikmati sebagai hasil yang meliputi pengalaman-pengalaman masa sekarang dan masa depan seperti memasuki hubungan dengan Allah dan ikut menikmati bersama Yesus beberapa hak istimewa yang dimiliki-Nya yang di siratkan oleh Paulus dalam frasanya yaitu ahli waris yang berhal untuk menerima janji-janji Allah. Kemiskinan yang Paulus bicarakan ini meliputi kehidupan yang penuh pengorbanan yang Yesus jalani dan kematian mengerikan yang Dia jalani demi manusia yang berdosa. Satu cara untuk memegang pandangan Paulus tentang karya Kristus akan keselamatan adalah memandang pada istilah-istilah yang dia pakai untuk menjabarkannya.

e. Salib sebagai Pendamaian dalam Karya Keselamatan

Karya keselamatan menurut Paulus ialah pendamaian. Di zaman Perjanjian Baru, di mana Yesus menjalani kematian-Nya di atas salib, kurban pendamaian itu memampukan Allah yang kudus dan manusia yang berdosa untuk berjumpa. Karena pengorbanan Yesus di salib, maka penyucian dosa telah diperoleh. 

Ketika manusia menerima kedatangan iman berkat-berkat pengorbanan Yesus, mereka pun menerima pengampunan bagi dosa dan kemudian memasuki hubungan dengan Allah. Allah dan manusia berdosa sekarang bisa datang bersama-sama bukan karena kurban tahun dalam hari raya Pendamaian tetapi karena kurban hidup tetapi dari kematian Yesus bagi dosa. 

Pendamaian merupakan istilah yang berarti menjadi satu dengan orang lain dari kata “Ment” dan “atone”. Manusia bisa menjadi satu dengan Allah karena dosa yang sebelumnya memisahkan dan mereka diampuni dengan cara yang sama seperti halnya utang yang di bayar. Konsep inilah yang berkaitan dengan pernyataan ironis Paulus bahwa upah dosa itu adalah maut. Maksudnya adalah bahwa kompensasi yang adil untuk dosa adalah maut, dan keterpisahan dari Allah. Akan tetapi, imbalannya ini kemudian di bayar oleh Kristus melalui kematian-Nya. Inilah yang memungkinkan manusia selamat dari keterpisahan dari Allah yang di akibatkan oleh dosa dan sebaliknya menikmati hubungan dengan-Nya. 

Paulus juga mengingatkan para pembacanya bahwa karya Kristus ini merupakan bagian rencana Allah karena Kristus Yesus telah menjadi jalan Pendamaian melalui Salib. Adanya rekonsilisiasi sangat di kaitkan dengan pendamaian karena istilah kata ini berarti bahwa suatu hubungan yang telah rusak kini dipulihkan. Paulus menerjemahkan pendamaian itu sebagai rekonsiliasi yaitu pemulihan atau penegakan hubungan yang ramah dan harmonis (Sukono, 2019).

Bahwa karya Kristus menyebabkan rekonsilisiasi antara Allah dan manusia merupakan suatu penekanan yang unik dari Paulus dan di bicarakan terutama dalam kitab Roma dan II Korintus. Dalam surat-surat inilah, Paulus menjelaskan bahwa Allah mengambil inisiatif dalam rekonsilisasi ini, dan semuanya ini berasal dari Allah yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan manusia dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada Paulus. 

Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak lagi memperhitungkan pelanggaran manusia. Dengan demikian, Paulus mengatakan bahwa permusuhan manusia di atasi oleh kasih Allah. Yang menjadi kombinasi otoritas ilahi dan tanggung jawab manusia yang menjadi bagian dari ulasan Paulus tentang rencana keselamatan Allah juga yang merupakan karakteristik pernyataan-pernyataannya tentang rekonsiliasi (Dan et al., 2021).

Pemahaman Paulus tentang karya Kristus sebagai keselamatan di atas salib yaitu sebagai penebusan. Paulus mengingatkan para pembaca tentang harya yang harus di bayar untuk kebebasan tersebut yaitu nyawa Kristus. Paulus juga menuliskan tentang manusia yang dibenarkan dengan cuma-cuma dengan penebusan dalam Yesus Kristus. Paulus juga berbicara tentang pengharapan yang dimiliki oleh orang-orang Kristen untuk pembebasan tubuh manusia. 

Bagi orang Kristen, perbudakan kebinasaan ini menyatakan dirinya sendiri dalam kefanaan tubuh. Suatu bagian penebusan yang Kristus capai ialah pengharapan akan suatu tubuh yang abadi yang di memerdekakan dari perbudakan kebinasaan. Karena itulah, Paulus memandang penebusan Kristus sebagai suatu tindakan yang memiliki implikasi bagi pengalaman orang Kristen baik di masa kini maupun masa depan. 

Akan tetapi, meskipun Paulus telah memandang berkat-berkat penebusan dari hal-hal yang berbeda dan menguntungkan, Paulus juga memandang kebebasan yang Kristus per oleh sebagai suatu keseluruhan yang sangat sempurna menyatu karena berakar dalam Pribadi Kristus sendiri. dengan pemikiran yang seperti ini, maka Paulus berkata kepada jemaat di Korintus bahwa Kristus telah menjadi penebusan bagi manusia. Dalam tingkatan yang serupa, Paulus juga menggambarkan Kristus sebagai pembebas. Karena umat Kristen di bebaskan dari hukuman dosa melalui penebusan Kristus, Paulus juga menggambarkan Yesus kepada jemaat Tesalonika sebagai Dia yang akan datang.

f. Makna Salib bagi umat Kristen

Kehadiran Yesus Kristus itu bukanlah kehadiran ayng mendadak, yang tidak direncanakan, atau bahkan kebetulan. Kehadiran Yesus Kristus merupakan suatu penggenapan dari nubuat yang telah Allah berikan kepada Adam dan hawa. Yesus Kristus adalah benih yang dijanjikan oleh Allah kepada umat manusia sebagai penebusan akan dosa-dosa yang diperbuat oleh semua orang. Karena dosa itulah kemudian, Yesus mengalami kematian di Kayu Salib. Di atas Salib terbunuh Anak Allah yaitu Yesus yang tidak mengenal dosa sebagai karya keselamatan bagi manusia (Arifianto & Santo, 2020).

Tuhan telah membawa keselamatan ke dunia dengan melalui Yesus Kristus dan keselamatan ini datang melalui salib dan hal itu adalah keselamatan yang lengkap dan merupakan keselamatan yang sempurna di dalam kekristenan. Tidak ada apa pun yang dapat di tambahkan padanya atau di ambil dari padanya (Ibrani 7:27). 

Banyak orang yang percaya hidup dalam kekalahan karena belum mengerti kepenuhan dari keselamatan mereka. untuk itulah, manusia harusnya menyadari bahwa pekerjaan Salib telah menyediakan keselamatan yang benar-benar lengkap bagi pribadi yang menerima Kristus. Bagi orang Kristen sebagai orang percaya, keselamatan itu hanya berhubungan hanya dengan makhluk yang di bebaskan dari neraka dan memperoleh jalan masuk menuju ke surga. Hal ini menjadi sangat jelas bagi orang Kristen tentang sebuah bagian yang utama dari pekerjaan Salib yang mengagumkan tetapi itu bukanlah pekerjaan satu-satunya (Umboh, 2021). 

Ini adalah keselamatan yang paling besar (Ibrani 2:3) yang meliputi pembebasan dari segala hal yang menghancurkan manusia dan menyingkapkan betapa Tuhan mengasihi manusia dan betapa besar Kasih-Nya. Allah mengirimkan Yesus yaitu Anak Tunggal-Nya untuk menyelamatkan manusia dari hal-hal yang mengancam kepenuhan manusia di masa kini dan kesejahteraan kekal sebagai orang percaya. 

Dalam Perjanjian Baru keselamatan itu melibatkan penyelamatan dari neraka kekal yang menanti orang jahat di luar kehidupan ini. akan tetapi, kehendak Tuhan sampai sekarang ini tidak akan pernah berubah, karena Dia tetap Sang Pembebas, tetap sebagai Sang Penyembuh, dan bahkan tetap sebagai Penyedia kelimpahan bagi semua orang yang percaya di masa kini. 

Untuk itulah, Yesus Kristus telah menyediakan keuntungan-keuntungan ini dengan melalui pekerjaan Yesus di atas kayu Salib. Adapun tujuh makna karya besar dari Salib dalam kehidupan orang Percaya yaitu orang Kristen (Budiyana, 2021; Sukono, 2019; Yunianto & Rohayani, 2021) sebagai pengikut Kristus (Lele & Panggarra, 2015), yaitu:

a) Di bebaskan dari Dosa 

Manusia sepenuhnya dari dosa melalui kematian Kristus. Tuhan telah menghapuskan semua dosa, semua kejahatan, pelanggaran dan semua perlawanan. Segala sesuatu yang menghalangi manusia dari Tuhan telah dihapuskan oleh Yesus melalui darah-Nya. Dosa adalah dasar dari seluruh masalah-masalah dalam diri orang percaya. Akan tetapi manusia bertobat dari dosa dan menerima Kristus maka dosa itu dihapuskan dari jiwa orang percaya. 

Ketika Yesus mati di kayu Salib, Dia tidak menghukum dunia tetapi membawa pengampunan dan keselamatan kepada dunia. Dia tidak memperhitungkan pelanggaran manusia, tetapi Dia kemudian mendamaikan manusia dengan Tuhan. Paulus pun mengatakan bahwa dosa itu tidak lagi berkuasa atas umat yang percaya (Roma 6:14), karena kekuatan dosa telah dihancurkan di dalam Kristus. Adanya dorongan untuk berbuat dosa, motivasi untuk berbuat jahat telah dihancurkan oleh Salib.

b) Di bebaskan dari sakit penyakit

Melalui Salib, Yesus mengembalikan segalanya. Keselamatan dari aspek kemanusiaan apa pun tanpa penumpahan darah tidak di kenal di dalam Alkitab. Didalam pengampuna dosa juga ada kesembuhan dari sakit- penyakit. Semua orang Kristen juga dapat berdoa dengan harapan untuk orang-orang disembuhkan (Yakobus 5:16), akan tetapi ada orang-orang tertentu yang ebnar0-benar secara khusus dikaruniai oleh Tuhan untuk melayani kesembuhan bagi orang sakit.

c) Dibebaskan dari iblis

Yesus telah mengalahkan iblis di neraka dan secara terbuka mempertontonkan ini kepada setiap roh jahat di kerajaan kejahatan. Paulus juga telah mengatakan bahwa manusia telah dibebaskan dari iblis melalui karya Salib.

d) Dibebaskan dari kemiskinan

Yesus bukanlah orang yang miskin secara rohani. Bahkan, dengan berdasarkan atas kekayaan rohani-Nya itulah Dia mampu untuk pergi ke Salib dan menanggung kutuk yang telah menimpa umat manusia. Seandainya manusia membatasi tentang kemiskinan-Nya pada waktu Ia berada di kayu Salib, itu mengklaim bahwa kemiskinan manusialah yang ditanggung-Nya.

e) Dibebaskan dari kutuk hukum Taurat

Melalui Salib manusia dibebaskan dari kutuk dalam Hukum Taurat. Dengan melakukan hukum Taurat itu bukan berarti bahwa manusia akan selamat, sehingga Yesus kemudian membebaskan setiap orang dari hukum Taurat ini melalui pengorbanan-Nya di kayu Salib. f) Dibebaskan dari diri manusia itu sendiri

g) Dibebaskan dari dunia

KESIMPULAN

Semua manusia telah berbuat dosa dan telah mengurangi kemuliaan Allah. Akan tetapi dengan kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma di dalam Yesus Kristus melalui pengorbanan-Nya di kayu Salib. Salib bukan hanya sekedar dianggap sebagai lambang dari penderitaan Yesus Kristus bahwa Yesus Kristus dihukum dan dibunuh oleh orang-orang Yahudi dengan cara di salibkan. 

Hukuman salib yang diperuntukkan bagi seseorang di anggap melakukan kejahatan dan pelanggaran berat. Yesus disamakan seperti penjahat, padahal Dia tidak bersalah dan tidak berdosa. Akan tetapi, Yesus di salibkan karena dosa-dosa manusia dan untuk menyelamatkan umat manusia. Bagi Rasul Paulus, Salib itu sangat penting dan melalui Saliblah banyak masalah-masalah yang terselesaikan. 

Makna salib bagi Paulus yaitu bahwa Salib itu adalah kekuatan dari Allah, Salib Adalah tempat pertukaran antara Yesus Kristus dengan manusia, di mana dalam hal ini seharusnya manusialah yang disalibkan karena dosanya tetapi justru Yesus yang kemudian di salibkan demi manusia. Bagi Paulus makna Salib juga adalah sebagai pendamaian melalui karya keselamatan di dalam Kristus Yesus, dan melalui Salib maka orang percaya kemudian di bebaskan dan ditebus dari kutuk Hukum Taurat. 


Sama halnya dengan pendapat Paulus yang mengatakan bahwa Salib itu sangat penting, maka bagi orang Kristen juga mengatakan bahwa Salib itu sangat penting dan bukan hanya sebagai lambang dari penderitaan Yesus Kristus. Tetapi bagi umat Kristen Salib juga bermakna untuk membebaskan manusia dari dosa dan membebaskannya dari sakit-penyakit. 

Salib juga memiliki makna untuk memberikan keselamatan bagi semua orang percaya melalui karya penyaliban Yesus Kristus di atas kayu Salib. Melalui salib inilah, kemudian semua orang percaya di selamatkan dan dibebaskan dari kutuk hukum Taurat. Bukan Hukum Taurat dan perbuatan baiknya manusia yang menyelamatkan, melainkan karena kasih karunia Allah melalui karya penyelamatan di atas Kayu Salib oleh Kristus Yesus.
Next Post Previous Post