MATIUS 6: 25-34 (2 CARA MENGATASI KEKHAWATIRAN)

Pendahuluan

Alkitab dalam kitab Matius 6:24 menjelaskan bahwa seseorang tidak bisa mengabdi kepada dua tuan yaitu kepada Allah dan kepada Mamon. Kecenderungan manusia adalah ketika sudah mempunyai banyak harta, manusia sering lupa untuk bersyukur kepada sang pemberi harta itu, bahkan ketika manusia mempunyai lebih banyak harta maka kekhawatiran akan semakin besar.
MATIUS 6: 25-34 (2 CARA MENGATASI KEKHAWATIRAN)
Dalam Perjanjian Baru, istilah yang dipakai untuk kata khawatir adalah merimnao, artinya "merasa cemas, kalut, pikiran bercabang". Itulah kata yang dipakai Yesus ketika Dia berkata, "Janganlah khawatir akan hidupmu" (Matius 6:25). Paulus juga menggunakannya ketika ia menulis, "Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga" (Filipi 4:6). Orang-orang yang diliputi kekawatiran hanyut dalam kekawatirannya dan merasa kalut.

2 Cara Mengatasi Kekhawatiran (Matius 6:25-34)

1. Percaya dan berserah kepada Tuhan

Perhatikan frasa "hai orang yang kurang percaya" dalam Matius 6:30 ini adalah kata Yunani oligopistoi yang berarti “hai yang beriman kecil”. Ungkapan ini dipergunakan 4 kali dalam Injil Matius, satu kali dalam Injil Lukas, sebagai dorongan pertumbuhan maupun teguran yaitu “jangan menjadi orang yang kurang percaya!” atau “jangan menjadi kuatir dan gelisah!” Sementara, bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah hidup dalam kekawatiran karena mereka tidak mengenal Bapa di Surga; tidaklah demikian dengan orang-orang percaya yang mengenal Allah, Bapa yang mengetahui kebutuhan anak-anak-Nya dan dengan murah hati memberikannya

Kata Yunani “dicari” dalam Matius 6:32 adalah epizetei yang berarti “berusaha keras mencari” yang bermakna “pencarian sekuat tenaga dengan kerja keras dan beban berat”. Orang-orang yang tidak mengenal Allah mengejar materi karena kekawatiran mereka dengan cara epizetei ini. Tuhan tidak menginginkan anak-anak-Nya mengejar materi dengan cara seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah tersebu. Tuhan mau supaya orang percaya mendahulukan mencari kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya. Saat orangnya percaya melakukannya, semuanya itu akan ditambahkan kepadanya.

Tetaplah percaya dan setia pada Tuhan. Pemazmur mengatakan “Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak” (Mazmur 37:5). Ketika seseorang tidak memiliki apa pun, selain Tuhan, itu cukup baginya, karena memang hanya Dia yang di perlukan! seseorang akan selalu mengalami kesulitan jika berusaha mengatasi masalah hidupnya tanpa Tuhan. Carilah Dia dengan segenap hati.

2. Mencari kerajaan Allah dan Kebenarannya

Tuhan Yesus mengatakan: “Carilah (lebih) dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran Allah”. Frase Yunaninya adalah zeteite proton ten basileian tou theou kai ten dikaiosunen autou. Kata “carilah” dalam ayat ini adalah zeteite berasal dari kata zeteo yang yang berarti “mencari” adalah bentuk kata kerja aktif yang bermakna “menunjuk terjadinya keasyikan terus-menerus ketika mencari sesuatu; berusaha dengan sungguh-sungguh dan tekun untuk memperoleh sesuatu”.

Kata Yunani untuk kata “dahulu” dalam Matius 6: 33 ini adalah “proton” yang berarti “pertama dalam urutan atau kepentingan; menempati tempat yang tertinggi dari semua kesenangan manusia”. Ini artinya, orang percaya diminta untuk mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya di atas segala hal. Jadi prioritas pertama dan utama orang percaya setiap hari adalah mencari kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.

Saat orang percaya melakukannya, maka dia akan mengalami “panta prostethêsetai humin”, yaitu “semua akan diberikan dan ditambahkan kepadamu”. Kata Yunani prostithemi dapat diterjemahkan dengan “diberikan” atau “ditambahkan”. Kedua arti tersebut, baik “diberikan” maupun “ditambahkan” dapat di pergunakan secara bersama-sama. Hal ini dapat dipahami karena Allah yang mengetahui kebutuhan umat-Nya, Ia juga akan menyediakan, memberikan, dan menambahkan apa yang diperlukan baik jasmani maupun rohani (Bandingkan 2 Korintus 9:8).

Lalu, apakah yang dimaksud dengan “mencari kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya?” Yang dimaksud dengan frasa ten basileian tou theou atau “kerajaan Allah” adalah otoritas dan pemerintahan Allah. Orang percaya harus menempatkan sungguh-sungguh kepemimpinan, otoritas dan supremasi Allah dinyatakan melalui kehidupannya. Dengan mencari kerajaan Allah berarti bahwa seseorang hendak melakukan dan memberlakukan kehendak dan otoritas Allah dalam setiap aspek kehidupannya.

Sedangkan kata ten dikaiosunen autou, atau “kebenaran-Nya” di sini berkaitan dengan sifat atau karakter yang ada pada Allah. Mencari kebenaran di sini berarti berkata, bertindak dan bertingkah laku yang sesuai dengan karakter Allah.

Pertama-tama kebenaran yang di cari adalah kedudukan yang benar di hadapan Allah melalui anugerah yang telah di terima dalam Kristus (Roma 5:17).

Kedua, dengan augerah-Nya, tetap berpegang pada kebenaran melalui kasih dan ketaatan kepada Allah (Efesus 4:16). Dengan demikian, mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya berarti mengutamakan dan memberlakukan terus menerus supremasi dan perintah Allah dalam hidup orang percaya. Menempatkan Allah sebagai yang pertama dan terutama, berarti merelakan Dia memerintah atas hidup umat-Nya.

Tuhan mengetahui bahwa di dalam kehidupan kita masing-masing setiap hari ada persoalan, baik itu kecil atau besar, harus di hadapi dengan pertolongan Tuhan. Jika seseorang mengkuatirkan hari esok, maka bebannya justru akan bertambah. Di sini, seseorang akan mendapat pelajaran yang berharga dari Yesus Kristus, agar “Janganlah kuatir tentang apa pun juga”.

Baca Juga: Kekuatiran: Bentuk, Alasan, Dan Bagaimana (Matius 6:25-34)

Hal yang sama juga dikatakan Paulus “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4:6). Demikian juga dengan Petrus yang menasihati supaya “Serahkanlah segala kekawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” (1 Petrus 5:7).

Kesimpulan

Adanya jaminan pemeliharaan Bapa (Matius 6: 32, Roma 8:28), orang percaya harus menyadari bahwa Tuhan telah menjadikannya sebagai anak-anak-Nya, dan Dia menjadi Bapanya. Orang percaya sebagai anak, tidak mungkin Bapa membiarkan anak-anak-Nya menanggung atau menghadapi masalah seorang diri. Allah sebagai Bapa yang baik, Ia pasti akan memberikan segala hal yang terbaik (Matius 7:11). Dia berjanji akan memelihara dan menyertai anak-anak-Nya selamanya. Mental orang percaya perlu dilatih dalam hal percaya diri, berpikir positif, berusaha sebaik mungkin apa pun hasilnya terima apa adanya, penguasaan diri, dan tindakan untuk tidak perlu khawatir. Renti Sihombing
Next Post Previous Post