Ungkapan Syukur dalam Surat 1 Korintus 1:4-6: Karunia Rohani, Kelimpahan, dan Konfirmasi Injil

Seperti pola surat Hellenis pada umumnya, setelah memberikan salam pembukaan, Paulus melanjutkan dengan ungkapan syukur (1 Korintus 1: 4-6) dan harapan bagi penerima surat (1 Korintus 1:7-9). Ungkapan syukur Paulus berfokus pada apa yang telah Allah lakukan melalui Kristus Yesus dalam konteks kekinian, sedangkan harapannya bersifat eskatologis, yaitu mengacu pada apa yang akan terus dilakukan Allah sampai akhir zaman.
Ungkapan Syukur dalam Surat 1 Korintus 1:4-6: Karunia Rohani, Kelimpahan, dan Konfirmasi Injil
Dalam surat-surat Paulus, baik ungkapan syukur maupun harapan ditujukan kepada Allah dengan keyakinan atas apa yang telah Yesus lakukan. Dalam pendahuluan surat Paulus, terlihat dengan jelas bahwa fokusnya adalah pada Allah dan Kristus. Kata "Allah" secara eksplisit muncul 6 kali, bukan termasuk dalam beberapa kata kerja yang menunjukkan bahwa subjeknya adalah Allah. Kata "Kristus" atau "Kristus Yesus" muncul 4 kali dalam bagian salam pembukaan dan 6 kali dalam bagian ungkapan syukur dan harapan.

Sikap Dalam Mengucap Syukur

Ungkapan syukur yang Paulus sampaikan bukanlah sekadar sebuah formalitas dalam surat. Dari cara Paulus mengungkapkan rasa syukurnya, kita dapat belajar tentang sikap yang benar dalam mengucapkan syukur. 

1. Pertama, mengucapkan syukur haruslah terus-menerus. 

Pada 1 Korintus 1: 4, Paulus menggunakan bentuk present tense untuk kata "mengucap syukur" (eucaristw), yang menunjukkan tindakan yang terus-menerus. Untuk memperkuat makna ini, Paulus menambahkan kata "senantiasa" (pantote), meskipun penambahan ini tidak diperlukan secara tata bahasa. Namun, penambahan ini bertujuan untuk memberikan penekanan. Paulus ingin menunjukkan bahwa mengucapkan syukur harus menjadi gaya hidup bagi orang Kristen (lihat 1 Tesalonika 5:18).

2. Kedua, ungkapan syukur tidak boleh terhalang oleh respons negatif dari orang lain. 

Pada ayat 4, Paulus mengatakan bahwa ia mengucapkan syukur "karena kalian". Pada pandangan awal, ini mungkin terlihat biasa saja, namun jika kita memahami sikap negatif jemaat Korintus terhadap Paulus, kita akan melihat bahwa ungkapan syukur ini luar biasa. Meskipun berada di tengah-tengah jemaat yang tidak mendukungnya (1:12) bahkan menyerangnya (pasal 4), Paulus masih bisa mengucapkan syukur atas keberadaan mereka. Ia tidak hanya mengucapkan syukur untuk mereka yang tetap setia kepadanya, melainkan untuk semua orang di jemaat!

3. Terakhir, ungkapan syukur tidak terbatas oleh kelemahan orang lain. 

Dalam surat-surat Paulus yang lain, ia sering mengucapkan syukur atas iman, kasih, atau ketekunan yang dimiliki oleh penerima surat (lihat Roma 1:8). Dalam Surat 1 Korintus, ia mengucapkan syukur atas karunia-karunia rohani yang dimiliki oleh jemaat tersebut. Fokus ungkapan syukur ini agak mengejutkan, karena jemaat Korintus sebenarnya menyalahgunakan karunia-karunia rohani yang mereka terima. Paulus tidak setuju dengan penyalahgunaan ini (pasal 12-14), namun ia tetap memiliki alasan untuk bersyukur atas pemberian ilahi tersebut.

Isi Ungkapan Syukur

Isi ungkapan syukur Paulus dalam Surat 1 Korintus adalah "kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepada kamu dalam Kristus Yesus" (1 Korintus 1: 4). Apa yang dimaksud dengan "kasih karunia" (caris) di sini? Dalam teologi Paulus, kata caris dapat memiliki berbagai arti: keselamatan (Roma 3:24; Efesus 2:8-9), panggilan (Roma 1:5), atau pemberian yang spesifik (2 Korintus 8:1, 4). 

Dalam 1 Korintus 1:4, kata caris tampaknya merujuk pada pemberian karunia rohani. Konteks, terutama ayat 5 yang menyebutkan karunia berbicara dan pengetahuan (lihat 1 Korintus 12:8-10), mendukung arti ini. Dari sini, kita dapat melihat bahwa karunia-karunia rohani (carisma/carismata) merupakan salah satu bentuk dari kasih karunia (caris) yang diberikan oleh Allah. Hubungan ini jelas terlihat dalam Roma 12:6a, "Kita memiliki karunia-karunia (carismata) yang berbeda menurut kasih karunia (caris) yang dianugerahkan kepada kita."

Sebagai salah satu bentuk kasih karunia, karunia rohani adalah pemberian Allah kepada mereka yang tidak pantas menerimanya dan tidak dapat mencapainya dengan usaha sendiri. Jika mereka pantas menerimanya, maka itu bukanlah karunia, tetapi "hak". Jika mereka mencoba mendapatkannya dengan usaha sendiri, itu bukanlah karunia, tetapi "pembayaran" (lihat Roma 4:4-5). 

Penyebutan "karunia rohani" sebagai "kasih karunia" memiliki maksud tertentu. Penyebutan ini merupakan teguran halus kepada jemaat Korintus yang membanggakan diri dengan karunia-karunia rohani yang mereka miliki (pasal 12-14). Jika mereka menyadari bahwa semua itu adalah kasih karunia, maka mereka tidak akan membanggakan diri (lihat 1 Korintus 4:7, "Siapa yang membuatmu berbeda dari orang lain? Dan apa yang kamu miliki yang tidak kamu terima? Dan jika kamu menerimanya, mengapa kamu membanggakan diri seakan-akan kamu tidak menerimanya?").

Karunia Rohani yang Melimpah (1 Korintus 1: 5)

Paulus tidak hanya bersyukur atas karunia rohani yang ada dalam jemaat Korintus, tetapi ia juga secara khusus bersyukur atas jumlah yang melimpah dari karunia-karunia tersebut. Jemaat Korintus tidak hanya diberkati dengan karunia rohani, tetapi juga diperkaya (bentuk pasif) oleh Allah. Penggunaan kata "diperkaya" mengimplikasikan bahwa mereka memiliki banyak karunia rohani. Pada ayat 7, Paulus bahkan secara eksplisit menyatakan bahwa mereka tidak kekurangan dalam suatu karunia pun.

Karunia rohani yang paling sering disalahgunakan ( 1 Korintus 1:5)

Meskipun terdapat berbagai macam karunia rohani (lihat pasal 12), dalam ungkapan syukurnya, Paulus hanya menyebutkan dua di antaranya, yaitu "perkataan" (logos) dan "pengetahuan" (gnosis). Dua kata ini memiliki signifikansi khusus dalam konteks jemaat Korintus. Kata "logos" muncul sebanyak 64 kali dalam tulisan-tulisan Paulus, dengan 26 kali di antaranya terdapat dalam Surat 1 dan 2 Korintus. 

Sementara itu, kata "gnosis" muncul sebanyak 23 kali, dengan 16 kali di antaranya terdapat dalam Surat 1 dan 2 Korintus. Dalam daftar karunia rohani di pasal 12, "logos" dan "gnosis" bahkan disebutkan bersama-sama (12:8). Dari kemunculan kedua kata ini, dapat disimpulkan bahwa karunia "logos" merujuk pada segala macam karunia rohani yang terkait dengan kemampuan berbicara (seperti bahasa roh, penafsiran bahasa roh, dan hikmat berbicara), sedangkan "gnosis" berkaitan dengan pengetahuan rohani yang diberikan oleh Roh Kudus (seperti hikmat dan nubuat).

Penyebutan "logos" dan "gnosis" sebagai fokus ungkapan syukur Paulus merupakan hal yang menarik. Mengapa? Karena dua jenis karunia ini sering kali disalahgunakan oleh jemaat Korintus! Mereka merasa angkuh dengan kebijaksanaan mereka dan menganggap bahwa Injil adalah kebodohan (lihat 1:17-18, 25-29; 2:1-4). Mereka yang menganggap diri mereka memiliki "pengetahuan" justru menggunakan pengetahuan tersebut untuk meragukan iman orang lain yang lemah (1 Korintus 8:1, 7). Demikian juga bagi mereka yang diberkati dengan karunia berbahasa roh, mereka merasa lebih rohani dan penting daripada yang lain (pasal 14).

Karunia rohani sebagai konfirmasi Injil (1 Korintus 1:6)


Ungkapan syukur Paulus tidak berhenti hanya pada keberadaan karunia rohani di jemaat Korintus. Ia melihat ini sebagai sebuah konfirmasi atas pemberitaan Injil yang ia lakukan (ay. 6). Kata "diteguhkan" yang digunakan dalam ayat ini merujuk pada transaksi yang sah dalam perdagangan. Dalam zaman kuno, transaksi besar sering kali perlu ditandai dengan dokumen-dokumen penting, uang muka, atau meterai. Fakta bahwa jemaat Korintus dianugerahi berlimpahnya karunia rohani menunjukkan bahwa usaha pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Paulus tidak sia-sia.

Kita perlu memahami bahwa memiliki kemampuan supranatural tidaklah menjadi jaminan bahwa seseorang telah diselamatkan. Orang seperti Saul (1 Samuel 19:23-24), nabi-nabi palsu (Matius 7:21-23), dan pengikut iblis (Wahyu 13:13-14; 19:20) juga memiliki pengalaman supranatural. Beberapa orang yang terlihat dari luar sebagai orang Kristen dan memiliki karunia-karunia rohani tertentu ternyata tidak pernah benar-benar bertobat (Ibrani 6:4-9).

Kita harus memahami pernyataan Paulus dalam 1 Korintus 1:6 ini dalam konteks dari 1 Korintus 12. Sebelum membahas tentang karunia rohani (1 Korintus 1: 4-11), Paulus menegaskan peran Roh Kudus dalam keselamatan (1 Korintus 1: 1-3). Ia ingin menegaskan bahwa setiap orang yang telah diselamatkan pasti memiliki karunia rohani tertentu (lihat kata "semua orang" atau "tiap-tiap orang" pada 1 Korintus 6, 7, 11). 

Setiap orang percaya adalah bagian dari tubuh Kristus yang memiliki peran tertentu. Jadi, pemberian karunia kepada seseorang menunjukkan bahwa orang tersebut telah menerima Injil. Dalam ungkapan yang sederhana, orang yang memiliki karunia rohani belum tentu diselamatkan, tetapi orang yang telah diselamatkan pasti memiliki karunia rohani tertentu.

Tanya-Jawab : Ungkapan Syukur dalam Surat 1 Korintus 1:4-6: Karunia Rohani, Kelimpahan, dan Konfirmasi Injil

1. Apa yang dimaksud dengan "karunia rohani" dalam Surat 1 Korintus 1:4-6?

"Karunia rohani" dalam Surat 1 Korintus 1:4-6 merujuk pada berbagai karunia yang diberikan oleh Roh Kudus kepada orang-orang percaya, seperti kebijaksanaan, pengertian, iman, penyembuhan, dan lain-lain.

2. Apa yang dimaksud dengan "kelimpahan" dalam Surat 1 Korintus 1:4-6?

Dalam Surat 1 Korintus 1:4-6, "kelimpahan" merujuk pada kekayaan atau kecukupan yang diberikan oleh Allah kepada jemaat di Korintus. Ini mencakup segala sesuatu yang diperlukan untuk hidup dan pertumbuhan rohani, seperti kebijaksanaan, pengetahuan, dan pemahaman akan Firman Allah. Kelimpahan ini juga dapat mencakup berkat materi yang diberikan oleh Allah kepada jemaat. Dalam konteks ayat tersebut, kelimpahan adalah salah satu dari tiga hal yang disebutkan sebagai ungkapan syukur Paulus kepada Allah atas karunia Rohani dan konfirmasi Injil yang diberikan kepada jemaat di Korintus.

3. Mengapa penting bagi orang percaya untuk mengucapkan ungkapan syukur?

Ungkapan syukur merupakan sikap yang sangat penting bagi orang percaya karena mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas berkat yang diberikan oleh Tuhan dalam kehidupan kita. Dalam Surat 1 Korintus 1:4-6, Paulus mengucapkan syukur kepada Tuhan karena karunia Rohani, kelimpahan, dan konfirmasi Injil yang diberikan kepada jemaat di Korintus.

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita cenderung fokus pada masalah dan kekurangan yang ada di sekitar kita sehingga lupa untuk bersyukur atas berkat-berkat yang telah diberikan. Ungkapan syukur membantu kita untuk melihat sisi positif dari segala hal dan menghargai setiap berkat yang diberikan oleh Tuhan. Selain itu, ungkapan syukur juga dapat meningkatkan rasa percaya diri, kebahagiaan, dan kesejahteraan mental.

Sebagai orang percaya, ungkapan syukur juga dapat memperkuat hubungan kita dengan Tuhan. Dengan selalu bersyukur, kita menunjukkan rasa terima kasih dan penghargaan atas segala yang telah diberikan oleh Tuhan dalam hidup kita. Hal ini juga dapat membantu kita untuk lebih dekat dengan Tuhan dan memperkuat iman kita.

4. Apa yang dapat kita pelajari dari Surat 1 Korintus 1:4-6 tentang konfirmasi Injil?

Surat 1 Korintus 1:4-6 mengajarkan bahwa konfirmasi Injil adalah suatu karunia dari Allah yang diberikan kepada umat-Nya. Dalam ayat tersebut, rasul Paulus menyatakan rasa syukurnya karena umat Korintus telah diberkati dengan karunia rohani dan kelimpahan dalam Kristus, serta konfirmasi Injil yang telah diterima melalui kesaksian mereka.

Dari ayat ini, kita dapat belajar bahwa konfirmasi injil bukanlah sesuatu yang didapatkan melalui penalaran atau akal manusia semata, tetapi merupakan suatu pemberian dari Allah. Konfirmasi injil juga memberikan kepastian dan keyakinan bagi orang percaya tentang kebenaran ajaran Kristus.

Selain itu, Surat 1 Korintus 1:4-6 juga mengajarkan pentingnya bersyukur atas karunia-karunia yang diterima dari Allah. Rasul Paulus memberikan contoh dalam ayat tersebut dengan menyatakan rasa syukurnya atas karunia rohani, kelimpahan, dan konfirmasi injil yang diberikan kepada umat Korintus. Kita juga harus belajar untuk bersyukur atas karunia-karunia yang kita terima dari Allah dan menggunakannya untuk memuliakan-Nya.

5. Bagaimana ungkapan syukur dapat membantu kita untuk memperkuat hubungan kita dengan Tuhan?

Ungkapan syukur dapat membantu kita untuk memperkuat hubungan kita dengan Tuhan karena dengan bersyukur, kita mengakui bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Tuhan dan kita tidak bisa meraihnya sendiri tanpa campur tangan-Nya. Hal ini membuat kita merasa rendah hati dan menghargai anugerah yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita. Selain itu, bersyukur juga membantu kita untuk melihat sisi positif dari segala situasi dan menjaga fokus pada kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Dengan demikian, kita akan lebih dekat dengan Tuhan dan memperkuat hubungan spiritual kita dengan-Nya.
Next Post Previous Post