MAKNA KATA TAAT, HORMAT DAN JANJI (EFESUS 6:1-3)

Paulus menegaskan dalam surat Efesus ini bahwa anak-anak perlu dianggap, dihargai dan diperhatikan. Pada masa kerajaan Romawi anak-anak tidak dianggap, tidak berguna dan dibuang, dan bayi-bayi lemah atau lumpuh dibunuh, dan anak-anak yang sehat segar bugar sering dianggap menyusahkan saja. Tapi bagi Paulus ini sangat bertolak belakangan dengan apa yang di katakan Yesus ( Markus 10 :14). 
MAKNA KATA TAAT, HORMAT DAN JANJI (EFESUS 6:1-3)
Ucapan Yesus sangat berpengaruh dan justru Paulus secara khusus menyebut anak-anak dalam suratnya. Dan Paulus mengharapkan anak-anak hadir dan mendengar surat ini dibacakan dalam jemaat. Paulus juga memberikan alasan mengapa anak-anak dalam rumah tangga Kristen wajib menaati orang tuanya, yakni: kewajaran secara alamiah, hukum, dan Injil.

Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Dan kamu bapak-bapak janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak- anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan (Efesus 6: 1-3).

Bagi penulis ayat ini mengajarkan anak-anak untuk taat kepada orang tua, karena taat dan hormat adalah perintah Tuhan, dan ada berkat kebahagiaan serta umur panjang yang akan menjadi milik anak. Hubungan yang harmonis menciptakan komunikasi yang interaktif antara orang tua dan anak, yang tampak dari rasa saling percaya dan transparan. Taat dan hormat merupakan bagian yang integral dan mendatangkan dampak positif bagi hubungan orang tua dan anak.

Dr. J.L.Ch. Abineno dalam bukunya Tafsiran Surat Efesus menekankan bahwa ada empat surat Paulus yang ditulis pada waktu dia dipenjarakan, yaitu antara tahun 56 dan 62 M . Surat –surat itu adalah surat Efesus, surat Filipi, surat Kolose dan surat Filemon. Bandingkan Efesus 3:1, 4:1, 6:20, Filipi 1:12-13, Kol0se 1:24 dan Filemon 1.Yang sering dipersoalkan para teolog adalah tempat pengiriman surat-surat tersebut. Hanya ada dua kemungkinan saja, yaitu dari Kaisarea atau dari Roma. Di samping itu ada beberapa penafsir yang berpendapat bahwa surat-surat itu ditulis di Efesus dalam kunjungan Paulus selama tiga tahun di sana.

Penerima surat Efesus yang

1. Pertama adalah orang-orang kudus.

Ungkapan ini tidak melukiskan hanya beberapa orang dari jemaat di Efesus, namun juga merujuk kepada semua umat Allah. Setiap orang Kristen dapat disebut “Orang Kudus “sebab telah dikhususkan menjadi “Milik Allah”. Ungkapan ini mula-mula diterapkan kepada Israel sebagai “Bangsa Kudus, “tapi kemudian diperluas sehingga merujuk kepada seluruh masyarakat Kristen (apapun kebangsaannya), yang dapat disebut “Israel milik Allah” (Galatia 6:16).

2. Kedua, orang-orang percaya.

Kata sifat yunani pistos dapat berarti “yang percaya “atau yang dapat dipercayai ”. Dr. J.L.Ch. Abineno menekankan bahwa kedua arti itu terkandung dalam “Orang-Orang Percaya“. Sulit memang membayangkan seorang yang percaya tapi tidak dapat dipercayai; atau orang Kristen yang dapat dipercaya tapi tidak mempelajari sifat itu dari Tuhan yang dipercayainya itu.

3. Ketiga, dalam Kristus Yesus.

Ungkapan ini merupakan ungkapan kunci surat Efesus. Berada “Dalam Kristus“, berarti seseorang dipersatukan secara pribadi dan hidup dengan Kristus, sama seperti cabang-cabang pohon anggur dipersatukan dengan pohon anggurnya; dan anggota-anggota tubuh manusia menjadi bagian dari tubuhnya. Ini dapat digambarkan sebagai kuncup yang dalam sisa surat, akan berkembang. Menurut Perjanjian Baru dan khususnya Paulus, menjadi Kristen berarti seseorang mulai berada dalam Kristus, dan menjadi satu dengan Dia dan dengan umat-Nya.

4. Keempat, dalam kota Efesus (menurut beberapa naskah tangan). 

Kota Efesus yang mula-mula adalah koloni Yunani. Kemudian, di bawah kerajaan Romawi, Efesus menjadi ibu kota provinsi Asia. Kota Efesus sangat sibuk dengan kapal-kapal, walaupun sekarang sudah lama tertimbun lumpur. Kota Efesus adalah pusat penyembahan kepada Dewi Artemis.

Dalam Efesus 6:1-3 dijabarkan tentang hubungan antar orang tua dan anak-anak:

Ayat 1: Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian (Eph 6:1 ITB). Kata-kata di bagian awal nats ini ditujukan kepada anak-anak yang hadir juga dalam ibadah orang-orang Efesus.

Ayat 2:. Honour thy father and mother; (which is the first commandment with promise;) (Eph 6:2 KJV). Hormatilah ayahmu dan ibumu ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini (Eph 6:2 ITB).

Ayat 3: That it may be well with thee, and thou mayest live long on the earth. (Eph 6:3 KJV). Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi (Eph 6:3 ITB).5

Makna Kata Taat dalam Efesus 6:1

Makna kata ὑπακούετε, obey (Eph 6:1 BGT) menunjukkan kata benda yang bersifat netral dan jamak yang ditujukan kepada anak-anak secara umum, khususnya anak-anak dalam konteks jemaat Efesus. Kata “upakouo” artinya dengarkan, taat, tunduk kepada. Jadi penggunaan kata ὑπακούετε menekankan keaktifan dalam mendengar yang mengakibatkan ketaatan atau tunduk. Kata Taat dalam Perjanjian Baru banyak juga dipakai dalam kitab Markus 1:27; 4:41; Roma 10:16; Efesus 6:1, 5; Filipi 2:12; 2 Tesalonika 3:14; 1 Petrus 3:6

Lebih jelas lagi Matthew Hanry menuliskan bahwa, taat itu merupakan tugas anak-anak kepada orang tua mereka. Merupakan rasa takut kepada Tuhan. Tugas besar anak-anak adalah untuk mematuhi orang tua mereka (ayat 1), orang tua menjadi alat keberadaan mereka, Tuhan dan alam yang telah memberi mereka wewenang untuk memerintah, dengan tunduk kepada Allah; dan, jika anak-anak akan patuh kepada orang tua mereka yang saleh, mereka akan berada dalam cara yang adil untuk menjadi saleh sebagaimana adanya. Ketaatan yang dituntut Tuhan dari anak-anak mereka, atas nama mereka, mencakup penghormatan batin, serta ekspresi dan tindakan lahiriah. Kita tidak boleh tidak taat kepada Bapa surgawi kita dalam kepatuhan kepada orang tua duniawi; karena kewajiban kita kepada Allah adalah prioritas dan lebih tinggi dari semua orang lain.7

Dalam kebudayaan Romawi pada masa hidup Paulus, terdapat banyak hal yang membahayakan anak anak. 

1. Pertama, Patria Potestas (Kuasa Ayah), yaitu kuasa mutlak yang dimiliki seorang ayah bangsa Romawi terhadap keluarganya. 

Ayah dapat menjual mereka sebagai hamba, mempekerjakan mereka di ladangnya, atau menghukum anak-anak mereka sekehendak hatinya dan bahkan dengan hukuman yang membawa maut. Kuasa seorang ayah Romawi terhadap si anak berlaku terus sepanjang si ayah masih hidup. Jadi seorang anak Romawi tak akan pernah menjadi dewasa, sekalipun ia menjadi orang ternama, menjadi hakim, atau menerima tanda- tanda penghargaan dari negara dalam bentuk apa pun. Ia tetap dalam kuasa mutlak ayah.

2. Kedua, ada kebiasaan mempertontonkan anak. 

Bila ada bayi lahir, ia akan diletakkan di hadapan kaki ayahnya. Bila sang ayah membungkuk seraya mengangkat anak itu, maka hal itu berarti, bahwa ayah tersebut mengakui si anak dan bersedia untuk terus memeliharanya. Tetapi bila sang ayah berbalik meninggalkan anak tersebut, maka hal itu berarti penolakan, dan anak itu dapat dibuang.

3. Ketiga, anak anak yang berpenyakit dan cacat. 

Kebudayaan Romawi kuno sangat tidak berbelas kasihan kepada anak anak yang berpenyakit dan cacat. Seneca pernah menulis; lembu jantan kita sembelih; anjing gila kita cekik; ternak yang sakit kita binasakan agar tidak mencemari kawanannya; dan anak anak lemah dan cacat kita buang. Seorang anak yang lemah dan cacat sangat sedikit harapannya untuk dapat hidup. Keadaan yang seperti inilah yang menjadi titik tolak Paulus untuk menuliskan pandangan dan nasehat-nasehatnya kepada anak-anak dan orang tua. Paulus menerapkan agar supaya anak-anak patuh dan hormat kepada orang tuanya.

Paulus tidak setuju dengan ajaran kebudayaan Romawi mengenai didikan dalam keluarga. Paulusmemberikan dua alasan mengapa anak-anak dalam rumah tangga Kristen wajib menaati orangtuanya, yakni: kewajaran secara alamiah, dan injil. Bagi Paulus kewajaran alamiah adalah perintah bahwa anak-anak wajib menaati orangtuanya tidak tergantung pada penyataan khusus dari Allah, melainkan pada “hukum wajar” (natural law) yang dituliskan Allah di hati nurani semua manusia. Hukum itu berlaku di setiap masyarakat, bukan hanya di masyarakat Kristen

Paulus menegaskan bahwa taat yang dalam teks Efesus 6:1-3 adalah taat yang di lakukan secara berkesinambungan artinya anak-anak yang masih kecil atau menginjak usia dewasa tetap wajib mentaati orangtua mereka selama orangtua hidup. Karena kedudukan orangtua patut diindahkan. Dan bagi Paulus perintah ini mengartikan ketaatan anak adalah kewajinan Kristiani, pada hukum dan Alkitab. Dengan perkata lain, kewajiban itu wajar dan tertulis. Hati nurani dan dasar kewajaran itu diperkuat lagi dengan tradisi zaman baru dan Injil yang berkata, hai anak-anak taatilah orangtuamu “ di dalam Tuhan”, yaitu Tuhan Yesus.

Makna Kata Hormat Dalam Efesus 6:2

KataΤίμα(Eph 6:2 BYZ), honourayat ,berasal dari akar kata (menghormati, atau mengakui kedudukan).Seperti yang di jelaskan Wiersbe Commentary bahwa kata τιμάωmerupakan perintah bagi anak-anak untuk terus menghormati orang tua mereka, dan kata honour menunjukkan rasa hormat yang tinggi dan karenanya dianggap berharga, dihargai, dihargai atau dihormati. Untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang adalah mengenali nilainya sebagai seseorang, (dan jika mereka adalah orang tua untuk mengakui validitas peran mereka dan otoritas mereka). Kata Hormatilah atau hormat di dalam Perjanjian Baru banyak digunakan misalnya di Matius 27:9b. Markus 27:9a. - hormat, Matius 15:4, 8; Markus 7:6; 10:19; J 5:23; Efesus 6:2; 1 Timotius 5:3; 1 Petrus 2:17.

Sangat menarik bahwa Paulus menegaskan hal ini langsung kepada anak-anak dalam keluarga Kristen. Anak-anak juga hadir ketika ibadah berlangsung, dan mendengarkan Paulus saat ia menyampaikan perintahini dan sifatnya berlangsung terus-menerus. Gaebelein menulis: To honor (τίμα) is more than obey. It is to respect and esteem. Obedience on the part of children consist in listening to the advice given by parents (hypakoute). Artinya menghormati sama kedudukannya dengan taat, tetapi hormat mengarah kepada soal tanggung jawab dan menghargai. Dan ketaatan merupakan bagian seorang anak mendengarkan masukan atau saran dari orang tua.

Jadi menghormati orangtua merupakan suatu perintah dan kewajiban dari seorang anak terhadap orangtua secara terus menerus. Penghormatan sejajar dengan ketaatan, yaitu menghargai dan mengasihi mereka. Tindakan taat dilanjutkan dengan tindakan hormat kepada orangtua. Hal ini berlangsung terus menerus selama anak memiliki orangtua (orangtua masih hidup) dan tindakan ini juga bisa ditujukan kepada orang yang lebih tua seperti para pendidik mereka di gereja, di sekolah atau dalam masyarakat. Perintah utama untuk menghormati orang tua diberikan dengan disertai janji yaitu menjadi berhasil dan berumur panjang di bumi.

Makna Kata Janji dalam Efesus 6: 3

Kata janji dalam teks ini γένηται καὶ ἔσῃ μακροχρόνιος ἐπὶ τῆς γῆς. (Eph 6:3 BGT) dalam Detzler Bible Knowledge Commnetary dijelaskan bahwa ini adalah perintah pertama dengan sebuah janji. Sebenarnya ini adalah bagian kedua dalam hukum Taurat (Keluaran 20 :6). Namun dalam pandangan Paulus, untuk konteks ini perintah itu harus menjadi perintah utama. Paulus mendasari hukum Taurat bagian kedua khususnya hukum kelima menjadi perintah paling utama untuk anak-anak. Ini adalah "pertama" dalam arti "perintah utama," yaitu, yang paling penting bagi anak-anak dan itu juga memiliki janji. Di mana Paulus menggabungkan kewajiban anak untuk menaati orang tua dengan kewajiban terhadap Allah. 

Janji bagi mereka yang mematuhi orang tua mereka adalah bahwa mereka menikmati kehidupan yang sejahtera dan umur panjang di bumi. Ini menyatakan prinsip bahwa ketaatan memupuk disiplin diri, yang pada gilirannya membawa stabilitas dan umur panjang dalam kehidupan seseorang. Orang Israel yang terus-menerus tidak taat kepada orang tuanya tidak diistimewakan untuk menikmati kehidupan yang panjang dan stabil di tanah Israel. Contoh yang jelas dari hal ini adalah anak-anak Eli, Hofni dan Phinehas (1 Samuel 4:11].) Meskipun janji itu diberikan kepada Israel di Perjanjian Lama, asas itu masih berlaku hari ini.

Penulis menegaskan adanya hubungan janji dengan perintah yang diberikan kepada anak, bahwa janji itu sekaligus sebagai pujian bagi anak-anak yang taat dan hormat kepada para orang tua mereka. Anak akan diakui kedudukan sebagai anak-anak yang taat dan hormat kepada orang tua, dan mereka akan mendapatkan “kebahagiaan selama hidup di bumi dan di surga.” Anak-anak akan menerima berkat rohani dalam Kristus, anak-anak akan menikmati kemantapan sosial dalam bermasyarakat yang sehat dan kuat. Anak yang mendapatkan pujian memupuk rasa percaya diri. Janji dalam perintah untuk menghasilkan karakter taat dan hormat bagi anak akan menuai hasil berupa pujian dari Allah, dan pujian dari para orang tua anak. Bagi anak-anak yang biasa dipuji, akan tumbuh rasa percaya diri yang besar.

Konteks Pendidikan Keluarga Pada Masa Rasul Paulus

Di Efesus banyak orang Yahudi, yang menikmati kedudukan khas pada zaman kerajaan Romawimula – mula. Akwila dan Priskila, melayani agama Kristen di Efesus pada tahun 52M. Kemudian Paulus mengadakan penginjilan di sana, perkembangan agama Kristen yang menolak sinkretisme, terus menerus menghadapi perlawanan dari pihak agama yang sudah mantap.14Browning mengatakan dalam budaya Yahudi, keluarga merupakan sebagai wadah di mana kehendak Allah dinyatakan kepada anak. Itulah sebabnya Ismail mengatakan pendidikan keluarga Kristen ditekankan pada orang tua sebab ini merupakan bekal bagi orang tua supaya mampu mendidik anak dengan baik dan benar

Klyne Snodgrass mengatakan dalam , The NIV Aplication Commentary istilah anak yang dipakai Paulus diterjemahkan dari kata ηέκνα (Eph 6:1 BYZ) tekna dalam bentuk netral, mengandung makna laki laki maupun perempuan. Walaupun pada masa itu anak perempuan nampak kurang berharga jika dibandingkan dengan anak laki laki, tetapi Paulus tidak memandang pembatasan tersebut.

Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga

Lembaga masyarakat yang paling kecil tetapi penting adalah keluarga. Keluarga adalah anugrah Allah yang tidak ternilai harganya. Keluarga Kristen adalah tempat pendidikan yang pertama dan terutama bagi anak. Keluarga Kristen sangat memegang peran penting dalam Pendidikan Agama Kristen. Keluarga adalah sebagai satu kesatuan pokok bagi seluruh masyarakat. Apabila keluarga kuat dan sehat, maka masyarakat umum pun juga akan kuat. Keluarga Kristen yang telah dikuasai oleh Tuhan Yesus, pasti keluarga itu akan menjadi taat dan kuat di dalam Tuhan dan mereka akan mengembangkan dan mematangkan pribadi-pribadi Kristen.

Kenneth Chafin dalam bukunya IS There a Family in the House yang dikutip oleh Paulus memberikan gambaran tentang maksud keluarga dalam lima identifikasi salah satunya ialah keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi, hubungan sosial, kasih dan Rohani. Manusia diciptakan menurut gambar Allah sehingga mempunyai potensi untuk bertumbuh. Keluarga merupakan tempat untuk memberi energi, perhatian, komitmen, kasih dan lingkungan yang kondusif untuk bertumbuh dalam segala hal kearah Kristus Yesus

Keluarga yang baik juga harus mempertimbangkan tempat untuk tumbuh kembang anak. Lingkungan sangat mendukung karakter seorang anak membutukkan adaptasi dengan lingkungan, jika lingkungan tidak mendukung maka anak akan mengalami pertumbuhan rohani yang sulit berkembang, kondisi lingkungan keluarga sangat penting, karena lebih dekat dengan keluarga setiap harinya untuk menuntun perkembangan secara rohani yang terpenting, jika anak berada pada lingkungan keluarga yang sering berkonflik maka anak akan mudah mengikuti apa yang dilihat dan bisa terjadi didalam rumah mereka

Keluarga harus memiliki komunikasi yang cukup untuk memberikan perhatian kepada setiap anggota terlebih anak yang selalu membutuhkan perhatian dari orangtua, menjaga komunikasi dengan sopan kepada siapa saja terlebih anggota keluarga sangat penting dan merupakan didikan yang harus diajarkan oleh orang tua.Pendidikan keluarga memegang peranan yang penting dalam menanamkan nilai-nilai Kristiani. Tidak di pungkiri bahwa penanaman nilai-nilai atau keutamaan Kristiani bermula dari keluarga. Dengan kata lain tingkah laku seseorang sebagai orang Kristiani dilandasi oleh pendidikan yang baik dalam keluarga. Peran keluarga sangat vital sebab maju mundurnya kehidupan ditentukan oleh sejauh mana setiap pribadi dididik dalam keluarga.

Paulus menegaskan dalam suratnya di Efesus bahwa Keluarga Kristen membangun hidup sambil mencerminkan kasih karunia Allah. Inilah yang menjadi panggilan keluarga Kristen. Keluarga yang menghadirkan kasih karunia Allah merupakan harapan yang diimpikan. Orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga harus mengarahkan anggota keluarganya untuk mencintai kehidupan. Dalam arti tertentu, anggota keluarga mesti dituntun untuk memberikan penghargaan terhadap kehidupan sesama. 


Solidaritas terhadap sesama merupakan salah satu sikap yang hendaknya menjadi elemen pendidikan keluarga. Pendidikan dalam keluarga bertujuan untuk memberikan sebuah dasar pendidikan bagi setiap anggota keluarga tentang identitas panggilannya sebagai ciptaan yang mulia dari kehidupan sekaligus sebagai pewarta bagi sesama mengenai keluhuran martabat manusia dan kehidupan yang telah Tuhan berikan

Kesimpulan

Pertama, kata taat dan hormat merupakan bagian dari karakter yang dituliskan dalam Efesus 6: 1-3. Taat berarti tunduk kepada orang tua atau orang yang lebih tua. Paulus menekankan ketundukukan kepada orangtua. Hormat berarti menghargai atau memberi penghargaan yang tinggi. Teks ini masih sangat relevan untuk diterapkan dalam mendidik anak secara rohani. Orangtua seharusnya mendidik anak sesuai dengan ajaran Firman Tuhan.

Kedua, janji Tuhan diberikan bagi mereka yang taat kepada orang tua. Hal ini penting untuk diketahui para orang tua yang memiliki anak, sehingga mereka sebagai orang tua secara terus menerus tetap mengajar anak-anak untuk memiliki karakter taat dan hormat kepada orang tua. Tiur Imeldawati
Next Post Previous Post