Hidup Berkualitas dalam Iman (Matius 21:19-21)

Pembukaan:

Hidup yang bermakna dalam iman adalah suatu anugerah yang kita per oleh melalui pengajaran dan teladan yang diberikan oleh Yesus Kristus. Dalam perjalanan-Nya, Yesus memberikan banyak ajaran yang memandu kita untuk hidup bermakna, produktif, dan mendalam dalam iman kepada Allah. Salah satu pengajaran penting yang perlu kita pahami adalah tentang menghasilkan buah dalam hidup kita. Di dalam Matius 21:19, kita melihat Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, dan pesan dalam pengajaran ini relevan bagi kita semua.
Hidup Berkualitas dalam Iman (Matius 21:19-21)
Mari kita menjelajahi makna dan implikasi dari pengajaran ini dalam artikel ini.

1. Hidup yang Menghasilkan Buah

Matius 21:19 dalam Injil memperlihatkan kutukan yang Yesus lakukan terhadap sebatang pohon ara yang menampilkan kebusukan, meskipun seharusnya menghasilkan buah. Pohon ara ini melambangkan Bangsa Israel, terutama orang-orang Yahudi yang tinggal di Yerusalem saat itu, yang menolak Yesus sebagai Mesias. Pengutukan ini juga merujuk kepada Bait Allah yang seharusnya tempat ibadah, tetapi menjadi sarang penyamun dan tempat pertukaran uang.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa Bangsa Israel saat itu tidak menghasilkan buah bagi Allah, mirip dengan pohon ara yang tidak berbuah. Allah tidak menginginkan hal ini, sehingga Yesus mengutuk pohon ara tersebut sebagai peringatan bagi orang percaya masa kini agar hidup sesuai dengan pertobatan. Buah yang dihasilkan oleh orang percaya seharusnya mencerminkan pertobatan (Matius 3:7) dan perilaku yang baik (Matius 7:17). Ini adalah buah Roh, seperti yang dijelaskan oleh Paulus dalam Galatia 5:22-23. Allah ingin umat-Nya menghasilkan buah yang memuliakan-Nya (Yohanes 15:8).

Setiap orang percaya seharusnya hidup dengan menghasilkan buah, dan ini hanya mungkin jika mereka tinggal dalam Yesus dan hidup sesuai dengan Firman-Nya. Hidup dalam Yesus berarti membangun hubungan intim dengan-Nya dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ini mengubah identitas seseorang dan menghasilkan buah yang bermanfaat bagi orang lain.

Hidup dalam Kristus adalah jaminan untuk menghasilkan buah, dan hanya orang-orang yang hidup dalam Roh Kudus yang dapat berbuah. Ini berarti meninggalkan kehidupan lama dan berkembang dalam keserupaan dengan Kristus. Hidup yang menghasilkan buah adalah kehidupan yang berdampak pada orang lain.

2. Hidup dengan Hati yang Murni

Dalam Matius 21:19, Yesus menghampiri pohon ara yang seharusnya menghasilkan buah, tetapi tidak ada buah padanya. Penampilannya menipu karena seharusnya ada buah, namun tidak ada. Hal ini mencerminkan dosa kemunafikan yang ada di Bangsa Israel saat itu, yang Allah benci. Allah yang Mahasuci membenci dosa, dan kemunafikan adalah dosa di mana seseorang bertindak palsu di depan orang lain, mencari penghargaan dan pujian.

Orang percaya seharusnya meneladani kehidupan Yesus yang murni dan tidak munafik. Mereka seharusnya tidak hidup dengan topeng, tetapi hidup dengan integritas dan tulus. Hidup dengan hati yang murni berarti melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan, tanpa motivasi lain.

Pesan dari Yesus dalam Matius 6 adalah untuk melakukan hal-hal baik bukan untuk dipuji orang lain, tetapi untuk kemuliaan Allah. Hidup dengan hati yang murni adalah hidup yang memprioritaskan kemuliaan Tuhan di atas segalanya.

3. Hidup yang Peduli Lingkungan

Di Matius 21:19, Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, mungkin karena buahnya telah diambil oleh orang-orang yang lewat. Ini mencerminkan sifat serakah manusia yang tidak peduli dengan orang lain dan eksploitasi alam tanpa memperhatikan konsekuensinya.

Orang percaya seharusnya peduli terhadap lingkungan. Paus Yohanes Paulus II menekankan pentingnya peduli terhadap alam dan mengembangkan program penyelamatan lingkungan. Orang percaya harus menjaga lingkungan sebagai bentuk pewujudan syalom Allah di dunia ini.

Melalui pengajaran gereja, orang percaya harus sadar akan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan dan berperan aktif dalam pembangunan berkelanjutan. Hidup yang berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan generasi mendatang.

4. Hidup yang Mengandalkan Tuhan

Pada Matius 21: 21, Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya tentang kekuatan doa yang penuh iman. Yesus menyatakan bahwa ketika berdoa dengan iman, segala sesuatu mungkin terjadi. Doa adalah sarana komunikasi dengan Allah, dan ketika berdoa dengan penuh iman, Allah akan mengabulkan permintaan.

Orang percaya harus membangun kehidupan doa yang tulus dan penuh iman. Doa adalah cara untuk mengandalkan Tuhan dalam segala situasi. Kualitas doa lebih penting daripada kuantitas. Doa yang berkualitas adalah doa yang tulus, dilakukan dengan kepercayaan kepada Allah, dan sesuai dengan kehendak-Nya.

Baca Juga: Matius 21:18-22 (Yesus Mengutuk Pohon Ara)

Oleh karena itu, orang percaya seharusnya hidup dalam ketergantungan pada Tuhan, membangun hubungan yang erat dengan-Nya, dan selalu berdoa dengan penuh iman tanpa keraguan. Hidup yang mengandalkan Tuhan adalah hidup yang percaya bahwa segala sesuatu mungkin terjadi melalui kekuatan doa dan kehadiran Allah dalam kehidupan mereka.

Kesimpulan:

Dalam hidup ini, kita diberikan peluang untuk hidup bermakna dan menghasilkan buah dalam iman kita kepada Allah. Pengajaran Yesus mengenai mengutuk pohon ara yang tidak berbuah mengajarkan kita tentang pentingnya hidup dengan menghasilkan buah, hati yang murni, peduli terhadap lingkungan, dan mengandalkan Tuhan melalui doa yang penuh iman.

Ketika kita menghindari kemunafikan, hidup untuk kemuliaan Tuhan, menjaga ciptaan-Nya, dan berdoa dengan keyakinan, kita dapat hidup sesuai dengan rencana-Nya dan menjadi berkat bagi orang lain. Hidup ini bukan hanya tentang penampilan luar, tetapi juga tentang isi hati dan tindakan nyata yang kita lakukan.

Marilah kita terus mengembangkan hubungan yang erat dengan Allah, mengikuti teladan Yesus Kristus, dan menjalani hidup yang bermakna dalam iman kita. Dengan demikian, kita akan memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi dunia di sekitar kita.
Next Post Previous Post