Doa dan Kerja Menurut Luther

Pendahuluan:

Dalam perjalanan spiritualitas dan aktivitas sehari-hari, pandangan teologis Martin Luther mengenai doa, panggilan, dan kerja membuka pintu wawasan yang mendalam. Luther menuntun kita untuk melihat bahwa doa tidak membebaskan kita dari tugas dan pekerjaan, melainkan menjadi landasan kesadaran akan kehadiran ilahi di dalamnya.
Doa dan Kerja Menurut Luther
Artikel ini akan menjelajahi perspektif Luther tentang keterlibatan Tuhan dalam aktivitas manusia dan bagaimana doa memperkuat hubungan tersebut. Pemahaman mengenai panggilan manusia juga akan diulas, menyoroti kesetiaan yang diperkuat

Doa tidak meniadakan kerja. Doa tidak meniadakan persiapan untuk melakukan pekerjaan atau proyek apa pun saja. Dalam pandangan Luther, segala sesuatu atau segala ciptaan adalah “topeng” Allah, yang melaluinya Ia menyembunyikan diri-Nya, namun tetap melaksanakan karya providensia-Nya.

Pembahasan

Luther berpendapat bahwa terdapat keterlibatan yang erat antara Allah dan dunia ini. Pendapat Luther ini sama dengan pandangan Calvin tentang providensia Allah. Menurut Luther aktivitas manusia dalam bentuk apa pun saja tidak terlepas dari keterlibatan Allah. Apa pun saja peristiwa yang terjadi, dapat terjadi, karena Allah terlibat. Dengan demikian pekerjaan manusia merupakan pekerjaan Allah juga.

Wingren menulis, Normally man works together with God by using with all his power and understanding the things which God has created. It happens in home, field, workshop, and government

Manusia yang menjalankan panggilan adalah manusia yang menjalankan kehidupannya. Orang yang memakai atau memanfaatkan ciptaan Allah di sekelilingnya dengan segenap kekuatan dan pemahamannya akan menghasilkan apa yang berguna bagi hidupnya. Semua ini terjadi di dalam segala aspek hidup.

Orang yang tidak menggunakan semua yang sudah Allah sediakan untuk melaksanakan kehidupannya, mencobai Allah. Dengan demikian kemalasan merupakan tindakan mencobai Allah. Dalam hal ini, berdoa meminta pertolongan Tuhan sama artinya dengan meminta ijin untuk malas. Doa setiap waktu atau tanpa henti tidak dimaksudkan untuk menghentikan pekerjaan orang.

Doa yang berkuasa adalah doa yang dipanjatkan oleh orang yang mengerjakan pekerjaannya dengan rajin.

Wingren mengungkapkan pandangan Luther dalam hal ini demikian: He who has not done what he can with creation’s gifts does not have the firm faith that can confront God and pray for more. In answer to such lazy petitions God only points to the gifts already given in creation and says, ‘Thou shalt labor.’” ..., “that there are times when all human ways are blocked. In a special sense this is the time for prayer.

Uraian di atas menunjukkan bahwa pengertian doa dan kerja di atas sepertinya mengarahkan kesungguh-sungguhan berdoa hanya pada waktu seseorang merasakan kebutuhan yang besar atas sesuatu. Kesalahan pengertian memang dapat terjadi, karena itu Wingren melanjutkan apa yang dimaksudkan Luther, demikian, “To be sure, Luther pleads for regular devotions, for morning and evening prayers, and not only for prayer in manifest need.”

Baca Juga: Doa dan Anfechtungen Menurut Luther

Manfaat doa bagi panggilan, yaitu dalam hal doa menjadikan orang percaya setia kepada panggilannya. Kesetiaan terhadap panggilannya ini sebaliknya juga makin menguatkan doa-doanya. Dengan demikian orang percaya dapat mengalami apa yang ia imani.

Kesimpulan:

Dalam penutup, pandangan Martin Luther mengenai doa, panggilan, dan kerja menggambarkan harmoni yang esensial antara dimensi spiritual dan aktivitas sehari-hari. Doa, bagi Luther, bukanlah pemisah dari tanggung jawab, melainkan penguat kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam setiap tindakan.

Pentingnya panggilan manusia juga ditekankan sebagai bagian integral dari keterlibatan ilahi, di mana doa menjadi katalisator kesetiaan terhadap panggilan tersebut. Dengan merangkum perspektif Luther, kita diajak untuk menemukan makna mendalam di balik rutinitas, menjadikan spiritualitas sebagai pengarah dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh arti
Next Post Previous Post