Profil Yesus Sebagai Guru Berdasarkan Matius

Pendahuluan: 

Menurut Matius bagian firman Tuhan ini, Yesus Kristus disebut sebagai pengajar yang berkuasa. Yang mengakibatkan pendengarnya menjadi takjub. Kata takjub mempunyai sinonim terpukau, tercengang, heran sekali. Kalau menurut pedoman penafsiran Alkitab Injil Matius, kata takjub adalah terjemahan kata kerja Yunani yang sangat kuat dan dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan kagum maupun takut. 
Profil Yesus Sebagai Guru Berdasarkan Matius 7:28-29
Dalam Injil Matius, selain dalam ayat ini kata kerja tersebut juga dipakai dalam Matius 13:54. Matius 22:33 “Orang banyak yang mendengar itu takjub akan pengajaran-Nya” (Yesus menjawab pertanyaan orang Saduki tentang kebangkitan”. Hal ini menggambarkan bahwa Yesus adalah seorang guru yang berbobot/berkualitas. Kemampuan yang dimiliki-Nya lebih dari ahli-ahli Taurat pada zaman mereka. Karenanya Ia banyak dikagumi, diminati dan disenangi.

Hal menarik lainnya yang dapat dipelajari dari ayat ini adalah bahwa ternyata orang-orang yang mengagumi Yesus sebagai pengajar yang berwibawa bukan hanya berasal dari satu tempat melainkan dari berbagai tempat. Hal ini dapat dilihat dari keterangan yang diberikan oleh Matius 4:25. Hal ini menggambarkan bahwa Yesus adalah seorang guru yang unik, lain dari pada yang lain. Tidak satu pun guru di zamannya yang dapat menandingi-Nya.

Pendengar menjadi takjub karena Tuhan Yesus mengajar dengan penuh wibawa. Dalam bahasa Yunani kata Kuasa memiliki sinonim wibawa. Timbul pertanyaan, mengapa Yesus disebut sebagai pengajar yang berwibawa? Dari hal-hal apa saja Yesus dipandang sebagai pengajar yang berwibawa (yang menunjuk pada perbedaannya dengan ahli-ahli Taurat)?. Sebutan Yesus sebagai pengajar yang berwibawa disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Faktor Isi pengajaran-Nya (content).

Yesus memiliki kualitas pengajaran.

• Isi pengajaran-Nya sangat indah dan memikat hati. 

Yesus memulai ajaran-Nya dengan sembilan (9) ucapan bahagia. Pada dasarnya sepanjang masa dalam sejarah perjalanan umat manusia, baik dari dunia Timur maupun Barat, belum pernah didengar oleh telinga manusia ucapan-ucapan seindah ini: Berbahagialah yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga (Matius 5:3). Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur (Matius 5:4). Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi (Matius 5:5), dan seterusnya. Awal pengajaran ini telah mengindikasikan bahwa Yesus sangat berbeda dengan guru-guru lain pada zamannya. 

Dalam pengajaran-Nya Yesus menawarkan penghiburan dan pengharapan kepada orang-orang yang mendengarnya. Tidak seperti ahli-ahli Taurat yang senantiasa menambah beban dengan pengajaran-pengajaran hukum Taurat. Berbeda dengan Yesus yang menghendaki keselamatan manusia. Allah bukanlah pertama-tama Allah yang menuntut, melainkan Allah yang memberi. 

Kasih dan keadilan didemonstrasikan dengan baik. Ia memberikan satu cara atau jalan baru untuk memperoleh hidup yang kekal. Kasihilah musuhmu, jangan kamu menghakimi supaya kamu tidak dihakimi dan segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka, dan lain-lain.

• Isi pengajaran-Nya menjawab kebutuhan persoalan-persoalan sehari-hari. 

Misalnya, bagaimana mendapatkan kebahagiaan yang sejati (Matius 5:1-12), bagaimana bisa memosisikan diri sebagai pribadi yang memberikan pengaruh positif terhadap sesama (Matius:5:13-16), bagaimana hubungan antara Yesus dan hukum Taurat serta etika dalam berkomunitas (Matius 5:17-48), bagaimana memberi sedekah (Matius 6:1-4), bagaimana berdoa yang benar (Matius 6:5-15), bagaimana berpuasa yang berkenan kepada Allah (Matius 6:16-18), mengenai bagaimana mengumpulkan harta (Matius 6:19-24), bagaimana sikap dalam menjalani hidup (Matius 6:25-34), bagaimana hubungan kita dengan sesama (Matius 7:1-5), tentang kuasa doa (Matius 7:7-11), bagaimana menghadapi ajaran sesat (Matius 7:15-21)31 . 

Menurut hemat penulis pengajaran yang dibentangkan oleh Tuhan Yesus dalam kitab Injil Matius tidak asing bagi para pendengar-pendengar-Nya melainkan persoalan-persoalan yang mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Suatu sifat yang nyata sekali dalam kepribadian Yesus ialah kepedulian-Nya bagi kesejahteraan orang banyak. Yesus memberikan pengajaran untuk menuntun, mengarahkan pendengar-Nya menjadi warga kerajaan sorga / kerajaan Allah. 

Bahkan, J.M Price mengemukakan bahwa Yesus mengasihi orang dan memperhatikan persoalan-=persoalan yang mereka hadapi di pelbagai dimensi hidup. Serta tidak hanya menaruh perhatian kepada masalah-masalah, namun Yesus juga berbuat sesuatu untuk menolong mereka. Pelayanan Yesus adalah jenis pelayanan yang utuh.

2. Cara pengajaran Yesus Kristus.

• Cara penyampaian Yesus yang begitu menarik dan meyakinkan. 

Indikasinya adalah kata sesungguhnya (bdk. Matius 5:18; 5:26; 6:2; 6:5;6:16;). Yesus mengetahui dan memahami apa yang Ia ajarkan. Ia membawa kebenaran yang berasal dari diri sendiri. Di dalam Alkitab sering ditemukan kata Aku yang mengindikasikan pada Yesus sendiri (bdk. Matius 5:11; 5:17; 18; 20; 22, 26; 28; 32; 34; 39; 44).

• Ahli-ahli Taurat mengajar dengan cara mengutip satu ayat dari Kitab Suci dan membicarakan apa yang dikatakan para guru dan ahli Taurat lainnya mengenai ayat itu. Namun, Yesus mengajar secara langsung tanpa mengacu pada pendapat guru-guru yang lain. 

Hal senada dengan pernyataan di atas diucapkan oleh J.M Price, bahwa pengetahuan ahli-ahli Taurat dan rabi-rabi pada zaman Yesus itu berasal dari luar, karena mendengar dari orang lain sedangkan Yesus tidaklah demikian. Ajaran-ajaran-Nya berasal dari dalam, tidak perlu mendapat dukungan. Ia tidak seperti guru-guru lain. Ia tidak pernah mengutip ucapan siapa pun untuk menguatkan pernyataan-Nya. 

Perkataan-Nya sendiri dipandang cukup karena ajaran-Nya diaplikasikan , diimplementasikan di dalam kehidupan-Nya sehari-hari dalam segala dimensi kehidupan. Kehidupan-Nya menguatkan / meneguhkan segala ajaran-ajaran-Nya. Demikian juga dengan Matthew E. Carlton menyatakan bahwa ahli-ahli/Pengajar Taurat mengajarkan firman/perkataan Allah dengan mengutip pendapat orang/guru lain mengenai arti Firman/Perkataan Allah. Namun, Yesus mengajarkan Firman/Perkataan Allah secara langsung tanpa mengutip pendapat orang lain

3. Keteladanan hidup Yesus (The Act Of Teaching). 

Yesus mengajar dengan teladan dan bukan hanya dengan kata-kata. Lain halnya dengan orang Farisi yang pintar berteori namun enggan dalam bertindak. Itu sebabnya, Yesus pernah menegur dengan keras dalam Matius 23:3. Penulis melihat di dalam diri Yesus ada keselarasan/kesatuan antara pengajaran dengan tindakan (integritas). Pengajaran yang Yesus ajarkan benar-benar terimplementasi dalam kehidupannya. Mengenai hal ini Andar Ismail berkomentar, Yesus meninggalkan teladan sebuah gaya hidup yang luhur. 


Selama 33 tahun Ia hidup bukan demi kepentingan-Nya sendiri, melainkan untuk kepentingan orang banyak. Yesus berkata bahwa Ia meninggalkan sebuah teladan bagi pengikut-Nya untuk diikuti (bdk. Yohanes 13:15). Teladan memang mempunyai daya yang kuat baik bagi anak kecil maupun orang dewasa, lebih-lebih teladan dari pendidik, pemimpin dan pemuka masyarakat. Karena itu tidak salah seorang pengkhotbah / pengajar yang mengatakan bahwa pengajaran atau khotbah yang berkuasa adalah khotbah atau pengajaran yang dilakukan

4. Pengetahuan Yesus . 

Salah satu penyebab mengapa para pendengar terkagum-kagum akan pengajaran Yesus adalah karena Dia memiliki pengetahuan yang mendalam tentang firman Allah (khususnya PL). Firman Allah itulah bahan utama yang dipakai-Nya untuk mengajar dan mendidik. 

Dalam Matius 5:17-18 Ia mengatakan “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya…….”. Kepiawaian-Nya dalam menguraikan hukum Taurat dan pemberian makna baru, segar, utuh (tidak memisahkan bagian yang satu dari yang lain / komprehensif) membuat Yesus menjadi guru yang berbeda dari ahli-ahli Taurat.

5. Hal lain yang membedakan Tuhan Yesus Kristus dengan ahli-ahli Taurat adalah karena Yesus memakai ilustrasi (ragi mengkhamirkan seluruh adonan), metafora (misalnya, garam dan terang) dan perumpamaan (perumpamaan tentang penabur) secara kreatif dan inovatif. Yesus juga menggunakan benda-benda yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari: garam, burung, pelita, bunga, gandum, jala dan sebagainya

Dengan demikian Matius menggambarkan Yesus sebagai GURU AGUNG yang memiliki kompetensi kepribadian yang sempurna (Pengajar yang penuh kuasa atau berwibawa). Melalui penggalian ini pembaca diperhadapkan kepada dua pilihan, apakah manusia ingin seperti Yesus atau ahli-ahli Taurat. Namun, Matius hendak menggiring pembaca untuk mengikuti atau meneladani Yesus. Sebab persoalan saat ini adalah bahwa sebagian guru kehilangan otoritas, wibawa, otoritas atau wewenang. Namun, dengan menelusuri profil keguruan Yesus maka mengajar dengan penuh kuasa (eksousia) bisa menjadi kenyataan
Next Post Previous Post