Syukur dan Doa dalam Kolose: Komunitas Kristen
Pendahuluan:
Surat kepada jemaat Kolose menyoroti tema utama syukur dan doa sebagai respons terhadap karya Allah dalam kehidupan orang percaya. Dalam surat ini, Paulus menekankan pentingnya ekspresi syukur sebagai bukti kehidupan kristiani yang melibatkan seluruh komunitas. Mari kita telaah lebih lanjut bagaimana motif syukur mengalir melalui surat Kolose, mencerminkan komitmen komunal dan kesatuan dalam iman Kristen
Surat kepada jemaat Kolose menyoroti tema utama syukur dan doa sebagai respons terhadap karya Allah dalam kehidupan orang percaya. Dalam surat ini, Paulus menekankan pentingnya ekspresi syukur sebagai bukti kehidupan kristiani yang melibatkan seluruh komunitas. Mari kita telaah lebih lanjut bagaimana motif syukur mengalir melalui surat Kolose, mencerminkan komitmen komunal dan kesatuan dalam iman Kristen
Melimpahlah dengan Syukur (Kolose 2:7)
Partisip aktif melimpah dalam ucapan syukur (perisseuontes en eucharistia) adalah respons jemaat terhadap berbagai karya Allah di dalam dan melalui hidup orang percaya yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan.
Partisip aktif melimpah dalam ucapan syukur (perisseuontes en eucharistia) adalah respons jemaat terhadap berbagai karya Allah di dalam dan melalui hidup orang percaya yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan.
Menurut Lohse ucapan syukur diungkapkan sebagai bentuk terima kasih (gratitude) dan dalam nyanyian pujian kepada Allah. Apakah pernyataan Lohse cukup? Tentu tidak. Bersyukur dalam surat Kolose memiliki makna multifaset
Motif ucapan syukur dalam surat Kolose muncul enam kali (Kolose 1:3, 12; 2:7; 3:15, 16, 17; 4:2). Kenyataan ini memberi indikasi bahwa syukur merupakan motif penting dalam surat Kolose. Menurut Kolose 2:7 bersyukur merupakan ciri kelihatan manusia yang hidup atau berjalan dalam Tuhan karena tiga partisip sebelumnya agak bersifat abstrak, tidak kasatmata.
Artinya wujud kelihatan jemaat yang menerima Yesus sebagai Tuhan terlihat dalam bentuk syukur yang diekspresikan melalui dan di dalam hidupnya sehari-hari. Ucapan syukur tidak dapat dibatasi hanya dalam konteks ibadah umum. Karena ucapan syukur merupakan bentuk konkret berjalan di dalam Kristus, ia merupakan ungkapan kehidupan. Artinya hidup orang percaya adalah ucapan syukur. Sebagai ungkapan kehidupan inilah mengapa syukur bermuatan multidimensi. Muatan ini yang diuraikan berikut.
Syukur dan Doa (Kolose 1:3, 12)
Paulus menunjuk pada dirinya sendiri sebagai model pengucapan syukur (1:3, 12). Paulus bersyukur kepada Allah. Ucapan syukur diekspresikan dalam bentuk doa bersama. Paulus dan rekanrekan sekerja mendoakan jemaat Kolose. Doa yang disampaikan ialah doa ucapan syukur bukanlah doa permohonan. Paulus dan rekan sekerjanya bersyukur karena menyadari bahwa Allah telah menjawab doanya. Iman dan kasih yang hidup berkembang dalam jemaat Kolose merupakan jawaban terhadap doanya. Paulus mengucap syukur meski belum melihat secara visual jawaban doanya.
Ucapan syukur dalam Kolose 1:3 mengandung beberapa elemen:
(i) bentuk ucapan syukur
Paulus mengekspresikan ucapan syukurnya dalam bentuk doa. Ucapan syukur tidak harus diwujudkan dalam bentuk pesta atau perjamuan makan-minum. Seberapa sering Paulus berdoa? Kaum Ibrani saleh biasanya berdoa 3 kali sehari (Daniel 6:11; Kisah Para Rasul 3:1; 10:3)
(ii) komunal
Motif ucapan syukur dalam surat Kolose muncul enam kali (Kolose 1:3, 12; 2:7; 3:15, 16, 17; 4:2). Kenyataan ini memberi indikasi bahwa syukur merupakan motif penting dalam surat Kolose. Menurut Kolose 2:7 bersyukur merupakan ciri kelihatan manusia yang hidup atau berjalan dalam Tuhan karena tiga partisip sebelumnya agak bersifat abstrak, tidak kasatmata.
Artinya wujud kelihatan jemaat yang menerima Yesus sebagai Tuhan terlihat dalam bentuk syukur yang diekspresikan melalui dan di dalam hidupnya sehari-hari. Ucapan syukur tidak dapat dibatasi hanya dalam konteks ibadah umum. Karena ucapan syukur merupakan bentuk konkret berjalan di dalam Kristus, ia merupakan ungkapan kehidupan. Artinya hidup orang percaya adalah ucapan syukur. Sebagai ungkapan kehidupan inilah mengapa syukur bermuatan multidimensi. Muatan ini yang diuraikan berikut.
Syukur dan Doa (Kolose 1:3, 12)
Paulus menunjuk pada dirinya sendiri sebagai model pengucapan syukur (1:3, 12). Paulus bersyukur kepada Allah. Ucapan syukur diekspresikan dalam bentuk doa bersama. Paulus dan rekanrekan sekerja mendoakan jemaat Kolose. Doa yang disampaikan ialah doa ucapan syukur bukanlah doa permohonan. Paulus dan rekan sekerjanya bersyukur karena menyadari bahwa Allah telah menjawab doanya. Iman dan kasih yang hidup berkembang dalam jemaat Kolose merupakan jawaban terhadap doanya. Paulus mengucap syukur meski belum melihat secara visual jawaban doanya.
Ucapan syukur dalam Kolose 1:3 mengandung beberapa elemen:
(i) bentuk ucapan syukur
Paulus mengekspresikan ucapan syukurnya dalam bentuk doa. Ucapan syukur tidak harus diwujudkan dalam bentuk pesta atau perjamuan makan-minum. Seberapa sering Paulus berdoa? Kaum Ibrani saleh biasanya berdoa 3 kali sehari (Daniel 6:11; Kisah Para Rasul 3:1; 10:3)
(ii) komunal
‘Kami’ mengucap syukur. Siapa yang dimaksud dengan ungkapan kami? Pronomina kami dapat menunjuk kepada beberapa kemungkinan: Paulus sendiri (bentuk gaya bahasa) atau Paulus dan Timotius atau Paulus dan semua rekan sekerjanya atau Paulus dan semua pembaca surat Kolose. Barth-Blanke mengajukan pendapat bahwa ungkapan ‘kami’ merupakan suatu bentuk jamak literer (literary plural). Maksudnya meski penggunaan dalam bentuk jamak tetapi bentuk tunggal yang dimaksud.
Ucapan syukur dalam surat-surat Paulus biasanya disampaikan dalam bentuk tunggal. Jadi, meski digunakan bentuk jamak, artinya dalam bentuk tunggal. Ungkapan ‘kami’ menunjuk kepada Paulus sendiri tanpa melibatkan orang lain. Tetapi dari beberapa alternatif di atas kemungkinan ‘Paulus dan semua rekan sekerjanya’ lebih dapat diterima.
Dalam surat Kolose dengan jelas dibedakan penggunaan pronomina ‘aku’ (Kolose 1:23, 24, 25, 29; 2:1, 4, 5; 4:4, 7, 8, 10, 11, 13, 18) dan ‘kami’ (Kolose 1:9, 28; 4:3, 8). Pada Kolose 1:28 dan 1:29 (juga Kolose 4:3 dan Kolose 4:4) terjadi perubahan dari bentuk orang pertama jamak (kami) ke bentuk orang pertama tunggal (aku). Penggunaan pronomina kami pada 1:28 tidak terbatas pada Paulus sendiri atau Timotius.
Ucapan syukur dalam surat-surat Paulus biasanya disampaikan dalam bentuk tunggal. Jadi, meski digunakan bentuk jamak, artinya dalam bentuk tunggal. Ungkapan ‘kami’ menunjuk kepada Paulus sendiri tanpa melibatkan orang lain. Tetapi dari beberapa alternatif di atas kemungkinan ‘Paulus dan semua rekan sekerjanya’ lebih dapat diterima.
Dalam surat Kolose dengan jelas dibedakan penggunaan pronomina ‘aku’ (Kolose 1:23, 24, 25, 29; 2:1, 4, 5; 4:4, 7, 8, 10, 11, 13, 18) dan ‘kami’ (Kolose 1:9, 28; 4:3, 8). Pada Kolose 1:28 dan 1:29 (juga Kolose 4:3 dan Kolose 4:4) terjadi perubahan dari bentuk orang pertama jamak (kami) ke bentuk orang pertama tunggal (aku). Penggunaan pronomina kami pada 1:28 tidak terbatas pada Paulus sendiri atau Timotius.
Pronomina ‘kami’ pada Kolose1:28 melibatkan banyak orang. Seperti Paulus dan rekan sekerja memberitakan Injil demikian juga Paulus dan anggota timnya berdoa bersama. Jadi, pronomina ‘kami’ menunjuk pada Paulus dan rekan-rekan sekerjanya.
Paulus mengucap syukur tidak sendirian. Paulus mengajak orang-orang yang menyertainya untuk bersama-sama mengucap syukur. Kata kerja ‘kami bersyukur’ (eucharistoumen -eu vcaristou/men) dalam bentuk jamak menegaskan karakter komunal ucapan syukur yang disampaikan Paulus. Kelihatan sudah merupakan kebiasaan bagi Paulus dan rekan sekerja untuk berdoa bersama (1 Tesalonika 1:2; 2:13)
(iii) objek bersyukur
Objek ucapan syukur ialah Allah yang digambarkan Paulus dengan ringkas sebagai Bapa Tuhan Yesus (1:3). Dalam kumpulan surat-surat Paulus (Pauline corpus) objek ucapan syukur selalu ditujukan kepada Allah. Sebagai pengecualian dapat disebut surat 1 Timotius di mana Kristus Yesus adalah objek ucapan syukur. Relasi Allah dan Yesus diungkapkan dalam relasi bapa-anak. Dalam 1:2 relasi jemaat Kolose dan Allah sudah dinyatakan dalam relasi bapak anak. Allah menjadi Bapa karena Yesus (Kolose 3:17).
Allah disapa Bapa kita karena Allah adalah Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus. Allah menjadi Bapa berdasarkan dan oleh karena Yesus Kristus. Penyebutan Allah sebagai ‘Bapa kita’ jelas mengungkapkan kesetaraan semua manusia yang percaya pada Yesus. Sapaan tersebut meruntuhkan perbedaan gender, rasial dan status sosial yang memisahkan hidup manusia
Konsep Allah sebagai Bapa bukanlah gagasan baru. Kaum Ibrani sebelumnya telah mengenal Allah sebagai Bapa. Sejak awal pembentukan Israel sebagai suatu bangsa merdeka, Israel dinyatakan sebagai anak Allah yang sulung (Keluaran 4:22). Kesadaran bangsa Israel akan Allah sebagai Bapa merupakan motif yang terjalin erat dalam sejarah kehidupan bangsa (Yesaya 63:16; 64:8; Yeremia 3:4, 19; 31:9; Mazmur 89:27).
Konsep yang hidup dalam teologi Ibrani, dibawa Paulus ke dalam teologi Kristen dengan perluasan konsep meliputi kelompok etnis Ibrani dan kelompok etnis-etnis bukan Ibrani. Kristus telah menyatukan kedua kelompok etnis menjadi satu umat Allah sehingga keduanya menyapa Allah sebagai Bapa kita. Meski demikian sapaan Allah sebagai Bapa merupakan ajaran Yesus Kristus.11 Tidak pernah sebelumnya umat Ibrani memanggil Allah sebagai Bapa di dalam doa-doanya.
(iv) frekuensi bersyukur
Paulus mengucap syukur tidak sendirian. Paulus mengajak orang-orang yang menyertainya untuk bersama-sama mengucap syukur. Kata kerja ‘kami bersyukur’ (eucharistoumen -eu vcaristou/men) dalam bentuk jamak menegaskan karakter komunal ucapan syukur yang disampaikan Paulus. Kelihatan sudah merupakan kebiasaan bagi Paulus dan rekan sekerja untuk berdoa bersama (1 Tesalonika 1:2; 2:13)
(iii) objek bersyukur
Objek ucapan syukur ialah Allah yang digambarkan Paulus dengan ringkas sebagai Bapa Tuhan Yesus (1:3). Dalam kumpulan surat-surat Paulus (Pauline corpus) objek ucapan syukur selalu ditujukan kepada Allah. Sebagai pengecualian dapat disebut surat 1 Timotius di mana Kristus Yesus adalah objek ucapan syukur. Relasi Allah dan Yesus diungkapkan dalam relasi bapa-anak. Dalam 1:2 relasi jemaat Kolose dan Allah sudah dinyatakan dalam relasi bapak anak. Allah menjadi Bapa karena Yesus (Kolose 3:17).
Allah disapa Bapa kita karena Allah adalah Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus. Allah menjadi Bapa berdasarkan dan oleh karena Yesus Kristus. Penyebutan Allah sebagai ‘Bapa kita’ jelas mengungkapkan kesetaraan semua manusia yang percaya pada Yesus. Sapaan tersebut meruntuhkan perbedaan gender, rasial dan status sosial yang memisahkan hidup manusia
Konsep Allah sebagai Bapa bukanlah gagasan baru. Kaum Ibrani sebelumnya telah mengenal Allah sebagai Bapa. Sejak awal pembentukan Israel sebagai suatu bangsa merdeka, Israel dinyatakan sebagai anak Allah yang sulung (Keluaran 4:22). Kesadaran bangsa Israel akan Allah sebagai Bapa merupakan motif yang terjalin erat dalam sejarah kehidupan bangsa (Yesaya 63:16; 64:8; Yeremia 3:4, 19; 31:9; Mazmur 89:27).
Konsep yang hidup dalam teologi Ibrani, dibawa Paulus ke dalam teologi Kristen dengan perluasan konsep meliputi kelompok etnis Ibrani dan kelompok etnis-etnis bukan Ibrani. Kristus telah menyatukan kedua kelompok etnis menjadi satu umat Allah sehingga keduanya menyapa Allah sebagai Bapa kita. Meski demikian sapaan Allah sebagai Bapa merupakan ajaran Yesus Kristus.11 Tidak pernah sebelumnya umat Ibrani memanggil Allah sebagai Bapa di dalam doa-doanya.
(iv) frekuensi bersyukur
Perlu ditegaskan terlebih dahulu bahwa kata kerja bantu selalu, senantiasa (pantote-pa,ntote) dikaitkan dengan kata kerja mengucap syukur, meski dapat terkait dengan partisip mendoakan. Hal ini didasarkan pada penggunaan kata kerja mengucap syukur sering berkaitan dengan frasa tidak berhenti (Efesus 1:16) dan kata kerja bantu selalu (1 Tesalonika 1:2; 2 Tesalonika 1:3; 1 Korintus 1:4).
Perlu diingat bahwa kebanyakan waktu pelayanan Paulus tersita dalam perjalanan. Hal ini memungkinkan Paulus dan rombongan untuk selalu mendoakan jemaat-jemaat asuhannya (Pauline communities). Kata pantote menunjuk pada kebiasaan Paulus untuk berdoa. Jika ada kesempatan untuk berdoa, Paulus mendoakan jemaat Kolose
Seberapa sering Paulus mengucap syukur? Apakah sejak mendengar kabar yang disampaikan Epafras? Apakah Paulus bersyukur setiap kali mendengar perkembangan iman dan kasih jemaat Kolose? Sulit dipahami pernyataan Paulus yang selalu bersyukur jika berita tentang iman dan kasih jemaat Kolose baru saja didengarnya dari Epafras.
Lebih tepat dikatakan Paulus bersyukur sejak mendengar telah berdiri jemaat di kota Kolose. Sejak saat itu Paulus terus mengikuti perkembangan jemaat Kolose dan setiap kali mendengar iman dan kasih jemaat Kolose, Paulus mengajak rekan-rekan sekerjanya untuk bersyukur kepada Allah.
Ada tiga hal mendukung pernyataan ini.
1. Pertama, kata kerja bersyukur dalam ayat 3 digunakan dalam bentuk kala kini (present). Bentuk kala kini menunjukkan suatu kerja yang bersifat pengulangan secara kontinu.
2. Kedua, sejak Epafras memberitakan Injil di Kolose, Injil tidak berhenti. Injil itu terus berbuah dan bertumbuh kembang di Kolose. Sentuhan Injil yang terus menerus di Kolose semakin membawa jemaat Kolose dalam pertumbuhan iman dan kasih yang semakin menuju kesempurnaan setiap harinya.
3. Ketiga, di dalam ayat 9 Paulus mempergunakan kata kerja ‘tidak henti-hentinya’ melakukan tiga hal untuk jemaat Kolose yaitu doa, permohonan dan ucapan syukur(ayat 12). Kata kerja tidak henti-hentinya hanya dapat dipahami jika Paulus sejak berdirinya jemaat Kolose secara rutin berdoa untuk jemaat Kolose
(v) alasan bersyukur
Dalam ayat 4 Paulus menguraikan alasannya mengapa ia bersyukur pada Allah. Paulus bersyukur karena iman dan kasih jemaat Kolose. Paulus bersyukur bukan karena jemaat Kolose memberi dukungan finansial atau materi kepadanya. Paulus bersyukur karena hidup jemaat Kolose. Fokus ucapan syukur ialah manusia bukan materi. Manusia yang ditransformasi oleh Injil menjadi bukti bahwa Allah terus berkarya di dunia. Inilah alasan mengapa Paulus bersyukur pada Allah
Lohse mengamati bahwa pola ucapan syukur dalam Kolose merupakan ‘the more completely developed form of the thanksgiving’. Pengamatan Lohse kurang tepat. Bila dibandingkan dengan pola ucapan syukur dalam surat Paulus lainnya, maka tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa ucapan syukur dalam Kolose merupakan bentuk yang lebih berkembang.
Elemen yang terkandung dalam ucapan syukur dalam berbagai surat kelihatannya sama. Dalam doa-doa Paulus terlihat bahwa elemen konstan ialah ucapan syukur. Banyak hal yang membuatnya bersyukur. Bukan karena berkat-berkat yang diterimanya. Paulus bersyukur karena hidup orang yang berubah oleh Injil. Perubahan ini menunjukkan perbuatan Allah bukan manusia
Perlu dicatat motif yang segera terlihat dalam surat Kolose. Salah satu motif kuat yang muncul dalam surat Kolose ialah sifat komunalnya. Pembacaan surat Kolose hingga ayat 3 saja telah mengguratkan komunitasnya. Fenomena komunal terlihat melalui pemakaian kata kerja jamak (1:3), kata sifat semua , pronomina jamak (1:2,3) dan kata benda jamak (1:2).
Baca Juga: Syukur dalam Segala Kondisi: Makna Penting bagi Orang Kristen
Perlu diingat bahwa kebanyakan waktu pelayanan Paulus tersita dalam perjalanan. Hal ini memungkinkan Paulus dan rombongan untuk selalu mendoakan jemaat-jemaat asuhannya (Pauline communities). Kata pantote menunjuk pada kebiasaan Paulus untuk berdoa. Jika ada kesempatan untuk berdoa, Paulus mendoakan jemaat Kolose
Seberapa sering Paulus mengucap syukur? Apakah sejak mendengar kabar yang disampaikan Epafras? Apakah Paulus bersyukur setiap kali mendengar perkembangan iman dan kasih jemaat Kolose? Sulit dipahami pernyataan Paulus yang selalu bersyukur jika berita tentang iman dan kasih jemaat Kolose baru saja didengarnya dari Epafras.
Lebih tepat dikatakan Paulus bersyukur sejak mendengar telah berdiri jemaat di kota Kolose. Sejak saat itu Paulus terus mengikuti perkembangan jemaat Kolose dan setiap kali mendengar iman dan kasih jemaat Kolose, Paulus mengajak rekan-rekan sekerjanya untuk bersyukur kepada Allah.
Ada tiga hal mendukung pernyataan ini.
1. Pertama, kata kerja bersyukur dalam ayat 3 digunakan dalam bentuk kala kini (present). Bentuk kala kini menunjukkan suatu kerja yang bersifat pengulangan secara kontinu.
2. Kedua, sejak Epafras memberitakan Injil di Kolose, Injil tidak berhenti. Injil itu terus berbuah dan bertumbuh kembang di Kolose. Sentuhan Injil yang terus menerus di Kolose semakin membawa jemaat Kolose dalam pertumbuhan iman dan kasih yang semakin menuju kesempurnaan setiap harinya.
3. Ketiga, di dalam ayat 9 Paulus mempergunakan kata kerja ‘tidak henti-hentinya’ melakukan tiga hal untuk jemaat Kolose yaitu doa, permohonan dan ucapan syukur(ayat 12). Kata kerja tidak henti-hentinya hanya dapat dipahami jika Paulus sejak berdirinya jemaat Kolose secara rutin berdoa untuk jemaat Kolose
(v) alasan bersyukur
Dalam ayat 4 Paulus menguraikan alasannya mengapa ia bersyukur pada Allah. Paulus bersyukur karena iman dan kasih jemaat Kolose. Paulus bersyukur bukan karena jemaat Kolose memberi dukungan finansial atau materi kepadanya. Paulus bersyukur karena hidup jemaat Kolose. Fokus ucapan syukur ialah manusia bukan materi. Manusia yang ditransformasi oleh Injil menjadi bukti bahwa Allah terus berkarya di dunia. Inilah alasan mengapa Paulus bersyukur pada Allah
Lohse mengamati bahwa pola ucapan syukur dalam Kolose merupakan ‘the more completely developed form of the thanksgiving’. Pengamatan Lohse kurang tepat. Bila dibandingkan dengan pola ucapan syukur dalam surat Paulus lainnya, maka tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa ucapan syukur dalam Kolose merupakan bentuk yang lebih berkembang.
Elemen yang terkandung dalam ucapan syukur dalam berbagai surat kelihatannya sama. Dalam doa-doa Paulus terlihat bahwa elemen konstan ialah ucapan syukur. Banyak hal yang membuatnya bersyukur. Bukan karena berkat-berkat yang diterimanya. Paulus bersyukur karena hidup orang yang berubah oleh Injil. Perubahan ini menunjukkan perbuatan Allah bukan manusia
Perlu dicatat motif yang segera terlihat dalam surat Kolose. Salah satu motif kuat yang muncul dalam surat Kolose ialah sifat komunalnya. Pembacaan surat Kolose hingga ayat 3 saja telah mengguratkan komunitasnya. Fenomena komunal terlihat melalui pemakaian kata kerja jamak (1:3), kata sifat semua , pronomina jamak (1:2,3) dan kata benda jamak (1:2).
Baca Juga: Syukur dalam Segala Kondisi: Makna Penting bagi Orang Kristen
Sehingga surat Kolose tidak hanya melukiskan relasi antara Paulus dan rekan sekerjanya dengan komunitas Kolose, juga relasi di dalam komunitas Kolose itu sendiri. Relasi antar manusia yang dibentuk dan disempurnakan oleh kasih. Menjadi Kristen berarti menggabungkan diri ke dalam suatu komunitas kasih. Tidak benar jika mengaku sebagai Kristen tetapi tidak mau bersekutu dengan umat Kristen lainnya. Sikap individual bukan sikap Kristen sejati
Jadi, doa merupakan bentuk ucapan syukur. Bersyukur diekspresikan dalam bentuk doa secara komunal
Kesimpulan:
Jadi, doa merupakan bentuk ucapan syukur. Bersyukur diekspresikan dalam bentuk doa secara komunal
Kesimpulan:
Secara keseluruhan, surat Kolose memperlihatkan betapa pentingnya sikap syukur dalam kehidupan kristiani dan komunitas. Paulus menekankan bahwa bersyukur bukan hanya sebagai bentuk terima kasih, tetapi juga sebagai ekspresi hidup yang konkret dalam mengikuti Kristus.
Komunitas dan doa bersama memperkuat inti pesan, menunjukkan bahwa kehidupan beriman sejati terwujud dalam sikap bersyukur dan kebersamaan. Dalam konteks ini, surat Kolose mengajak setiap individu untuk merenungkan betapa syukurnya hidup mereka dalam Tuhan, sambil terus tumbuh dalam kasih dan iman bersama sebagai komunitas Kristen.