Lukas 23:34 - Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat

Salib diangkat dan ditancapkan seperti orang yang mendirikan sebatang pohon atau bendera. Maka seluruh berat badan-Nya hanya ditahan oleh beberapa paku yang melubangi tangan serta kaki-Nya. Ditambahlah sakit yang dialami-Nya. Setetes demi setetes darah keluar dari tubuh-Nya yang pecah bagi Anda dan saya. yang mahal, darah yang begitu suci, darah dari Domba yang tidak bercacat cela, sekarang mulai mengalir! Inilah satu-satunya Batu Karang kekal yang sudah pecah. Tubuh yang diremukkan untuk membuka satu jalan baru bagi Anda dan saya menuju Bapa.

Sebelum Yesus dipaku, secara tradisi orang-orang yang menyalibkan Dia memberikan semacam minuman kepada-Nya untuk membius Dia. Alkitab mengatakan bahwa Tuhan tidak minum. Apakah alasannya? Apakah Tuhan tidak mempunyai kesopanan untuk menerima kebaikan hati orang lain? Karena Dia tahu bahwa kedatangan-Nya ke atas kayu salib bukanlah untuk melarikan diri, melainkan untuk menjalankan kehendak Allah, yaitu rencana penebusan Allah yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. 

Hanya Kristus saja, Allah yang menjadi manusia yang menjadi satu-satunya Oknum yang dapat memikul tugas yang begitu berat. Tugas untuk substitusi, mengganti orang berdosa. Di dalam keadaan bagaimanakah Dia rela menanggung dosa Anda dan saya? Bukan dalam keadaan dibius sehingga Ia bisa melarikan diri dari rasa sakit dan kekejaman itu. Bukan! Melainkan di dalam kesadaran yang begitu kuat, kesadaran yang total. Dia rela sadar dan menerima penderitaan dan penderitaan. Dia tidak mau menerima penderitaan dalam keadaan dibius.

Waktu Anda dioperasikan oleh dokter, Anda perlu obat bius. Waktu Yesus dipaku di atas kayu salib, Dia menolak pembiusan karena cintanya begitu besar. Dia mau menerima sengsara itu dengan seratus persen kesadaran sebagai manusia yang menggantikan manusia. Puji Tuhan! Jikalau Tuhan Yesus tidak mempunyai sifat manusia yang penuh, manusia yang sejati, maka Dia tidak layak berdiri di tempat di mana Anda dan saya harus dihukum oleh Tuhan Allah. Dia berdiri sebagai manusia yang utuh. Dia Oknum yang menggantikan Anda dan saya dengan penderitaan yang diterima dengan segala kesadaran. Setalah Dia merasakan kesakitan yang begitu dahsyat, saat itu Alkitab mengatakan bahwa Dia membuka mulutnya.

Semakin banyak Anda berbicara, semakin sedikit pengaruh Anda

Semakin sedikit Anda berbicara, semakin besar pengaruh Anda

Orang yang selalu membuka mulut, mempunyai kata yang nilainya tidak terlalu besar. Sepanjang diadili, Kristus tidak berkata-kata. Tetapi sekarang Ia membuka mulutnya dengan mata yang menengadah ke atas sehingga orang-orang yang berada di bawah salib dapat memperhatikan kata-Nya.

Apakah perkataan yang diucapkan oleh orang biasa apabila ia dipaku di atas kayu salib? Karena terlalu kejam dan kejamnya hukuman yang dijatuhkan kepada mereka, maka mereka tidak bisa menahan dan mengutuk orang di bawah yang memaku mereka. Orang yang membawa para hukuman ke Golgota adalah orang-orang yang dikutuk dan dicaci maki oleh para terhukum. Sekarang Yesus Kristus dipaku di atas kayu salib, dan orang-orang di bawah yang mendengarkan kata-Nya, maka terdengarlah kata yang pertama: “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka buat.”

Dalam seluruh sejarah manusia, adakah kata yang lebih agung, lebih manis dan lebih baik dari kata Kristus di atas kayu salib yang pertama ini? Jikalau ada, tunjukkanlah kepada saya. Di dalam filsafat mana, di dalam pikiran manusia agung yang mana ada kata seperti ini? Inilah kalimat Tuhan Yesus yang pertama di atas kayu salib. Hal ini membuktikan bahwa Dia bukanlah manusia biasa. Ada ajaran yang menganggap bahwa yang dipaku di atas kayu slaib bukanlah Yesus. Padahal jikalau bukan Yesus yang dipaku di atas kayu salib, tidak mungkin ada oknum lain yang bisa mengucapkan kata seagung, semanis dan sebaik ini! 

Dari mulut-Nya mengalirkan madu dan udara hidup yang berasal dari Tuhan. Dari bibir mulut Yesus Kristus mengalir karunia, kasih, maaf dan doa syafaat. Doa syafaat Kristus ini disertai dengan pengorbanan diri-Nya. Sambil berdoa bagi orang lain, sambil diri-Nya sendiri berkorban bagi orang yang didoakan. Tanpa mengorbankan diri, doa syafaat menjadi kosong. Yang keluar dari mulut Kristus pada saat mengalami gangguan dan penderitaan, bukan kata kebencian, bukan bersungut-sungut, bukan caci maki, melainkan suatu doa yang manis: “ Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Di dalam terjemahan bahasa Indonesia ada satu kalimat pembukaan yang tidak diterjemahkan dalam ayat tersebut, yaitu kalimat: “Pada saat itu Yesus berkata….” Saat itu, saat yang bagaimana? Apa artinya saat itu? Apakah artinya “Yesus berkata pada saat itu?” Saat tambah saat tambah saat menjadi rentetan dari waktu. Waktu dibentuk oleh saat ini, tetapi betapa banyaknya waktu yang kita jalani berlalu tanpa arti tertentu. Saat saat kita lewat tanpa arti. Waktu kita sadar, maka waktu kita sudah hilang. Kita sudah menghamburkan saat-saat yang penting. 

Hal ini belum pernah terjadi dalam hidup Yesus Kristus. Setiap saat dalam hidup Yesus Kristus mempunyai arti tertentu. Setiap detik dalam hidup Yesus Kristus mempunyai arti tertentu. Arti yang unik, arti yang mutlak, arti yang ber kualitatif dan memiliki perbedaan dengan waktu-waktu yang kita hambur kan dalam kehidupan kita masing-masing. Dua hal yang perlu kita gabungkan adalah: Pertama, rencana Allah yang kekal. Kedua, nilai saat ini yang sesuai dengan rencana Allah. Bila kita mempertemukan kedua hal ini, maka inilah satu nilai yang sungguh-sungguh berarti bagi hidup kita yang diciptakan oleh Allah.

Kristus tidak diciptakan oleh Allah, tetapi Kristus adalah Pencipta. Dia adalah Pencipta yang turun masuk ke dunia ciptaan. Dia adalah Allah yang datang ke dalam dunia manusia dan mengunjungi manusia yang dicipta-Nya. Yang kekal menampilkan diri dalam kesementaraan dan dalam saat-saat , yang ditentukan-Nya, saat-saat yang Dia ciptakan sendiri. Dia Pencipta saat, masuk ke dalam saat. Dalam Injil Yohanes ada satu ayat yang sangat jelas menyatakan satu momen eksistensial dari Yesus Kristus yang sangat mengerikan. Dia berkata kepada Bapa: “Bapa mengecewakan Aku dari saat ini” (Yohanes 12:27). 

Itulah satu doa yang berlainan dari semua doa manusia. Manusia selalu berdoa: “Lepaskanlah aku dari pencobaan, dari kepicikan, kesulitan dan segala wujud.” Tetapi Yesus Kristus tidak berdoa demikian, melainkan: ini” (Yohanes 12:27). Itulah satu doa yang berlainan dari semua doa manusia. Manusia selalu berdoa: “Lepaskanlah aku dari pencobaan, dari kepicikan, kesulitan dan segala wujud.” Tetapi Yesus Kristus tidak berdoa demikian, melainkan: “Lepaskanlah Aku dari saat ini.” Di atas kayu salib, Yesus Kristus berada di saat yang klimaks, saat itu adalah saat di mana Dia berdoa, saat Dia berkata-kata kepada Tuhan Bapa-Nya dan juga Bapa kita masing-masing. Saat Kristus mengucapkan kalimat pertama dapat kita uraikan sebagai berikut :

A) Saat Paling Lelah Secara Fisik

Yesus Sepanjang berdoa di Getsemani, maka Petrus, Yakobus dan Yohanes tertidur karena kelelahan. Siapakah Yesus Kristus? Yesus sudah menjadi manusia yang utuh seperti Anda dan saya, Dia juga perlu tidur. Jika ketiga murid-Nya sudah tertidur kelelahan pada waktu Yesus berdoa, maka sebenarnya itu adalah waktunya Yesus juga mengalami kelelahan. Tetapi kelelahan di Getsemani itu barulah permulaan dari kecapaian dan keletih-lesuan yang ditanggung-Nya sebelum Dia naik ke atas Golgota. Sepanjang malam itu Tuhan Yesus tidak memejamkan mata-Nya. Sepanjang malam itu Dia dibawa ke sana-sini. 

Dari Getsemani ke tempat Mahkamah agama orang Yahudi, lalu ke Pilatus, ke tempat Herodes. Sepanjang malam itu Yesus dibawa berjalan di tengah-tengah jalan Yerusalem. Hanya ada sinar bulan dan bintang yang kecil di tengah-tengah malam yang gelap. Di malam yang tidak adil, Ia mengalami enam kali pengadilan. Diadili, diadili, diadili, diadili, diadili dan diadili lagi! Hakim Alam Semesta diadili oleh hakim yang berdosa. Hakim, yang akan menyelesaikan segala sesuatu yang tidak beres di alam semesta, sekarang dengan sengaja dan rela dihakimi oleh manusia yang melakukan segala kejahatan.

B) Saat Paling Sengsara

Paku sudah menembus kulit dan daging, tangan serta kaki-Nya. Kedua tangan dipaku, kedua kaki dipaku, darah menetes keluar dari tubuh-Nya. Makin berkurangnya darah berarti tekanan darah semakin rendah. Dengan berkurangnya darah, maka peredarannya oksigen dalam tubuh menjadi semakin berkurang, getaran urat nadi semakin cepat dan pernafasan terpicu menjadi lebih cepat dan dalam. 

Kesengsaraan yang diterima Tuhan tidak bisa kita mengerti. Di dalam kelelahan yang paling lelah, Ia mengingat manusia yang lelah. Di dalam keadaan paling sakit, Ia mengingat bahwa orang lain memerlukan Tuhan dan memaafkan-Nya. Di dalam keadaan paling sengsara, Ia menghentikan kemarahan Allah terhadap kita.

C) Saat Paling Tersendiri

Saat itu adalah saat yang paling tersendiri, saat yang paling kejam, saat yang paling tidak adil, saat di mana awan gelap harus menudungi matahari. Kita melihat bahwa Kristus telah mengalami ketidakadilan yang memuncak dalam sejarah manusia. Saat itu adalah saat yang paling gelap. Moral menjadi gelap, agama menjadi gelap, politik menjadi gelap. Kalau Anda melihat orang yang moralnya gelap, agama yang menyeleweng dan politik yang gelap, janganlah heran karena sejak dahulu banyak kegelapan yang sudah terjadi.

Justru di dalam keadaan demikian Yesus Kristus berfirman. Perkataan yang keluar pada saat orang mengalami kepicikan, kesulitan, kesedihan dan kesedihan, barulah menyatakan sampai di mana nilai watak orang itu. Yesus berkata: “Bapa…” Apakah artinya? Ketujuh kalimat di atas kayu salib, dimulai dengan sebuah doa, diakhiri dengan doa, dan ditengah-tengahnya juga berisi doa. Kalimat pertama, kalimat keempat dan kalimat ke tujuh, ketiganya adalah doa. Pada kalimat pertama Ia mengucapkan “Bapa”, pada kalimat ke tujuh Ia mengucapkan “Bapa”, tetapi pada kalimat yang keempat, Ia mengucapkan “Allah-Ku, Allah-Ku…”

Jika anak Anda akhirnya terbunuh di hadapan regu tembak, bukankah Anda akan malu? Bagaimana jika di tengah tengah tembakan, ia masih bisa berteriak memanggil-manggil nama Anda: “Bapak, bapak!?” Bukankah teriakan Kristus ini merupakan suatu hal yang mempermalukan Allah bapa, bukankah ini bukti dari satu kegagalan yang besar? Bukankah semenjak manusia mengetahui istilah Allah, manusia suka menggabungkan istilah Allah dengan kekuasaan Allah, supaya boleh melakukan sesuatu bagi manusia? “Jikalau Engkau Allah, coba sembuhkan. Jikalau Engkau Allah yang berkuasa, coba kerjakan ini. Jikalau Engkau Allah, coba sekarang bukakan jalan di iklim dingin. Ya Allah, di manakah Engkau? Saya tidak akan percaya kepada Engkau kecuali saya melihat kuasa-Mu, ya Allah.”

Allah mengenal manusia melalui kuasa-Nya, Allah dikenal oleh manusia melalui kemuliaan-Nya. Bukankah ini juga merupakan satu konsep yang sudah disarikan dalam konsep Mesianis Perjanjian Lama? Orang-orang Yahudi mengenal Allah dan Mesias-Nya hanya melalui kekuasaan kekuasaan militer. Bagi mereka, Mesias yang sengsara dan tersalib adalah satu hal yang tidak mungkin dan mempermalukan umat-Nya. Siapakah yang dipanggil oleh Yesus? Masakan Bapa mempunyai Anak yang begitu berjemur, gagal, remeh dan begitu susah sehingga terbunuh di atas kayu salib?

Tetapi Kristus tidak terpengaruh oleh keadaan yang horizontal. Dia tidak dipengaruhi oleh hubungan horizontal dari manusia terhadap dirinya. Dia tetap berpegang pada satu hubungan vertikal. Banyak gereja yang hanya mempunyai hubungan vertikal, tidak mempunyai hubungan horizontal. Gereja yang terlalu egois. Gereja tidak seharusnya memiliki hubungan vertikal; semata-mata tanpa memiliki hubungan yang horizontal. 

Tetapi mau tidak mau saya harus mengatakan bahwa gereja sosial gospel yang hanya mementingkan hubungan horizontal dan mengabaikan hubungan vertikal, akan menjadi gagal, mundur, dingin, murtad dan menjual Tuhan pada waktu tidak datang. Ini bukan kata pura-pura atau di luar fakta. Kita mau taat dan kembali kepada Kristus.

Kristus adalah seorang yang sangat memperhatikan orang miskin. Ia adalah seorang yang begitu prihatin dan mengabdi pada umat manusia. Tetapi semua kekuatan pelayanan-Nya bagi orang miskin dan sesama-Nya di dunia didasarkan pada satu rahasia, yaitu hubungan antara Dia dengan Bapa yang begitu erat. Waktu orang mencaci maki, mengutuk, memaku dan membunuh Dia, Dia tetap memanggil Bapa. Dalam penggilan-Nya, kita mengerti bahwa hubungan antara Yesus Kristus dengan Allah Bapa tidak mungkin digoncangkan oleh siapa pun. Di dalamnya terdapat rahasia kemenangan, di dalamnya terdapat contoh dan teladan yang baik bagi Anda dan saya yang menamakan diri orang Kristen.

Yesus Kristus memanggil Bapa. Ini adalah satu hubungan unik yang tidak ada pengikatnya dan tidak bisa menggantikan orang lain. Hanya Kristus yang boleh menyebut Bapa kepada Allah. Siapakah yang lebih dekat kepada Allah selain Yesus Kristus? Tidak ada. Siapakah yang mempunyai hubungan yang lebih baik dengan Allah selain dari Anak-Nya yang kudus dan suci yang diutus-Nya? Tidak ada. Yesus yang paling mengetahui sifat Allah yang penuh dengan kasih sayang. Allah juga adalah Allah yang adil. Kedua sifat ini harus kita mengerti secara pararel.

Jikalau Anda mengabarkan Injil disingkirkan bagi Kristus, maka demi nama Yesus Kristus saya berkata: “Beritakanlah kasih Allah melalui keadilan Allah. Dan berkhotbahlah akan keadilan Allah melalui kasih-Nya.” Banyak orang yang salah mengerti akan berterima kasih kepada Allah, lalu mempermainkan nikmat Allah. Sebaliknya, orang yang salah mengerti akan keadilan Allah menjadi takut dan gentar, sehingga tidak ada kedamaian sejahtera di dalam hatinya. Mari kita mengenal Allah yang kasih dan adil; Allah yang rahmani dan rahimi. Allah kita adalah Allah yang suci dan keras, Allah yang tidak berkompromi dengan dosa.

Doa Tuhan Yesus satu-satunya yang lengkap dicatat dalam Yohanes 17, mengatakan: “Bapa yang adil….” Apakah hubungan antara Bapa yang adil, dengan salib dan pengampunan dosa? Bukankah jika Bapa yang adil dan tidak berkompromi dengan dosa maka seharusnya tidak ada pengampunan atas dosa manusia? Bukankah tidak masuk akal jika Allah yang kasih itu mengadili dan menghukum dosa? Ini tidak mungkinkah? Apakah ini tidak adil? Bukankah hal ini yang menjadi batu sandungan bagi kaum liberal dan modernis? Bukannya mereka mengatakan: “Jikalau Allah itu kasih karunia, maka tidak ada hukuman dan neraka. Masakan Allah yang begitu kasih menyediakan neraka yang begitu kejam bagi manusia yang telah disiplin menurut peta dan teladan-Nya?” 

Akhirnya kaum liberal menemukan jalan buntu dan harus membuat jalan yang dibuat sendiri yang disebut universalisme. Universalisme mengatakan bahwa semua orang bisa diselamatkan, tetapi universalisme tidak mempunyai dasar Alkitab. Berbeda dengan rasul Yohanes yang mengerti akan Allah dengan pengertian yang pararel, yaitu Alah yang adil adalah Allah yang kasih. Maka dia menuliskan dalam surat 1 Yohanes 1:9, “Jika kita mengakui dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

Pada awal permulaan pekerjaan Mesias, Ia dicobai oleh iblis. Yang dikatakan oleh iblis adalah, “Jikalau Engkau Anak Allah….” (Matius 4:3). Kristus adalah Anak Allah, tidak perlu ditambah-tambah dengan kata jikalau. Kristus adalah Anak Allah, ini satu kepastian yang tidak perlu diberikan tambahan. Allah tidak mencobai dan Allah tidak mencobai oleh siapapun (Yakobus 1:13). Iblis dapat mencoba Dia karena Yesus mempunyai sifat manusia sejati.

Pada saat Yesus berkata, “Bapa, ampunilah mereka”, maka di sini kita memahami pemahaman-Nya tentang sifat Ilahi yang tidak ada bandingnya. Di atas salib-Nya kedua tangan Allah terbuka. Tangan yang satu memberikan hukuman dan menyatakan keadilan-Nya. Tangan yang lain memberikan pengampunan dan anugerah-Nya bagi manusia. Maka pada saat itu juga Yesus Kristus berdoa kepada Bapa-Nya: “Ya Bapa, ampunilah mereka…..” Ia tidak berkata, “Bapa ampunilah Aku.” Ia tidak perlu minta maaf, tidak perlu minta ampun.

Hidup, perkataan, pikiran, tingkah laku dan segala sesuatu yang dilakukan oleh Kristus berdasarkan kebenaran yang berada pada dirinya sendiri. Kristus tidak perlu meminta maaf karena Dia adalah satu-satunya manusia yang tidak berdosa. Betapa banyaknya orang yang pada saat sakit keras mulai memikirkan betapa banyaknya dosa yang telah diperbuat. Betapa banyaknya orang yang pada saat menghadapi kematian barulah meminta pengampunan dari Tuhan. Tapi hal demikian tidak ada di dalam diri Yesus Kristus, bahkan Ia berdoa: “Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka buat.”

Inilah kalimat yang mencetuskan kasih di tengah-tengah kasih, kalimat yang mencetuskan keheranan di tengah tengah keheranan. Dalam kepicikan dan kesulitan yang begitu besar, Yesus berkata: “Ampunilah mereka.” Jikalau Stefanus bisa meneladani Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 8:59-60), juga kalimat orang-orang yang agung dalam sejarah kekristenan memakai ini, adalah karena Kristus Sumber dari Cinta kasih yang paling murni, mutlak dan tidak berubah. 

Kristus memohon belas kasihan bagi mereka yang memaku diri-Nya, yang mengejek, mencambuk dan yang murtad. Ia memohon pengampunan bagi mereka yang penyakitnya pernah dibudidayakan, yang pernah ditolong-Nya dari kerasukan setan, tetapi yang tidak hadir pada saat Ia disalibkan. “Ya Bapa, ampunilah mereka…” Inilah Cinta di atas segala cinta. Inilah keajaiban di atas segala keajaiban. Inilah keagungan dan kehormatan, kesucian dan kemurnian di atas segala keindahan yang pernah dinyatakan di dunia ini.

Bandingkanlah perkataan para filsuf dan para pendiri agama yang lain serta orang-orang yang paling agung di dunia dengan perkataan Kristus ini, maka kita akan melihat bahwa Yesus Kristus jauh lebih tinggi dari siapa pun. Jauh lebih tinggi dari segala manusia ataupun malaikat, Dia adalah Allah. Pada waktu yang dingin, tubuhnya bisa membeku. Waktu Ia dipaku, tubuh-Nya bisa dipaku; Waktu Ia disalibkan, tubuh-Nya tersalib. 

Tetapi Cinta kasih yang begitu agung tidak bisa dibatasi oleh paku, cinta kasih Kristus terus keluar. Cinta yang keluar dari Sumber Cinta itu sendiri adalah cinta yang keluar dari motivasi yang paling murni. Cinta itu sendiri menyatakan cinta! Meskipun membunuh manusia Dia, Kristus tetap menyelamatkan manusia. Meskipun manusia sangat membenci Kristus, Dia tetap mencintai manusia. Meskipun manusia mengutuk Dia, Kristus tetap mencintai manusia.

Pada waktu paku pertama masuk ke dalam daging Yesus Kristus, maka pada saat yang sama darah melepaskan dosa keluar. Cinta kasih yang menembus segala batasan adalah Cinta kasih dari Allah. Cinta kasih ini adalah cinta yang mempunyai kemampuan untuk menjanjikan dan menghentikan kemarahan Tuhan Allah atas orang berdosa. Siapakah yang cukup berkuasa untuk berkata: “Allah ampunilah mereka”? 

Hanya Yesus Kristus! Sebelum naik ke atas kayu salib, Dia pernah berkata: “Dosamu sudah diampuni.” (Markus 5:2). Orang Yahudi mempunyai satu pra-anggapan bahwa hanya Allah yang berkuasa mengampuni dosa. Mereka tidak percaya Yesus Kristus yang adalah inkarnasi Allah. Maka orang Yahudi tidak dapat menerima hal itu dan mengatakan bahwa Yesus menghujat Allah.

Maka sekarang Yesus tergantung di atas kayu salib, tergantung di antara manusia dan Allah. Perkataan-Nya: “Bapa ampunilah mereka” seolah-olah mengatakan satu yang tersembunyi: “Hukumlah Aku kalimat saja.” Kristus tahu akan sifat Allah yang pararel, yang kasih dan adil. Sekarang Allah yang suci menyatakan keadilan-Nya kepada Kristus. Allah menyatakan hukuman-Nya kepada Kristus, menyatakan kemarahan-Nya atas dosa kepada Kristus, bukan kepada mereka. Manusia perlu diselamatkan.

Kasih yang bisa memulihkan keadaan manusia dan menghentikan murka Allah adalah kasih dari kayu salib. Kasih dari kayu salib adalah kasih yang bisa menggabungkan langit dan bumi. Semenjak Adam jatuh dalam dosa, maka penghulu-penghulu malaikat dengan pedang yang mewakili keadilan Allah, telah memutuskan hubungan antara Tuhan Allah dengan manusia. Dan terima kasih di atas kayu salib telah menyatukan manusia kembali kepada Tuhan Allah. Dengan kasih ini juga, manusia tergerak untuk kembali kepada Tuhan.

“Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka buat.” (Lukas 23:34)

Betulkah orang yang menyalibkan Dia tidak tahu apa yang mereka buat? Apakah orang yang membawa Dia ke Pilatus tidak mengetahui apa yang diperbuatnya? Apakah Pilatus yang menghakimi Yesus tidak mengetahui apa yang diperbuatnya? Mereka pasti mengetahui apa yang mereka buat! Kita tidak bisa mengatakan bahwa karena mereka tidak mengetahui apa yang mereka buat, maka Tuhan Yesus mengampuni orang itu.

Tidak ada dosa yang sama sekali tidak disadari oleh orang yang melakukannya. Kalau tidak sadar seratus persen, maka paling tidak orang yang melakukan dosa sadar lima puluh persen, mungkin orang itu sadar tiga puluh persen. Apakah arti kesadaran manusia dengan rasionya sudah jatuh ke dalam dosa itu, jika dibandingkan dengan pemahaman yang Allah wahyukan? Apakah perbuatan manusia menjadi tidak baik karena pengetahuan manusia kurang? Apakah jika pengetahuan bertambah, maka perbuatan manusia menjadi lebih baik? Apakah jika perbuatan manusia tidak baik, maka pasti manusia yang melakukannya kurang berpengetahuan? Apakah jika pengetahuan sudah sungguh-sungguh baik maka manusia pasti berbuat baik? Apakah pendidikan dan pengetahuan tentang moral akan meningkatkan moralitas manusia? “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka buat.”

Di sini ada hal yang harus kita pikirkan, yaitu antara perbuatan dan pengetahuan. Hal ini diperbincangkan oleh para filsuf Yunani lebih kurang lima ratus tahun sebelum Kristus mengatakan kalimat pertama di atas kayu salib. Orang-orang Sofis tidak percaya adanya sifat universal dari kebenaran, tapi Sokrates percaya. Sokrates percaya bahwa pengetahuan sejati juga sama dengan kebajikan sejati , dan kebajikan sejati juga sama dengan kebahagiaan sejati. 

Artinya: Pengetahuan yang sejati akan selalu disertai dengan berkah yang sejati, dan berkah yang sejati sama dengan kebahagiaan yang sejati. Orang yang sungguh mempunyai pengetahuan adalah orang yang sungguh baik, dan orang yang sungguh baik adalah orang yang sungguh bahagia. Bukan saja Sokrates, juga Plato dan sebagian ajaran Aristoteles serta orang-orang Stoa mulai memikirkan hal ini. Betulkah pengetahuan yang sejati mendatangkan perbuatan yang sejati? Betulkah pengetahuan tentang kebaikan mendatangkan perbuatan yang baik?

Perkataan Yesus Kristus ini seolah-olah memiliki persamaan dengan teori di atas karena Dia mengatakan: “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka buat.” Tetapi kalau kita mengutip lagi Yakobus 4:17, maka kita akan mengetahui bahwa pengetahuan yang bajik bukan merupakan jaminan alias perbuatan yang bajik. Orang yang tahu akan melakukan perbuatan yang baik tetapi tidak menjalankannya, itulah dosa. 

Manusia tahu, bahwa Allah itu ada, tetapi ia tidak mau menjadikan Allah sebagai Allah. Manusia mempersilahkan diri dan tidak menjadikan Allah sebagai Allahnya (Roma 1:32). Alkitab mengajarkan bahwa pengetahuan akan baik, tidak sama dengan kebajikan. Orang yang mengetahui hal yang baik, tidak pasti berbuat baik.

Mereka mengetahui apa yang mereka lakukan, tetapi apa karena perbuatan mereka, itulah yang tidak diketahuinya. Mereka tahu apa yang mereka lakukan, tetapi dalam kesadaran manusia yang sudah jatuh, tidak mungkin mempunyai satu penglihatan yang jelas untuk mengetahui rasio seluruh konsekuensi dari perbuatan mereka. Semenjak Adam berbuat dosa, bukankah soal-soal tentang sudut pandang, pengetahuan dan epistemologi menjadi kacau balau? 

Iblis berkata kepada Hawa: “….pada waktu miring, maka matamu akan terbuka dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” (Kejadian 3:5). Setelah matanya terbuka dan tahu, maka manusia tahu bahwa ia tidak memakai pakaian. Sejak hari itulah pengetahuan manusia mulai kabur dan rusak. Dan di dalam rasio kerusakan ini manusia tidak mengetahui konsekuensi sesungguhnya dari dosa secara menyeluruh.

Yesus Kristus berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka buat.” Ini jangan disalah-tafsirkan dengan anggapan bahwa dosa yang dilakukan dengan kesadaran yang tidak penuh, akan mendapatkan pengamnpunan. Ayat ini juga tidak dapat diartikan bahwa pengampunan dosa dapat dilaksanakan tanpa adanya pengorbanan. Juga tidak berarti bahwa pengampunan dosa dapat dilaksanakan tanpa pengobatan. Apa yang disampaikan Kristus di atas kayu salib melawan universalisme dan semua ajaran yang menjanjikan keselamatan melalui jasa manusia.

Sokrates berkata: “Kalau seseorang tahu, dia tidak akan berbuat jahat. Kalau seseorang berbuat jahat adalah karena dia tidak memiliki pengetahuan yang sungguh-sungguh.” Kristus berkata: Kristus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka buat.” Apakah perbedaan antara Kristus dengan Sokrates? Kristus mengatakan hal ini ketika Ia sedang dipaku di atas kayu salib mengalirkan darah bagi orang yang didoakan-Nya. Sedangkan Sokrates mungkin sedang duduk dengan santai di kursi kerjanya. 

Kematian Kristus bukanlah titik terakhir. Dia yang mati dengan begitu sulitnya, akan bangkit dan naik ke surga dan kemudian turunlah Roh Kudus. Yesus melihat akan orang-orang yang sekarang memaku Dia adalah orang-orang yang sebagian akan disadarkan oleh Roh Kudus kembali kepada Dia. Pada hari Pentakosta, Petrus yang penuh Roh Kudus, akan berkhotbah dan berkata-kata kepada orang-orang di Yerusalem termasuk mereka yang memaku Kristus. “Jadi seluruh umat Israel harus tahu pasti, bahwa Allah telah menjadikan Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” (Kisah Para Rasul 2:36).

Yesus tidak memohon pengampunan yang tanpa pengampunan, bukan memaafkan yang bersifat otomatis, juga tidak memaafkan yang bersifat universal. Pengampunan hanya melalui Dia, yang mengalirkan darah, berkorban mati bagi Anda dan saya. Pengampunan dosa itu akan dikerjakan Roh Kudus yang akan dikirim, sehingga melalui pemberitaan Injil menginsafkan mata kita yang sudah buta sehingga dicelikkan kembali. Melihat akan seluruh konsekuensi akibat dosa, Kristus berdoa: “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”

Baca Juga: 7 (Tujuh) Perkataan Salib (1) - Lukas 23:34

Selain konsekuensi akibat kejatuhan dosa, alasan melakukan dosa dan kerusakan total pada diri manusia, apakah lagi yang manusia tidak tahu? Ada. Yang tidak mereka ketahui adalah bahwa Kristus yang sedang disalibkan adalah satu-satunya Oknum yang bisa membuang dosa mereka. Orang yang memaku Dia hanya tahu yang menjalankannya. 

Orang yang memaki-maki Yesus hanya tahu bagaimana cara melampiaskan kemarahan, kebencian dan iri hati. Orang yang menuding-nuding dan mengeluarkan Dia, hanya menceritakan kegagalan Yesus Kristus dan mereka tidak mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Oknum yang bisa membereskan dosa dan memperdamaikan manusia berdosa dengan Tuhan Allah Pencipta.

tahukah Anda apa yang sudah Anda lakukan dalam hidup Anda? Pengampunan dosa berlaku bagi diri Anda karena Yesus Kristus sudah pernah berdoa bagi diri Anda di atas kayu salib: “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka buat.” Maukah Anda menegaskan diri dan berkata: “Tuhan, ampuni saya yang berdosa ini”?