Nubuat Musa dan Pemenuhannya dalam Yesus Kristus (Ulangan 18:15)

Pendahuluan:

Dalam kitab Ulangan 18:15, disebutkan tentang nubuat mengenai seorang nabi yang akan dibangkitkan oleh Allah dari tengah-tengah umat Israel. Frase "Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, seperti aku..." menunjukkan pentingnya sosok nabi yang akan datang, yang diharapkan memiliki kemiripan dengan Musa. Nubuat ini memiliki makna yang dalam dan berhubungan erat dengan konteks sejarah dan keyakinan Israel pada masa itu. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi lima hal yang ingin disampaikan penulis kitab Ulangan sehubungan dengan nubuat ini.
Nubuat Musa dan Pemenuhannya dalam Yesus Kristus (Ulangan 18:15)
Frase pada Ulangan 18:15 “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku…” terjemahan bebasnya adalah “Seorang nabi dari tengahmu, dari saudara-saudaramu, seperti aku akan dibangkitkan” atau “Seorang nabi akan dibangkitkan dari tengahmu, dari saudara-saudaramu, seperti aku.”

Berbicara tentang “seperti aku” berdasarkan konteks, maka ada lima hal yang ingin disampaikan Penulis kitab, 

1. Pertama, Musa sebagai orang Israel yang berasal dari keturunan suku Lewi. 

Israel terbentuk dan terikat dengan sistem kekerabatan, sistem genealogy, sistem patriarkhal, tuntutan persaudaraan, rasa hormat dan kepatuhan terhadap otoritas orang tua, sehingga frase “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, seperti aku…” menunjuk bahwa nabi yang akan dibangkitkan Allah berasal dari orang Israel sendiri atau salah satu dari suku-suku Israel. 

Argumen tersebut diperkuat dengan konteks kitab Ulangan di mana Allah berbicara langsung dengan Musa di gunung Sinai. Kemudian Musa menyampaikan kembali firman Allah kepada generasi Israel yang lahir di padang Gurun ketika mereka berada di Moab. Artinya sabda-sabda Allah yang disampaikan Musa secara khusus ditujukan kepada Israel yang terikat perjanjian dengan Allah

Berdasarkan hal itu, nabi yang akan dibangkitkan Allah dari tengah Israel sudah pasti berasal dari garis keturunan Israel atau keturunan dari dari salah satu suku Israel sebagai komunitas yang terikat perjanjian dengan Allah dan terikat dengan sistem genealogy. Argumen ini sejajar dengan dengan makna dari frase “dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu,” yang berarti dari orang Israel sendiri dan diperkuat catatan Alkitab bahwa semua nabi yang diutus Allah berasal dari Israel.

Berpedoman pada analisis di atas, maka nubuat Ulangan 18:15-22 digenapi dalam Yesus Kristus, yang secara geneology merupakan keturunan Yusuf, keturunan Daud, raja Israel, dari suku Yehuda (Matius 1:1-16; Lukas 3:23-38). 

Silsilah Yesus Kristus sangat penting karena silsilah bagi orang Ibrani menunjukkan eksistensi individu dan etnis serta mendefinisikan kelompok sosial, mengkonsolidasikan hierarki sosial dan relasi kekuasaan. Teks-teks Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (PB) menyajikan beberapa silsilah yang membuktikan silsilah sangat penting bagi orang Ibrani (Kejadian 4:17-26, 5:1-32, 10:1-32; 25:1-18; 36:1-43, 46:8-27; Matius 1:1-17; Lukas 3:23-38, dan lain-lain).

2. Kedua, Musa sebagai nabi yang diutus Allah. 

Alkitab mencatat tentang kenabian Musa baik dari perkataan Allah sendiri maupun pengakuan nabi-nabi PL dan rasul di PB (Bilangan 11:28; Ulangan 18:15, 22; Kisah Para Rasul 7:37, 26:22). Para ahli Firaun yang menjadi saksi terjadinya tulah secara tidak langsung mengakui kenabian Musa (Keluaran 8:19). Kisah pelayanan Musa yang disertai tanda-tanda ajaib dan nubuat menjadi bukti otentik kenabian Musa

Berdasarkan analisis tersebut, maka nubuat tentang nabi yang akan dibangkitkan Allah dari tengah Israel digenapi dalam Yesus Kristus. Teks-teks PB menyajikan tentang pelayanan dan perkataan Yesus Kristus yang menggambarkan Diri-Nya sebagai nabi yang diutus kepada umat Israel (Matius 15:24, 23:37-39; Lukas 4:43, 7:16, 9:19; Yohanes 3:34, 6:29; Kisah Para Rasul 3:18). 

Morna D. Hooker dan beberapa pakar mengakui bahwa Yesus Kristus pada zamannya diakui sebagai nabi. Ini dibuktikan melalui tindakan kenabian di sepanjang pelayanan-Nya bahkan sampai muncul pernyataan tentang nabi yang ditolak oleh umat-Nya (Lukas 4:24; Matius 13:57; Markus 6:4; Yohanes 4:44)

3. Ketiga, Musa adalah nabi yang menyampaikan dan mengajarkan Taurat. 

Nabi merupakan bagian dari komunitas Israel yang terikat secara hukum dengan Allah. Berarti Musa tidak hanya menyampaikan dan mengajarkan Taurat kepada Israel melainkan hidup menurut Taurat (Bilangan 12:7) sebagai standar moral yang ketat dan tinggi. Sebab itu Musa disebut seorang yang setia dalam segenap rumah-Ku (Bilangan 12:7) oleh Allah. Bahasa Ibrani kata ‘setia” adalah berarti “percaya” yang bentuk hiphil-nya memiliki arti “menjadi yakin tentang”. Konsep “percaya” tidak hanya terucap tapi dibuktikan melalui perilaku yang sesuai firman Allah. Artinya Musa melakukan Taurat. Musa hidup dengan standar moral yang ketat dan tinggi.

Selain itu, Musa memiliki tanggung jawab meng encourage umat Israel untuk hidup menurut hukum-hukum Allah. Israel terikat perjanjian dengan Allah, maka Allah menjadi Raja yang berkuasa atas Israel, sehingga Israel memiliki kewajiban untuk memelihara perjanjian dengan mengaplikasikan Taurat dalam kehidupan sehari-hari yang membuat mereka berbeda dari bangsa lain. 

Taurat itu sendiri dari perspektif PL merupakan kasih Allah sekaligus menunjukkan Allah Yang Maha tinggi mau berkomunikasi dengan Israel. Sebab itu Israel dituntut menunjukkan kasih dan kesetiaan kepada Allah dengan hidup menurut Taurat. Dengan hidup menurut Taurat Israel akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Ini seperti disampaikan Hikman Sirait bahwa perjanjian Sinai dan Moab memberikan batasan yang jelas tentang bagaimana umat Allah harus hidup dan menjadi berkat bagi orang lain.

Berdasarkan analisis tersebut, maka nubuat tentang nabi yang akan dibangkitkan Allah dari tengah Israel digenapi dalam Yesus Kristus. Injil Sinoptik menjadi bukti sahih bahwa Yesus Kristus memberitakan Injil Kerajaan Sorga dan menyerukan pertobatan serta memberikan wawasan baru tentang Taurat. “Khotbah di Bukit” dalam Injil Matius menampilkan perspektif baru Taurat sebagai standar moral yang lebih tinggi dari pada perspektif orang Yahudi (Matius 5:1-7:110). 

Yesus Kristus menyingkap tabir keterbatasan pemahaman orang Yahudi tentang Taurat yang sebatas literal dan legalistik namun minim dalam aplikasinya.  Lagipula Yesus Kristus tidak saja mengajarkan kembali hal-hal yang terkait dengan Taurat tapi juga tidak ada satu pun dari Taurat yang dilanggar, menunjukkan kualitas moral yang lebih tinggi dari orang-orang pada masa itu.

Yesus Kristus sebagai keturunan Israel adalah nabi yang dinubuat apabila dipandang dari tugas nabi yang mengajar, mengaplikasikan dan menggenapi Taurat (Matius 5:17). Tidak satu pun bagian dari Taurat yang dilanggar oleh Yesus Kristus. Dia mengatakan bahwa makanan-Nya adalah melakukan kehendak Bapa (Matius 12:50; Markus 3:35; Yohanes 4:34, 5:30, 6:38). Oleh karena itu, Yesus Kristus dinyatakan sebagai Pribadi yang tidak berdosa (2 Korintus 5:21; Ibrani 7:26; 1Petrus 2:22-24; 1Yohanes 3:5).

4. Keempat, Musa sebagai nabi menyampaikan pesan verbal disertai tanda-tanda ajaib, yang diperlukan untuk meyakinkan umat Israel bahwa Musa diutus Allah dan Allah adalah Yahweh yang tidak ada bandingnya (Keluaran 4:8-9; Bilangan 14:11; Ulangan 4:34-35). 

Pesan verbal disertai tanda-tanda ajaib pertama Musa adalah tulah di Mesir (Keluaran 7:14-11:10). Masih banyak pesan verbal dan tanda ajaib lainnya yang dilakukan Musa.

Berdasarkan analisis tersebut, maka nubuat tentang nabi yang akan dibangkitkan Allah dari tengah Israel digenapi dalam Yesus Kristus, yang sepanjang pelayanan-Nya banyak menyampaikan pesan verbal disertai tanda-tanda ajaib (mujizat), seperti tertulis di Injil Sinoptik. 

Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus Kristus di dalam pelayanannya dapat diandalkan dan dibuktikan dalam sejarah dan itu yang membuat pelayanan-Nya unik pada zaman itu sampai saat ini.  Yesus Kristus dikenal sebagai miracles maker dan itu sejalan dengan proklamir tentang kedatangan Kerajaan Allah serta Diri-Nya selaku utusan Kerajaan Allah dan Allah yang berinkarnasi dalam rupa manusia.

Demonstrasi mukjizat Yesus Kristus yang paling menonjol dalam Injil Sinoptik adalah penyembuhan dan pengusiran setan. 32 Namun mukjizat yang fenomenal dan kontroversial adalah membangkitkan orang mati (Markus 5:21-43; Lukas 7:11-17; Yohanes 11:1-45). 

Mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus Kristus sering kali disertai pesan verbal tentang pengampuan dosa dan belas kasihan yang menunjukkan otoritas Yesus Kristus dan kemurahan hati serta kepedulian atas orang-orang yang menderita (Matius 9:2; Markus 2:5; Lukas 5:20, 7:48)

5. Kelima, Musa sebagai nabi yang menyampaikan nubuat seperti nubuat dalam Ulangan 3:21, 22 dan 4:25-31 dan 18:15-22. 

Menyampaikan nubuat dan nubuat itu digenapi seperti dikatakan dalam Ulangan 18:22 merupakan salah satu ciri khas dari nabi Israel. Nubuat nabi digenapi membuktikan nabi adalah utusan Allah dan memberi gambaran nabi memiliki wawasan yang luas tentang masa depan serta memiliki otoritas Ilahi karena sesungguhnya Allah saja yang mengetahui tentang masa depan.  Contoh nubuat Musa sebagai nabi digenapi adalah tulah di Mesir di mana Firaun selalu diperingatkan akan ada tulah lain apabila Israel tidak dibiarkan keluar dari Mesir

Berdasarkan analisis tersebut, maka nubuat tentang nabi yang akan dibangkitkan Allah dari tengah Israel digenapi dalam Yesus Kristus. Argumen tersebut didasarkan fakta historis Yesus Kristus menyampaikan nubuat sama seperti nabi-nabi PL khususnya tentang keadilan.  

Nubuat-Nya yang fenomenal di antaranya tentang seorang dari murid-murid yang akan mengkhianati-Nya (Matius 26:17-75; Markus 14:12-72; Lukas 22:7-71), nubuat tentang kematian dan kebangkitan-Nya (Matius 16:21-28, 20:17-19; Markus 8:31-9:1, 10:32-34; Lukas 9:21-27, 18:31-34) serta nubuat tentang Roh Penghibur (Yohanes 14:26). Masih banyak nubuat yang disampaikan Yesus Kristus termasuk tentang akhir zaman dan semua nubuat yang disampaikan Yesus Kristus digenapi.

Kesimpulan:

Dari analisis terhadap nubuat dalam Ulangan 18:15 dan konteksnya, kita melihat lima hal penting yang ingin disampaikan penulis kitab:

1. Nabi yang dibangkitkan oleh Allah dari tengah-tengah umat Israel adalah sesama Israel, berasal dari garis keturunan yang terikat perjanjian dengan Allah.

2. Nubuat ini ter genapi dalam pelayanan Yesus Kristus, yang merupakan keturunan dari garis keturunan Israel, khususnya dari suku Yehuda.

3. Musa, sebagai nabi yang diutus Allah, tidak hanya mengajarkan Taurat tetapi juga hidup menurutnya, meminta umat Israel untuk mengikutinya, dan memberikan tanda-tanda ajaib sebagai bukti kenabian.

4. Sama seperti Musa, Yesus Kristus dalam pelayanannya mengajar, melakukan mujizat, dan menyampaikan nubuat yang memperkuat status-Nya sebagai nabi yang diutus Allah.

5. Nubuat dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus Kristus, seperti nubuat tentang pengkhianatan, kematian, kebangkitan-Nya, dan kehadiran Roh Penghibur, semuanya memperkuat klaim-Nya sebagai nabi yang diutus Allah untuk umat Israel.

Dengan demikian, nubuat tentang nabi yang dibangkitkan Allah dari tengah-tengah Israel tergenapi dalam pelayanan dan kehidupan Yesus Kristus, membuktikan kebenaran dan ketepatan firman Allah yang diungkapkan melalui Musa dalam Ulangan 18:15.
Next Post Previous Post