Iman Penyelamatan: Kunci Keselamatan dan Ketaatan

Pendahuluan:

Iman merupakan inti dari ajaran Kristen. Dalam iman terdapat keselamatan yang dianugerahkan oleh Allah kepada umat-Nya. Dalam tulisan ini, kita akan menyelami makna iman yang menyelamatkan, dari sumbernya dalam Allah, objek iman kita dalam Yesus Kristus, hingga tindakan-tindakan yang mengalir darinya. Mari kita eksplorasi lebih jauh bagaimana iman bukan hanya sekadar keyakinan, tetapi juga sebuah perjalanan hidup yang penuh dengan ketaatan, pengorbanan, dan kesetiaan kepada Kristus.
Iman Penyelamatan: Kunci Keselamatan dan Ketaatan
1. Faktor-Faktor Iman

Untuk benar-benar memahami konsep iman penyelamatan, kita harus menjelajahi sumbernya, objeknya, dan faktor-faktor yang berkontribusi padanya. Mari kita jelajahi tindakan iman penyelamatan untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang aspek penting ini.

Sumber Iman

Aspek pertama yang perlu diselidiki mengenai iman penyelamatan adalah bahwa sumbernya terletak pada Allah sendiri. Iman adalah hadiah; itu adalah karya Roh Kudus. Ia adalah cahaya ilahi yang diberikan secara langsung kepada jiwa manusia oleh Allah. Menanggapi pertanyaan Yesus, "Siapakah kamu katakan Aku ini?" Petrus menjawab, "Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup!" Tuhan kita menyatakan bahwa Petrus diberkati karena iman yang ia ungkapkan tidak diwahyukan kepadanya oleh manusia, "tetapi oleh Bapa-Ku yang di sorga."

Iman yang diberikan kepada Petrus diberikan kepadanya melalui penerangan ilahi. Cahaya ilahi ini mencakup rasa takjub terhadap Pribadi Kristus dan pengaguman atas pekerjaan-Nya untuk kita. Roh Kudus bekerja melalui bakat alami kita untuk memberikan iman berharga ini yang menyatukan kita dengan Anak Allah. Petrus mengakui hal ini, menyatakan bahwa melalui kebenaran Allah dan Juruselamat kita Yesus Kristus, kita bersama dengan mereka, telah menerima iman ini (2 Petrus 1:1). 

Ayat ini dapat diinterpretasikan sebagai "iman yang sama nilainya dengan iman kita," menunjukkan bahwa iman ini secara intrinsik sama dengan yang dimiliki oleh para rasul. Penggunaan istilah "telah menerima" menekankan fakta bahwa iman adalah hadiah dan bukan hasil kecerdasan manusia; iman penyelamatan sangat berharga. Ia mengalir keluar dari kelahiran baru dari dosa ke iman, sebuah kekuatan yang sama dengan kekuatan yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati (Efesus 1:19, 20; 2:1-10).

Objek Iman Kita

Pengamatan kedua tentang iman penyelamatan adalah bahwa ia berpusat pada Pribadi Anak Allah. "Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup." Kita tidak boleh mengabaikan bahwa Petrus adalah batu karang di atasnya gereja dibangun, seperti yang dinyatakan oleh Yesus sendiri. Pada hari Pentakosta pertama, Petrus memimpin, dan inti khotbahnya adalah bahwa Yesus adalah Anak Allah. 

Iman kepada Yesus Kristus adalah prinsip utama dari iman Kristen. Itu adalah dasarnya. "Sebab tak seorangpun dapat meletakkan dasar lain selain dari pada dasar yang sudah diletakkan, yaitu Yesus Kristus" (1 Korintus 3:11). "Engkau adalah Kristus, Anak Allah yang hidup," demikianlah yang diumumkan oleh Petrus. Yesus sebagai Allah-man adalah objek iman penyelamatan. Kita bersatu dengan Kristus secara tidak terpisahkan dalam hubungan Tritunggal. 

Selain itu, percaya harus dibaptis dalam nama Allah Tritunggal (Matius 28:18-20). Di dalam Alkitab, terdapat referensi mengenai pembaptisan dalam nama Yesus (Kisah Para Rasul 8:16; 19:5). Ini tidak berarti bahwa rumus Tritunggal tidak digunakan. Yesus adalah satu Pribadi melalui siapa kita masuk ke dalam persatuan dengan Allah Tritunggal, dan tidak ada yang salah dengan kependekan "dalam nama Yesus." 

Percaya pada keselamatan dalam Yesus berarti bersatu dengan Dia, dan bersatu dengan Dia berarti bersatu dengan Bapa dan Roh Kudus. Roma 6 menguraikan implikasi dari persatuan orang percaya dengan Kristus. Melalui persatuan dengan Dia, pada saat yang sama, kita memiliki kebenaran (yang membenarkan kita), kekudusan (penyucian progresif), dan penebusan (pemuliakan, hidup kekal) (1 Korintus 1:30).

Ketika kita bersatu dengan Kristus melalui iman, kita menjadi ahli waris bersama dengannya dari dunia yang baru (Roma 8:17; Efesus 1:14; 1 Petrus 1:4). Garis besar yang digunakan oleh Thomas Brooks dalam pengajarannya tentang objek iman penyelamatan mengingatkan kita bahwa Kristus adalah segalanya dalam segala hal. Di dalam-Nya, kita menerima segalanya. Garis besar Brooks adalah 1. Pribadi Kristus. 2. Kebenaran-Kebenaran Kristus. 3. Janji-janji Allah, dan 4. Kemuliaan yang akan datang.

Pertanyaan Serius dan Wawasan

Pertanyaan serius timbul dari pemikiran di atas. Bagaimana dengan keselamatan individu di Perjanjian Lama? Karena mereka tidak dapat menyaksikan datangnya Yesus yang mengorbankan Diri-Nya di atas salib, bagaimana mereka bisa percaya kepada-Nya? Ibrani 11 memberikan jawaban yang jelas bahwa orang percaya pada zaman Perjanjian Lama memiliki iman yang sejati kepada Allah dan percaya bahwa Dia memberikan keselamatan bagi mereka. Hal ini digambarkan dalam kurban binatang yang dilakukan oleh Habel. Kesadaran akan iman mereka terlihat dalam apa yang mereka berani lakukan untuk Allah dan kesiapan mereka untuk terus hidup dan bertahan, tidak menyangkal nama-Nya. 

Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan adalah karakteristik dari iman yang sejati. Hal ini juga menunjukkan bahwa iman yang sejati dapat bertahan bahkan ketika pengetahuan mungkin terbatas. Inilah sebabnya mengapa kita tidak dapat membatasi keanggotaan gereja hanya kepada mereka yang dapat berdiskusi tentang Teologi Sistematik yang ditulis oleh Berkhof. Mengenai pemeliharaan dan pengetahuan Allah,

 William Ames dalam Pandects menulis bahwa Tuhan telah menjamin keselamatan seluruh umat manusia yang ada sejak permulaan dunia sampai akhir dunia ini. Para orang percaya yang tinggal di luar zaman perjanjian, tidak memiliki pengetahuan secara langsung tentang Yesus, namun, mereka memiliki pengetahuan tentang Pengantar Kehidupan. Mereka mengetahui bahwa seseorang harus bertobat dari dosa, bersekutu dengan Allah, dan berperang melawan dosa. 

Mereka tidak tahu nama Kristus, tetapi mereka mengetahui karakter dan kekuatan Pribadi yang akan datang. Karena hal ini mereka telah diselamatkan (Ibrani 10:38). Mereka semua telah mati dalam iman. Mereka telah mendapat kesaksian bahwa mereka adalah orang-orang benar. Mereka hidup menurut iman. Pada saat yang sama, kasus yang sama juga berlaku untuk anak-anak kecil yang masih dalam janin, tetapi dipersembahkan kepada Allah dengan iman orang tua mereka yang beriman.

2. Faktor-Faktor Iman Penyelamatan

Sebagaimana dijelaskan di atas, iman penyelamatan tidak hanya sebatas percaya secara umum, tetapi juga merupakan iman dalam tindakan. Iman menyelamatkan adalah iman yang menghasilkan perbuatan, dan ekspresi diri dalam ibadah dan doa. Iman membangun bahtera dan mematuhi perintah Allah. Iman memungkinkan Yusuf untuk bertahan di pengasingan dan penjara. Iman datang dari hati dan mengakui bahwa "Yesus adalah Tuhan!" (Roma 10:9). 

Iman percaya pada kebangkitan jasmani Yesus dari kubur. Iman mengalahkan dunia. Iman bertindak di bawah tekanan dan pengujiannya; ia bergulat dengan keraguan dan percaya kepada Yahweh bahkan ketika tidak ada jawaban. Bahkan ketika segalanya telah runtuh dan kematian mendekat, iman berkata, "Walaupun Ia membunuh aku, aku akan percaya kepada-Nya" (Ayub 13:15). 

Kesulitan dan penganiayaan adalah tempat tumbuh di mana iman tumbuh dan menjadi lebih tangguh dan lebih kaya. Iman memiliki semangat hidup dan menikmati firman Allah. Iman hidup berdasarkan kebenaran. Karena iman adalah sesuatu yang hidup, kita dapat fokus pada beberapa detail tindakan iman ini.

Ketaatan

Ketika Paulus memulai suratnya kepada jemaat di Roma, ia melakukannya berdasarkan panggilannya sebagai rasul Yesus Kristus. Sebagai seorang rasul, ia diutus untuk bekerja membangun ketaatan iman di antara segala bangsa. Ekspresi "ketaatan iman" diulang dalam doxology yang mengakhiri suratnya. Apa arti "ketaatan iman"? Secara harfiah, itu dapat diterjemahkan sebagai "ketaatan yang percaya." Ketaatan adalah hasil dari iman. Iman dan ketaatan tidak bisa dipisahkan. Kita tidak bisa memiliki salah satu tanpa yang lain. Karena iman harus menyelamatkan, iman harus patuh.

Don Garlington memberikan komentar sebagai berikut: "Istilah tegas dari ketaatan iman membawa signifikansi dalam cakupan dunia, karena dalam hal ini Paulus menggambarkan pola eskatologis Allah bagi umat manusia yang baru, Israel baru. Untuk melawan ketidakpercayaan dan ketidaktaatan, bangsa-bangsa lain merespons dengan iman terhadap Injil Kristus dan diperbaharui, berbeda dengan kondisi sebelumnya (Roma 1:18 dan seterusnya; 6:17; Efesus 2:1, dll.), menjadi umat Allah yang setia dan patuh. 

Oleh karena itu tidak ada pujian yang lebih besar dari Paulus kepada pembacanya Kristen daripada yang diungkapkan dalam Roma 1:8 – 'imanmu tersebar di seluruh dunia' – Roma 16:19 – 'Ketaatanmu telah menjadi diketahui oleh semua orang.'"

Perbuatan Baik

Ketaatan terhadap kehendak Allah akan terlihat dalam perbuatan baik. Bagian yang paling kompeten dari Alkitab di sini adalah Yakobus 2:14-26. Yakobus dengan tegas menolak gagasan bahwa iman bisa ada tanpa perbuatan baik dan mengutip contoh Abraham dan Rahab. Bahkan Rahab melakukan sesuatu yang menunjukkan sifat sebenarnya dari imannya. Kesatuan iman dan perbuatan baik digambarkan melalui hubungannya dengan Penghakiman Terakhir. Setiap orang, tanpa kecuali, akan dihakimi berdasarkan perbuatan mereka (Wahyu 20:13; 22:12). 

Orang percaya akan menerima pahala sesuai dengan perbuatan mereka (Matius 25:31-46). Bukan pada perkataan mereka tentang iman mereka. Mengapa? Jelas bahwa iman dan perbuatan dari iman tidak dapat dipisahkan sama sekali. Karena iman adalah hadiah, begitu juga semua perbuatan yang muncul dari iman, tidak memberikan ruang bagi kebanggaan dan kesombongan manusia (Efesus 2:10).

Penyucian

Iman yang mengalahkan dunia adalah iman kepada Kristus. "Inilah kemenangan yang telah mengalahkan dunia, yaitu iman kita" (1 Yohanes 5:4). Seperti yang dinyatakan oleh Yohanes, "Siapakah yang mengalahkan dunia? Hanyalah dia yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah." Yesus sendiri telah mengalahkan dunia (Yohanes 16:33). Ia mencapai kemenangan besar di kayu salib (Ibrani 2:14, 18). 

Iman kita adalah kepada-Nya dan kemenangannya. Tidak ada jalan lain selain melalui iman, yang membawa kita pada kemenangan atas kekuatan menakutkan dunia, daging, dan yang jahat. Melalui iman, Yusuf menahan godaan istri Potifar. Dalam surat pertamanya, Yohanes menekankan untuk melawan ajaran-ajaran Gnostik yang menyangkal bahwa Yesus adalah Anak Allah yang lahir. 

Kita harus tetap berpegang pada kebenaran bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup. Kita harus melawan iman atas nama Yesus (Kisah Para Rasul 8:37) dengan segala kekuatan kita. Kita harus melawan iman terhadap penyesatan dan kesesatan. Tetapi iman bukan hanya melewati godaan; Ia juga memerintahkan kita untuk melakukan pembersihan dari semua dosa, dan untuk terus berjalan dalam terang Allah (1 Yohanes 1:7, 9).

 Iman melibatkan hati yang murni (1 Timotius 1:5) dan jiwa yang disucikan oleh ketaatan kepada kebenaran (1 Petrus 1:22). Yesus berkata, "Berbahagialah orang murni hatinya, karena mereka akan melihat Allah" (Matius 5:8). Bagian penting dari iman adalah kemurnian hati dan jiwa kita.

Kesetiaan

Kesetiaan adalah aspek penting dari iman. Iman adalah tanggapan kita terhadap cahaya ilahi dari Allah. Kita dihidupkan oleh Roh Kudus melalui kata-kata Allah. Perbuatan dan perkataan kita harus sejalan dengan iman kita. Ketika kita menjadi anggota Gereja yang beriman, kita berjanji untuk mengikut Kristus, bersaksi atas nama-Nya, berpartisipasi dalam pelayanan-Nya, dan berusaha untuk melakukan kehendak-Nya. Kita harus bersikap setia kepada-Nya dalam segala hal dan berusaha untuk mewakili-Nya di dunia ini. Ini mencakup kasih dan pemuridan di dalam Kristus dan gereja-Nya.

Pengorbanan

Paulus meminta kita untuk mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus dan yang berkenan kepada Allah, dan ini adalah ibadah rohani kita (Roma 12:1). Iman adalah memberikan diri kita sepenuhnya kepada Allah sebagai tanggapan atas kasih-Nya yang besar kepada kita. Kita harus bersedia mengorbankan apapun demi-Nya, bahkan hidup kita sendiri (Matius 10:37-39). Pengorbanan adalah hasil langsung dari iman yang hidup dan akan menemukan ekspresinya dalam setiap aspek kehidupan kita, termasuk dalam pelayanan kepada sesama. Setiap pengorbanan kita akan memberikan pujian dan kemuliaan kepada Allah.

Kesimpulan:

Iman penyelamatan adalah hadiah yang diberikan oleh Allah melalui Roh Kudus, menghubungkan kita dengan Kristus dan memungkinkan kita untuk menerima keselamatan. Objek iman kita adalah Kristus sendiri, yang harus kita percayai dan patuhi. Iman ini harus diaktualisasikan dalam ketaatan, perbuatan baik, penyucian, kesetiaan, dan pengorbanan. Keselamatan kita bergantung pada iman yang hidup ini, yang muncul dari kasih karunia Allah kepada kita. Dengan demikian, kita dipanggil untuk hidup dengan penuh keyakinan, menyatakan iman kita melalui tindakan-tindakan yang mencerminkan cahaya Kristus di dalam kita.

Next Post Previous Post