Pengkhotbah 4:13-16 - Keuntungan Hidup Bermasyarakat

Matthew Henry ( 1662 – 1714).

BAHASAN : Pengkhotbah 4:13-16 - Keuntungan Hidup Bermasyarakat
Pengkhotbah 4:13-16 - Keuntungan Hidup Bermasyarakat
Salomo sendiri adalah seorang raja, dan karena itu pantaslah ia berbicara dengan lebih bebas daripada orang lain tentang kesia-siaan pemerintahan dan martabat rajawi, yang ditunjukkannya di sini sebagai hal yang tidak pasti. Ia sudah berkata demikian sebelumnya (Amsal 27:24, mahkota tidak tetap turun-temurun), dan anaknya mendapatinya demikian. Tidak ada yang lebih licin daripada tempat kehormatan tertinggi tanpa hikmat dan tanpa cinta dari rakyat.
[I]. Seorang raja tidak berbahagia kecuali ia memiliki hikmat (Pengkhotbah 4:13-14). Orang yang benar-benar berhikmat, bijaksana, dan saleh, meskipun ia miskin di dunia, dan sangat muda, dan karena kedua alasan itu dipandang rendah dan sedikit diperhatikan, adalah lebih baik dari pada seorang raja. Ia benar-benar lebih bernilai dan layak dihormati, mempunyai kemungkinan untuk berbuat lebih baik bagi dirinya sendiri dan menjadi berkat yang lebih besar bagi angkatannya, dari pada seorang raja, dari pada seorang raja tua.
Raja tua demikian walaupun terhormat karena kesungguhannya maupun karena martabatnya, ia itu bodoh, jika ia tidak tahu bagaimana mengurus kepentingan-kepentingan rakyat, atau tak mau diberi peringatan lagi dan diberi nasihat oleh orang lain, tidak tahu diberi peringatan, yaitu, tidak mau membiarkan dirinya diberi nasihat atau peringatan apa saja (tak seorang pun di sekelilingnya berani membantahnya), atau tidak mau mendengarkan nasihat dan peringatan yang diberikan kepadanya.
Tidak mau diberi peringatan sama sekali bukan merupakan bagian dari kehormatan para raja, melainkan justru menjadi penghinaan terbesar kepada mereka. Kebodohan dan sikap kepala batu biasanya berjalan berdampingan, dan orang-orang yang paling membutuhkan peringatan paling tidak tahan dengannya.
Tetapi bukan usia ataupun gelar yang akan membuat orang dihormati, jika mereka tidak memiliki hikmat dan kebajikan yang sejati sehingga orang memuji mereka. Hikmat dan kebajikan akan membuat orang mendapat kehormatan bahkan sekalipun ia berusia muda dan miskin. Untuk membuktikan bahwa seorang muda yang berhikmat lebih baik dari pada seorang raja yang bodoh, Salomo menunjukkan apa jadinya dengan mereka masing-masing (Pengkhotbah 4:14).
1. Orang yang miskin melalui hikmatnya akan lebih disukai, seperti Yusuf, yang, ketika masih muda, dibawa keluar dari penjara untuk menjadi orang kedua di kerajaan, sebuah cerita yang tampak dirujuk Salomo di sini. Penyelenggaraan ilahi kadang-kadang menegakkan orang yang hina dari dalam debu, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan (Mazmur 113:7-8). Hikmat mendatang-kan kebebasan manusia dan juga martabat mereka, mengangkat mereka dari timbunan sampah, dari lubang yang dalam, ke atas takhta.
2. Seorang raja oleh kebodohan dan sikap kepala batunya akan jatuh miskin. Meskipun ia dilahirkan dalam kerajaannya, memperoleh kerajaan itu melalui warisan, walaupun ia hidup sampai tua di dalamnya dan mempunyai waktu untuk memenuhi harta bendanya, namun jika ia mengambil jalan-jalan yang jahat, dan tak mau diberi peringatan lagi seperti sebelumnya, dengan berpikir, karena ia sudah tua, ia tidak perlu lagi diberi peringatan, maka ia menjadi miskin. Harta bendanya terkuras, dan mungkin ia dipaksa untuk menyerahkan mahkotanya dan mengundurkan diri.
[II]. Seorang raja kemungkinan tidak akan terus menjadi raja jika ia tidak mendapat tempat yang tetap di hati rakyatnya. Hal ini disiratkan, tetapi secara agak samar-samar, dalam dua ayat terakhir.
1. Salomo yang adalah raja pasti mempunyai seorang pengganti, orang kedua, anak yang akan menjadi penggantinya, diduga anaknya sendiri, atau mungkin orang muda miskin tetapi berhikmat yang dibicarakan itu (Pengkhotbah 4:13). Para raja, ketika mereka menjadi tua, pasti merasa dipermalukan melihat orang-orang yang akan mendesak mereka keluar dan berdiri menggantikan mereka.
2. Sudah biasa bagi orang banyak untuk memuja sang matahari yang terbit: Semua orang yang hidup di bawah matahari berjalan bersama-sama dengan orang muda tadi, berpihak pada kepentingan-kepentingannya, bercakap-cakap dengannya, dan merayu dia lebih daripada mereka merayu ayahnya, yang mereka lihat akan segera pergi, dan yang mereka pandang rendah karena hari-hari terbaiknya sudah berlalu.

Salomo merenungkan hal ini. Ia melihat ini sebagai kecenderungan rakyatnya sendiri, yang segera tampak sesudah kematiannya, dalam keluhan-keluhan mereka terhadap pemerintahannya dan kesukaan mereka akan perubahan.
3. Orang tidak pernah merasa nyaman dan puas untuk waktu yang lama: Tiada habis-habisnya, tidak ada istirahat, rakyat yang dipimpinnya. Mereka terus-menerus menyukai perubahan, dan tidak tahu apa yang mereka inginkan.
4. Ini bukan perkara baru, melainkan sudah menjadi cara dari semua orang yang ada sebelum mereka (KJV). Sudah ada contoh-contohnya di setiap zaman. Bahkan Samuel dan Daud tidak bisa selalu menyenangkan hati orang.
5. Seperti yang pernah terjadi, demikian pula yang masih akan terjadi: Orang yang datang kemudian akan berjiwa sama, dan tidak akan lama menyukai dia, yang pada awalnya tampak mereka senangi dengan luar biasa. Hari ini hosana, besok salibkan Dia.
6. Tidak bisa tidak, pasti akan menjadi kesedihan yang besar bagi raja-raja untuk melihat diri mereka sendiri diremehkan seperti itu oleh orang-orang yang selama ini sudah berusaha mereka topang hidupnya dan menjadi tanggungan mereka. Tidak ada kesetiaan pada manusia, tidak ada rasa bakti yang teguh. Ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
Next Post Previous Post