Hidup dalam Pertandingan Iman - 1 Timotius 6:12

Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah l hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi (1 Timotius 6:12 TB).

Dalam 1 Timotius 6:12 ini terdapat dua kata kerja yang saling berkaitan, yaitu bertandinglah dan rebutlah. Kata "agonizou" (kata kerja bentuk imperatif tunggal present middle) berasal dari kata "agonizomai" yang berarti bertanding, berjuang, berupaya dengan sungguh-sungguh. Kata ini sering digunakan dalam konteks olahraga. Sebaliknya, kata "rebutlah" menggunakan bahasa Yunani "epilabou" (kata kerja bentuk imperatif tunggal aorist middle).
Hidup dalam Pertandingan Iman - 1 Timotius 6:12
"Agonizomai" (berjuang) dan "agon" (pertandingan) adalah terminologi yang berasal dari dunia atletik, yang sangat digemari oleh Paulus (Filipi 3:13-14). Kontestannya haruslah orang-orang beriman (tes pisteos), yaitu mereka yang telah menjadi Kristen. Kata ini digunakan dalam bentuk present tense untuk menunjukkan perjuangan atau usaha yang terus-menerus. 

Pertandingan iman disebut sebagai pertandingan yang benar (baik) karena ada pertandingan/perjuangan yang tidak baik, misalnya memperjuangkan laba keji seperti yang dilakukan oleh guru-guru palsu/sesat (1 Timotius 6:5). Kehidupan Kristen sebenarnya adalah pertandingan iman yang sangat membutuhkan kegigihan.

Paulus kemudian melanjutkan dengan mengatakan, rebutlah kehidupan kekal. Secara literal, kata "rebutlah" (NIV: take hold) berarti mengambil dengan tegas. Dalam tense aorist, kata ini mengindikasikan suatu tindakan yang meyakinkan/tegas. 

Ola Tulluan berpendapat bahwa penggunaan aorist menekankan suatu perbuatan yang selesai dilakukan satu kali pada masa lampau. Melihat kedua kata kerja di atas, maka hidup kekal sebenarnya telah diperoleh oleh Timotius satu kali pada masa lampau, namun pertandingan setelah memperoleh hidup kekal tersebut harus dilakukan terus-menerus sepanjang hidup.

Dalam 1 Timotius 1:16 dituliskan bahwa kehidupan kekal adalah hasil dari percaya kepada Kristus. Dalam 1 Timotius 6:12 diajarkan bahwa kehidupan kekal harus dipegang teguh. Hidup kekal juga merupakan sesuatu yang diperoleh pada akhirnya. 

Penekanan di sini adalah antara "sudah dan belum", namun sering kali ditemukan dalam Perjanjian Baru dalam bentuk present (sekarang). Maksudnya adalah bahwa sejak seseorang menjadi percaya, dia sudah memiliki hidup yang kekal, namun penyempurnaan terakhir adalah pada masa yang akan datang yaitu kedatangan Kristus kedua kali. Paulus juga mengatakan bahwa Timotius dipanggil kepada hidup yang kekal (1 Korintus 1:9; 7:17-24; 2 Tesalonika 2:14). 

Allah bertindak terlebih dahulu tetapi juga dibutuhkan respons manusia. Hidup kekal yang dimiliki sekarang diperoleh melalui kematian yang penuh (mati dari dosa). Hidup kekal tersebut tampak dalam gelar yang diserukan oleh Paulus kepada Timotius yaitu manusia Allah. Bagi seorang yang sudah memiliki hidup kekal, harta benda dunia tidaklah terlihat begitu penting.

Stott berpendapat bahwa dalam pertandingan iman diperlukan kesensitifan roh. Kebenaran adalah yang terutama, berharga dan sakral karena berasal dari Allah. Hidup yang kekal juga bukan hanya berkenaan dengan durasi waktu tetapi juga kualitas. Bertanding dalam kebenaran tidak boleh mengabaikan kekudusan. Demikian juga sebaliknya, kekudusan tidak boleh lepas dari kebenaran.

Dalam 1 Timotius 6:12b dituliskan bahwa dalam pertandingan iman, Timotius memiliki banyak saksi. Istilah "martus" (saksi) mengandung arti "seseorang yang memiliki informasi atau pengetahuan tentang sesuatu, sehingga dapat memberikan informasi, menerangkan atau mengonfirmasi sesuatu" (Matius 18:16; 26:65; Markus 14:63; Lukas 24:48; Kisah Para Rasul 1:22; 5:32; 7:58; 2 Korintus 13:1; 1 Timotius 5:19; Ibrani 10:28). Istilah ini juga digunakan untuk menyebut mereka yang telah mengalami kematian sebagai akibat dari mengakui Kristus (Wahyu 17:6). 

Saksi yang pertama adalah Allah sendiri. Hal ini dikarenakan Dialah yang memberikan hidup dan hidup kekal (hidup baru; Roma 6:4; Efesus 2:5) dan juga menopang Timotius dalam menggenapi rencana-Nya. Allah sendiri yang menyaksikan kehidupan kekristenan Timotius dan memberikan semangat kepada Timotius untuk berjalan harmonis sesuai dengan pengakuannya. Oleh karena itu, Timotius tidak perlu bimbang.

Di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar di muka Pontius Pilatus, hal ini menyatakan keberanian Yesus untuk menyaksikan tentang kebenaran yang sejati dan tidak takut terhadap konsekuensi-konsekuensinya (Yohanes 18:37) bahkan berani menghadapi kematian. Jabatan Pontius Pilatus sebagai petinggi Romawi tidak mematahkan semangat Yesus dalam bersaksi bahwa Dialah Sang Juruselamat manusia. Pengalaman Yesus dalam pelayanannya semasa di dunia digunakan sebagai teladan untuk menguatkan tekad Timotius untuk bersaksi tentang kebenaran iman di tengah-tengah perlawanan. 

Yesus tidak pernah takut untuk memberitakan kebenaran bahwa diri-Nya adalah Sang Mesias/Juru selamat. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Yesus dalam Matius 10:28, yaitu "janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka." 

Paulus juga berkata dalam 2 Timotius 1:7-8, "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, tetapi roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban. Jadi, janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah." Ada indikasi bahwa identitas Timotius sebagai manusia Allah bergantung pada kesaksian dan keberaniannya.

Kesimpulan:

1 Timotius 6:12 tersebut mengajarkan tentang pentingnya bertanding dalam iman dengan sungguh-sungguh dan mengambil bagian dalam perjuangan untuk mempertahankan kehidupan kekal. Paulus menggunakan bahasa atletik untuk mengilustrasikan konsep ini, menekankan pentingnya kegigihan dan tekad dalam menjalani kehidupan Kristen. 

Hidup kekal diperoleh melalui iman kepada Kristus, namun juga memerlukan keteguhan untuk menempuh perjalanan iman dengan baik. Timotius dipanggil untuk menjadi saksi tentang kebenaran iman, dengan teladan dari Kristus sendiri yang tidak ragu-ragu untuk bersaksi, bahkan hingga menghadapi kematian. Oleh karena itu, kita ditantang untuk mengambil bagian dalam pertandingan iman dengan berani dan tekun, menjadikan kebenaran dan kekudusan sebagai fokus utama dalam kehidupan kita.
Next Post Previous Post