Amsal 17:17-19 - Persahabatan Sejati
Matthew Henry (1662 – 1714).
BAHASAN : Amsal 17:17-19 - Persahabatan Sejati
Amsal 17:17. “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”
BAHASAN : Amsal 17:17-19 - Persahabatan Sejati

Ini menunjukkan kekuatan dari tali-tali yang membuat kita terikat satu sama lain, dan yang harus betul-betul kita sadari.
1. Sahabat-sahabat haruslah saling setia setiap waktu. Jika tidak ada kesetiaan, maka tidak ada persahabatan sejati. Pasti akan ada kesetiaan jika persahabatan itu tulus dan digerakkan oleh asas hidup yang baik. Orang yang penuh khayal atau mementingkan diri sendiri di dalam persahabatan tidak akan mengasihi sahabatnya jika perasaan mereka tidak lagi terhibur dan kepentingan mereka tidak lagi dilayani, dan oleh sebab itu perasaan mereka berubah-ubah mengikuti angin dan berganti-ganti mengikuti cuaca.
Teman yang seperti burung layang-layang akan terbang menghampirimu pada musim panas, dan pergi menjauh pada musim dingin. Untuk teman-teman seperti itu, kita tidak akan merasa kehilangan. Tetapi jika persahabatan itu penuh kebijaksanaan, kemurahan hati, dan kehangatan, jika aku mengasihi temanku karena ia bijak, berbudi luhur, dan baik, maka selama ia tetap demikian, walaupun ia jatuh miskin dan terkena aib, aku akan tetap mengasihinya. Kristus adalah Teman yang mengasihi setiap waktu (Yohanes 13:1) dan kita pun harus mengasihi-Nya seperti itu (Roma 8:35).
2. Sesama saudara, khususnya, haruslah bersikap hati-hati dan lemah lembut satu sama lain di dalam penderitaan: saudara dilahirkan untuk membantu kakak atau adiknya yang sedang dalam kesusahan. Dengan mereka ia terhubung erat secara alamiah, supaya ia bisa lebih peka merasakan beban-beban mereka, dan lebih tergerak serta bersedia, seolah-olah secara naluriah, untuk membantu mereka.
Kita harus sering kali memikirkan untuk apa kita dilahirkan, bukan hanya sebagai manusia, tetapi juga sebagai saudara dan anggota keluarga tertentu. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini kita datang dalam keluarga yang seperti itu? Kita tidak memenuhi tujuan kita dijadikan bersaudara jika kita tidak melakukan kewajiban sebagai saudara. Sebagian orang membacanya seperti ini: seorang sahabat yang menaruh kasih setiap waktu terlahir sebagai (maksudnya, menjadi) saudara dalam kesukaran, dan harus dihargai seperti itu.
----------
PERSAHABATAN SEJATI.
Amsal 17:18.“Orang yang tidak berakal budi ialah dia yang membuat persetujuan, yang menjadi penanggung bagi sesamanya.”
Walaupun Salomo sudah memuji persahabatan di dalam kesukaran (ayat 17), namun janganlah ada orang, dengan berdalih ingin bermurah hati kepada teman-teman mereka, berlaku tidak adil terhadap keluarga mereka dan memperlakukan mereka dengan tidak benar. Sebagian dari kewajiban kita haruslah diimbangi dengan bagian yang lain.
Perhatikanlah :
1. Adalah bagian dari hikmat untuk sebisa mungkin tidak terlibat dalam utang, terutama jangan sekali-kali menjadi penanggung. Adakalanya orang memang harus berbicara atas nama temannya jika temannya itu tidak ada, sampai ia sendiri datang untuk mengurusi permasalahannya. Tetapi bagaimana bila seorang teman ada di tempat kejadian dan kata-katanya tidak akan didengar orang karena ia dianggap tidak sanggup atau tidak jujur? Siapa yang mau berbicara atas namanya dan merasa aman? Apakah kita mau menjadi penanggung di hadapan temannya bagi dia?
2. Orang-orang yang tidak berakal budi biasanya terjerat di dalam perangkap ini, sehingga mereka mencemarkan nama baik keluarga mereka. Dan oleh sebab itu, mereka tidak layak dipercaya terlalu jauh untuk mengurusi urusan-urusan mereka sendiri, melainkan harus diberi bimbingan.
----------
PERSAHABATAN SEJATI.
Amsal 17:19. “Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan pintunya mencari kehancuran.”
Perhatikanlah:
1. Orang-orang yang suka bertengkar melibatkan diri dalam banyak kesalahan: siapa suka bertengkar, yang dalam mengurusi perkara duniawi suka beperkara di pengadilan, dan di dalam agama suka berselisih pendapat, dan di dalam percakapan umum suka memotong pembicaraan dan bertengkar, yang tidak merasa baik di mana saja kecuali di dalam suasana panas, ia suka kepada pelanggaran. Sebab banyak dosa menyertai dosa itu, dan jalannya terjal ke bawah. Ia berpura-pura membela kebenaran, dan membela kehormatan serta haknya, tetapi sebetulnya ia suka kepada dosa, yang dibenci Allah.
2. Orang-orang yang berambisi dan bernafsu mencapai keinginan tingginya membuat diri mereka sendiri rentan terhadap banyak kesulitan, yang sering kali berakhir dalam kehancuran mereka: siapa memewahkan pintunya, membangun rumah yang megah, setidak-tidaknya membangun halaman depan yang bagus,
untuk mengalahkan kecemerlangan tetangga-tetangganya, mendatangkan kehancuran pada dirinya sendiri. Ia bersusah payah hanya untuk merusak dirinya sendiri. Ia membuat pintu gerbangnya begitu lebar sehingga rumah dan pekarangannya habis untuk gerbang itu.