Transformasi Hidup Anak Tuhan

 Bacaan Alkitab: Galatia 5:24, Efesus 4:25 – 5:4

Pendahuluan

Menjadi anak Tuhan berarti mengalami transformasi mendalam dalam hidup. Perubahan ini mencakup tiga aspek utama: pola pikir tentang hidup, harta, dan hati. Hidup kita menjadi fokus pada pekerjaan yang produktif dan bertanggung jawab, bukan sekadar menikmati kesenangan. Harta dilihat sebagai sarana untuk menjadi berkat bagi orang lain, bukan tujuan akhir. Hati yang bersyukur membedakan kita, menjauhkan kita dari rasa iri dan dekat dengan Tuhan. 

Transformasi Hidup Anak Tuhan

Dengan memahami dan menerapkan perubahan ini, kita hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, bekerja keras, mandiri, dan memuliakan-Nya dalam segala hal.

Pola Pikir tentang Hidup

Kita harus meyakini bahwa sebagai anak Tuhan, hidup kita adalah untuk bekerja, bukan untuk sekadar menikmati hidup atau menghabiskan waktu dengan sia-sia. Alkitab mengajarkan bahwa kita adalah makhluk yang bekerja, seperti yang ditunjukkan dalam kisah Adam dan Hawa yang ditempatkan di Taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara ciptaan. Mereka harus bekerja untuk mendapatkan makanan, tidak dilayani oleh malaikat. Ini menegaskan bahwa hidup adalah untuk bekerja, karena kita diberi akal budi, kreativitas, dan tanggung jawab untuk mengelola bumi.

Pola Pikir tentang Harta

Setiap orang membutuhkan uang, tetapi uang bukanlah sumber kebahagiaan. Harta adalah alat untuk menjadi berkat bagi orang lain, bukan untuk memuaskan emosi atau menunjukkan status kita. Kita harus melihat harta sebagai sarana untuk membantu sesama. Paulus mengajarkan bahwa setelah kita berhenti mencuri dan mulai bekerja keras, kita juga harus menjadi berkat bagi orang yang membutuhkan. 

Kita tidak boleh diperbudak oleh uang, kekuasaan, atau kenikmatan, tetapi harus menjadi hamba Tuhan dalam kebenaran. Sumber kebahagiaan adalah hati yang tidak terikat oleh harta. Kita tidak memboroskan uang untuk kepentingan diri sendiri, tetapi berani memboroskan uang untuk pekerjaan Tuhan. Kita tidak menguasai harta, tetapi mengelola harta dengan bijak.

Pola Pikir tentang Hati

Hati yang bersyukur adalah yang membedakan kita dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Kita diminta untuk bersyukur dalam segala hal, yang membuat kita tidak iri terhadap orang lain yang sukses dalam hal materi. Kita harus belajar bahwa syukur tidak datang dari kondisi yang nyaman. Tuhan menarik Musa keluar dari istana Firaun supaya dia memiliki hati yang dekat dengan Tuhan, bukan dengan kenikmatan dunia. Musa diajar menjadi penggembala sebelum menjadi pemimpin yang berhasil, karena Tuhan mengutamakan pembentukan hati terlebih dahulu.

Setelah ketiga pola pikir ini berubah, Paulus mengajarkan bahwa prinsip hidup adalah perjuangan. Melalui Kejadian 1:28 dan 2:15, 19, kita diberi tanggung jawab untuk bekerja dan mengelola bumi dengan segala isinya. Ada empat alasan mengapa kita harus menjadi pekerja keras:

  1. Belajar dari Semut

Amsal 6:6 mengatakan, “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.” Dan dalam Amsal 30:25, “Semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas.” Semut adalah binatang kecil yang rajin bekerja, cepat dalam bertindak, dan memiliki koordinasi yang baik. Kita harus mencontoh semut dalam kerajinan dan ketekunan. Kita harus belajar dan bekerja dengan baik, merespons peluang dengan cepat, sehingga menjadi pekerja yang handal dan produktif seperti semut. Kita diajar untuk menjadi pekerja keras dan tidak boros.

  1. Bekerja dengan Cepat dan Tepat

Amsal 10:4 mengatakan, “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” Dan Amsal 12:24, “Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.” Kita harus rajin dan produktif, karena orang rajin tidak akan kekurangan dan akan diberkati oleh Tuhan. Kerajinan harus dibangun di atas dasar kekuatan firman Tuhan dan diekspresikan dalam nilai kerja. Contohnya, Yusuf adalah pekerja yang rajin dan diberkati Tuhan.

  1. Hidup untuk Mandiri

2 Tesalonika 3:12 mengatakan, “Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, agar mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.” Orang Kristen harus mandiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Di Amerika dan Eropa, banyak lansia yang tetap bekerja untuk mengisi waktu dan mandiri, bukan sekadar mencari uang. Kita harus berdoa dan membuktikan bahwa kita bisa mandiri melalui kerja keras dan kemandirian.

  1. Bekerja untuk Tuhan

Roma 11:36 mengatakan, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” Semua yang kita lakukan harus untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk diri sendiri atau keluarga. Bekerja adalah tanggung jawab kita kepada Tuhan. Paulus mengajarkan agar kita menjadi pekerja Tuhan yang andal, mengutamakan kejujuran dan produktivitas dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.

Kesimpulan

Menjadi anak Tuhan membawa transformasi yang signifikan dalam cara kita berpikir tentang hidup, harta, dan hati. Hidup kita diarahkan untuk bekerja dengan tujuan dan tanggung jawab, melihat harta sebagai sarana berkat, dan memiliki hati yang selalu bersyukur. Dengan mengadopsi ketiga pola pikir ini, kita menjadi pekerja yang rajin, mandiri, dan memuliakan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita. Transformasi ini bukan hanya memperkaya hidup kita sendiri, tetapi juga membawa dampak positif bagi orang lain dan lingkungan sekitar.

Next Post Previous Post