Efesus 6:18-20: Sumber Daya Orang Percaya dalam Peperangan Rohani

Pendahuluan:

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus menekankan pentingnya mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah untuk bertahan dalam peperangan rohani. Setelah menjelaskan bagian-bagian dari perlengkapan senjata tersebut, Paulus mengakhiri dengan nasihat penting tentang doa sebagai sumber daya utama yang harus digunakan oleh orang percaya.
Efesus 6:18-20: Sumber Daya Orang Percaya dalam Peperangan Rohani
Dalam Efesus 6:18-20, Paulus berbicara tentang pentingnya doa dalam peperangan rohani dan bagaimana orang percaya harus terus-menerus berdoa untuk mendapatkan kekuatan dari Tuhan.

1. Latar Belakang Peperangan Rohani

Efesus 6:18-20 muncul dalam konteks ajaran Paulus tentang peperangan rohani. Di pasal 6, Paulus menggambarkan bahwa hidup orang Kristen adalah sebuah peperangan melawan kekuatan rohani jahat di dunia ini. Dalam ayat-ayat sebelumnya (Efesus 6:10-17), Paulus menjelaskan berbagai perlengkapan senjata rohani yang harus dikenakan oleh orang percaya, seperti ikat pinggang kebenaran, baju zirah keadilan, perisai iman, pedang Roh, dan lain-lain. Namun, semua perlengkapan ini tidak akan efektif jika tidak diiringi dengan doa. Doa adalah sumber daya yang membuat kita mampu menggunakan semua perlengkapan senjata Allah dengan efektif.

2. Doa dalam Semua Waktu dan Kesempatan (Efesus 6:18)

Paulus membuka Efesus 6:18 dengan nasihat, "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus." Ini menunjukkan bahwa doa harus menjadi elemen yang terus-menerus hadir dalam kehidupan seorang Kristen. Paulus menekankan bahwa doa bukanlah sesuatu yang dilakukan hanya sesekali atau pada saat-saat tertentu, tetapi harus menjadi tindakan yang konstan dalam segala waktu dan keadaan.

a. Berdoa dalam Roh

Paulus mengajarkan bahwa doa harus dilakukan di dalam Roh. Ini berarti bahwa doa orang percaya haruslah dipimpin dan diarahkan oleh Roh Kudus. Doa bukanlah sekadar ritual atau formalitas, melainkan suatu hubungan yang hidup dan dinamis dengan Allah. Roh Kudus berperan sebagai pembimbing kita dalam berdoa, membantu kita menyampaikan permohonan yang sesuai dengan kehendak Allah.

Roh Kudus juga membantu kita berdoa ketika kita tidak tahu bagaimana harus berdoa. Seperti yang dikatakan dalam Roma 8:26-27, "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan." Roh Kudus memastikan bahwa doa-doa kita sejalan dengan kehendak Allah, sehingga kita bisa berdoa dengan efektif dalam peperangan rohani.

b. Berjaga-jaga dalam Doa

Selain berdoa dalam Roh, Paulus juga mengingatkan kita untuk berjaga-jaga dalam doa. Kata "berjaga-jaga" menunjukkan sikap kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Dalam peperangan rohani, musuh, yaitu Iblis, selalu mencari celah untuk menyerang kita. Oleh karena itu, kita harus selalu waspada dan tidak lengah dalam kehidupan rohani kita. Berjaga-jaga dalam doa berarti kita terus menerus meminta petunjuk dan perlindungan Allah agar kita tidak jatuh ke dalam godaan atau serangan musuh.

Berjaga-jaga dalam doa juga berarti kita harus peka terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, baik di dalam gereja maupun dalam kehidupan pribadi kita. Kita harus berdoa tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang-orang kudus lainnya, yaitu saudara-saudara seiman yang juga sedang berjuang dalam peperangan rohani mereka masing-masing.

c. Doa yang Tak Putus-putusnya

Paulus juga menekankan bahwa doa harus dilakukan dengan permohonan yang tak putus-putusnya. Ini menunjukkan ketekunan dalam berdoa. Doa bukanlah sesuatu yang dilakukan dengan cepat dan kemudian dilupakan, melainkan harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Ketekunan dalam doa menunjukkan bahwa kita sepenuhnya bergantung pada Allah dan menyadari bahwa tanpa Dia, kita tidak mampu menghadapi peperangan rohani ini.

Dalam peperangan rohani, ketekunan adalah kunci. Musuh tidak akan berhenti menyerang kita, dan oleh karena itu, kita juga tidak boleh berhenti berdoa. Doa yang terus-menerus menunjukkan iman dan keyakinan kita bahwa Allah akan memberikan kemenangan kepada kita pada waktunya.

3. Doa untuk Semua Orang Kudus (Efesus 6:18b)

Paulus menekankan bahwa doa kita harus mencakup segala orang kudus, yaitu semua orang percaya. Dalam peperangan rohani, kita tidak berjuang sendirian. Setiap orang percaya menghadapi serangan dari musuh yang sama, dan oleh karena itu, kita perlu saling mendukung dalam doa.

Doa syafaat, yaitu doa untuk orang lain, adalah salah satu cara bagi kita untuk menunjukkan kasih kita kepada sesama saudara seiman. Dengan berdoa untuk orang kudus, kita memohonkan kekuatan, perlindungan, dan hikmat dari Allah bagi mereka yang juga sedang berjuang dalam iman mereka. Ini menciptakan persatuan di antara orang percaya, karena kita saling menopang dalam doa.

4. Doa untuk Paulus (Efesus 6:19-20)

Paulus kemudian meminta jemaat Efesus untuk mendoakan dia, agar ia diberi keberanian untuk memberitakan Injil. Ini menunjukkan kerendahan hati Paulus, yang meskipun merupakan rasul yang besar, tetap membutuhkan dukungan doa dari saudara-saudara seimannya.

a. Permohonan Paulus

Paulus meminta agar jemaat Efesus berdoa supaya kepadanya diberikan perkataan ketika ia membuka mulutnya untuk memberitakan Injil. Ini menunjukkan bahwa Paulus menyadari bahwa keberaniannya dalam memberitakan Injil bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari Allah. Ia membutuhkan hikmat dan kata-kata yang tepat untuk menyampaikan kebenaran Injil dengan jelas dan berani.

Paulus juga meminta agar ia dapat memberitakan dengan berani rahasia Injil. Ini menunjukkan bahwa pemberitaan Injil bukanlah tugas yang mudah. Ada banyak tantangan dan ancaman yang dihadapi oleh para pemberita Injil pada masa itu, termasuk penindasan dan penganiayaan. Namun, Paulus tidak meminta agar ia dihindarkan dari ancaman tersebut, melainkan agar ia diberi keberanian untuk terus memberitakan Injil dengan setia.

b. Paulus sebagai Utusan Injil dalam Belenggu

Paulus menggambarkan dirinya sebagai utusan Injil yang berada dalam belenggu. Pada saat menulis surat ini, Paulus sedang dipenjarakan karena imannya kepada Kristus. Meskipun berada dalam keadaan yang sulit, Paulus tidak meminta doa agar ia dibebaskan dari penjara. Sebaliknya, ia meminta doa agar ia dapat tetap setia dalam pelayanannya sebagai utusan Injil, meskipun berada dalam belenggu.

Baca Juga: Efesus 6:13-17: Perlengkapan Senjata Allah bagi Orang Percaya

Ini menunjukkan komitmen yang luar biasa dari Paulus terhadap Injil. Baginya, pemberitaan Injil adalah hal yang lebih penting daripada kebebasan pribadi. Meskipun berada dalam penjara, Paulus tetap melihat dirinya sebagai duta Kristus yang harus terus memberitakan kabar baik kepada semua orang.

5. Kesimpulan

Efesus 6:18-20 mengajarkan kepada kita bahwa doa adalah sumber daya utama yang harus digunakan oleh orang percaya dalam menghadapi peperangan rohani. Doa harus dilakukan dengan tekun, dalam Roh, dan dengan kewaspadaan. Kita harus selalu berdoa, tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk saudara-saudara seiman yang sedang berjuang dalam iman mereka.

Paulus menunjukkan bahwa keberanian dan kekuatan untuk memberitakan Injil juga berasal dari doa. Bahkan dalam keadaan yang paling sulit, seperti yang dialami Paulus ketika ia dipenjarakan, doa tetap menjadi sumber kekuatan dan penghiburan bagi orang percaya.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadikan doa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Dalam peperangan rohani, doa adalah senjata yang sangat kuat yang memungkinkan kita untuk bertahan melawan serangan musuh dan tetap setia dalam iman kita kepada Kristus

Next Post Previous Post