Efesus 1:11-12: Warisan yang Dijanjikan
Pendahuluan:
Surat Efesus adalah salah satu tulisan Rasul Paulus yang kaya akan ajaran teologis mengenai rencana Allah bagi umat-Nya. Di dalam surat ini, kita menemukan penjelasan mengenai identitas orang percaya di dalam Kristus serta berkat-berkat rohani yang mereka terima. Salah satu bagian penting yang patut untuk direnungkan adalah Efesus 1:11-12, yang berbicara tentang warisan yang diberikan Allah kepada orang percaya.
Dalam dua ayat ini, Paulus menekankan bahwa dalam Kristus, orang percaya telah menjadi bagian dari warisan yang luar biasa, yang telah ditetapkan oleh Allah sejak semula sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.
Berikut ini adalah teks dari Efesus 1:11-12 dalam Alkitab versi AYT:
- “Dalam Kristus, kita juga telah menjadi bagian dari warisan yang telah ditetapkan-Nya dari semula sesuai dengan rencana-Nya, yang mengerjakan segala sesuatu dalam keputusan kehendak-Nya” (Efesus 1:11).
- “supaya kita yang pertama-tama menaruh pengharapan pada Kristus akan menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya” (Efesus 1:12).
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai makna warisan yang disebutkan dalam ayat-ayat ini, serta implikasinya bagi kehidupan kita sebagai orang percaya.
1. Pengertian Warisan dalam Alkitab
a. Warisan dalam Konteks Perjanjian Lama
Dalam tradisi Alkitab, "warisan" memiliki makna yang sangat penting, terutama dalam konteks Perjanjian Lama. Warisan biasanya merujuk pada harta milik yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, baik berupa tanah, properti, atau kepemilikan lainnya. Bagi bangsa Israel, tanah Kanaan dianggap sebagai warisan yang diberikan oleh Tuhan sebagai bagian dari perjanjian-Nya dengan Abraham dan keturunannya (Kejadian 12:7). Warisan ini melambangkan janji Allah dan pemberian-Nya kepada umat-Nya.
Namun, konsep warisan tidak hanya terbatas pada hal-hal materi. Dalam beberapa bagian Alkitab, Allah sendiri disebut sebagai "warisan" bagi umat-Nya, seperti yang terlihat dalam Mazmur 16:5 yang berkata, "Tuhan adalah bagian warisanku." Ini menunjukkan bahwa hubungan dengan Allah, kasih karunia-Nya, dan hadirat-Nya adalah harta yang paling berharga bagi orang percaya.
b. Warisan dalam Konteks Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru, konsep warisan melampaui harta benda fisik. Di dalam Kristus, warisan orang percaya bukan hanya tentang tanah atau properti, tetapi tentang berkat rohani yang Allah janjikan bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Ini termasuk keselamatan, kehidupan kekal, dan kedamaian yang datang dari hubungan yang intim dengan Allah. Dalam konteks Efesus 1:11, Paulus menekankan bahwa warisan orang percaya adalah sesuatu yang ditetapkan oleh Allah sejak semula, sebagai bagian dari rencana kekal-Nya.
Warisan ini tidak diberikan secara kebetulan, tetapi telah direncanakan dengan sangat hati-hati oleh Allah, dan semuanya dipenuhi melalui karya Yesus Kristus di kayu salib. Oleh karena itu, warisan dalam Perjanjian Baru berhubungan langsung dengan identitas dan kedudukan orang percaya sebagai anak-anak Allah yang diangkat di dalam Kristus.
2. Warisan yang Ditentukan dari Semula (Efesus 1:11)
a. "Menjadi Bagian dari Warisan"
Dalam ayat 11, Paulus mengatakan bahwa “dalam Kristus, kita juga telah menjadi bagian dari warisan.” Ini menegaskan bahwa warisan yang dimaksud hanya dapat diperoleh melalui hubungan dengan Kristus. Tanpa Kristus, seseorang tidak memiliki bagian dalam janji Allah. Segala berkat rohani yang Allah janjikan hanya dapat diterima melalui iman kepada Kristus, karena Dialah jalan, kebenaran, dan hidup (Yohanes 14:6).
Menjadi bagian dari warisan ini berarti orang percaya memiliki akses ke berkat-berkat Allah yang melampaui kehidupan duniawi. Warisan ini meliputi pengampunan dosa, kehidupan kekal, dan kemuliaan bersama dengan Kristus. Ini adalah janji yang tak ternilai, yang telah Allah berikan kepada mereka yang percaya dan mengikut Kristus.
b. Warisan yang Ditentukan dari Semula
Paulus juga menegaskan bahwa warisan ini “telah ditetapkan-Nya dari semula sesuai dengan rencana-Nya.” Hal ini menunjukkan bahwa Allah telah merencanakan keselamatan dan pemberian warisan ini bahkan sebelum dunia diciptakan. Allah yang Mahakuasa memiliki rencana kekal yang tidak berubah, dan bagian dari rencana ini adalah untuk memberi umat-Nya warisan yang abadi.
Dalam doktrin predestinasi, ini merujuk pada fakta bahwa Allah, dalam pengetahuan-Nya yang sempurna, telah memilih orang-orang percaya untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya dan menerima warisan ini. Ini bukan berdasarkan usaha manusia, tetapi murni karena kasih karunia Allah. Warisan ini adalah anugerah yang diberikan Allah kepada kita tanpa syarat, sebagai bagian dari kehendak-Nya yang sempurna.
3. Allah yang Mengerjakan Segala Sesuatu (Efesus 1:11)
a. Keputusan Kehendak Allah
Paulus mengatakan bahwa Allah “mengerjakan segala sesuatu dalam keputusan kehendak-Nya.” Ini berarti bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, termasuk pemberian warisan kepada orang percaya, adalah bagian dari rencana Allah yang besar. Allah tidak pernah bertindak secara acak atau tanpa tujuan. Setiap tindakan-Nya selalu sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna dan rencana-Nya yang kekal.
Dalam konteks ini, kita dapat memahami bahwa warisan yang kita terima adalah hasil dari kehendak Allah yang berdaulat. Allah yang menentukan dan mengendalikan segala sesuatu, termasuk keselamatan dan berkat rohani yang kita terima. Ini memberikan keyakinan kepada orang percaya bahwa warisan mereka tidak dapat diambil atau diubah oleh siapa pun, karena itu adalah bagian dari rencana Allah yang kekal.
b. Rencana yang Terjamin
Pernyataan bahwa Allah mengerjakan segala sesuatu menurut kehendak-Nya juga memberi kita penghiburan yang besar. Kehidupan kita, termasuk perjalanan iman kita, adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Warisan yang dijanjikan kepada kita adalah sesuatu yang pasti, karena Allah sendiri yang menjaminnya. Tidak ada kekuatan di dunia ini yang dapat menghalangi rencana Allah, dan tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya (Roma 8:38-39).
Ini juga meneguhkan bahwa kita bisa mempercayai Allah sepenuhnya dalam segala hal. Dia yang memulai pekerjaan yang baik dalam diri kita akan menyelesaikannya sampai pada hari Kristus Yesus (Filipi 1:6). Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup ini dengan keyakinan penuh bahwa Allah yang setia akan menepati janji-Nya.
4. Tujuan dari Warisan: Menjadi Puji-pujian bagi Kemuliaan-Nya (Efesus 1:12)
a. Pengharapan di dalam Kristus
Dalam ayat 12, Paulus menjelaskan bahwa tujuan dari segala berkat yang kita terima adalah agar kita “menaruh pengharapan pada Kristus.” Pengharapan di sini bukan hanya harapan kosong, tetapi pengharapan yang didasarkan pada janji-janji Allah yang pasti. Dalam konteks ini, Paulus merujuk kepada orang-orang percaya, baik yang pertama-tama percaya pada Kristus (yaitu orang-orang Yahudi), maupun mereka yang datang kemudian (termasuk orang-orang non-Yahudi).
Pengharapan kita kepada Kristus adalah pusat dari iman Kristen. Segala berkat, termasuk warisan yang dijanjikan, hanya dapat diterima melalui iman kepada-Nya. Tanpa Kristus, tidak ada harapan, tetapi di dalam Dia, kita memiliki pengharapan yang pasti akan kehidupan kekal dan warisan yang abadi.
b. Untuk Kemuliaan Allah
Paulus juga menjelaskan bahwa tujuan akhir dari pemberian warisan ini adalah “menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.” Allah memberikan warisan kepada kita bukan semata-mata untuk kebaikan kita sendiri, tetapi untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Segala sesuatu yang Allah lakukan, termasuk menyelamatkan kita dan memberikan warisan rohani kepada kita, adalah untuk memuliakan nama-Nya.
Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam cara yang memuliakan Allah. Warisan yang kita terima bukanlah sesuatu yang kita simpan untuk diri kita sendiri, tetapi harus menjadi alat untuk menunjukkan kemuliaan Allah kepada dunia. Melalui hidup kita yang penuh dengan pengharapan di dalam Kristus, kita menjadi saksi yang hidup dari kasih dan kemurahan Allah yang besar.
c. Misi Orang Percaya
Sebagai pewaris dari janji-janji Allah, kita memiliki tanggung jawab untuk hidup sebagai terang di tengah dunia yang gelap. Kita dipanggil untuk memberitakan Injil kepada orang lain, sehingga mereka juga dapat mengalami kasih karunia dan pengharapan yang kita miliki di dalam Kristus. Dengan cara ini, hidup kita menjadi puji-pujian bagi kemuliaan Allah, dan nama-Nya dimuliakan melalui setiap tindakan kita.
5. Implikasi Praktis dari Warisan Orang Percaya
a. Hidup dengan Pengharapan
Mengetahui bahwa kita telah menerima warisan yang kekal memberi kita pengharapan yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dunia ini penuh dengan kesulitan, tetapi orang percaya memiliki keyakinan bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang menanti di masa depan. Kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, tetapi warisan yang kita terima di dalam Kristus adalah abadi.
b. Menghidupi Identitas Sebagai Pewaris
Sebagai pewaris dari janji-janji Allah, kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan identitas kita di dalam Kristus. Ini berarti kita harus menghidupi kehidupan yang mencerminkan kasih, kebenaran, dan kekudusan Allah. Warisan yang kita terima harus mempengaruhi cara kita berpikir, bertindak, dan berinteraksi dengan orang lain.
c. Menjadi Saksi Bagi Dunia
Orang percaya juga dipanggil untuk menjadi saksi bagi dunia mengenai kasih karunia Allah. Warisan yang kita terima adalah sesuatu yang harus kita bagikan kepada orang lain, sehingga mereka juga dapat mengalami berkat-berkat rohani yang dijanjikan di dalam Kristus. Kita dipanggil untuk menjadi alat di tangan Allah dalam membawa terang-Nya ke dunia yang gelap.
Kesimpulan
Efesus 1:11-12 memberikan pengertian yang mendalam mengenai warisan yang diberikan Allah kepada orang percaya di dalam Kristus. Warisan ini telah ditetapkan oleh Allah sejak semula sebagai bagian dari rencana-Nya yang kekal. Melalui hubungan dengan Kristus, kita menerima warisan yang meliputi keselamatan, kehidupan kekal, dan pengharapan yang pasti. Namun, tujuan akhir dari warisan ini adalah untuk menjadi puji-pujian bagi kemuliaan Allah.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam pengharapan, menyadari identitas kita sebagai pewaris janji-janji Allah, dan menjadi saksi yang hidup dari kasih dan kemurahan-Nya. Dengan demikian, kita dapat memuliakan Allah melalui setiap aspek hidup kita, dan hidup kita menjadi cerminan dari warisan yang luar biasa yang telah kita terima di dalam Kristus.
Pendahuluan
Surat Efesus adalah salah satu tulisan Rasul Paulus yang kaya akan ajaran teologis mengenai rencana Allah bagi umat-Nya. Di dalam surat ini, kita menemukan penjelasan mengenai identitas orang percaya di dalam Kristus serta berkat-berkat rohani yang mereka terima. Salah satu bagian penting yang patut untuk direnungkan adalah Efesus 1:11-12, yang berbicara tentang warisan yang diberikan Allah kepada orang percaya. Dalam dua ayat ini, Paulus menekankan bahwa dalam Kristus, orang percaya telah menjadi bagian dari warisan yang luar biasa, yang telah ditetapkan oleh Allah sejak semula sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.
Berikut ini adalah teks dari Efesus 1:11-12 dalam Alkitab versi AYT:
- “Dalam Kristus, kita juga telah menjadi bagian dari warisan yang telah ditetapkan-Nya dari semula sesuai dengan rencana-Nya, yang mengerjakan segala sesuatu dalam keputusan kehendak-Nya” (Efesus 1:11).
- “supaya kita yang pertama-tama menaruh pengharapan pada Kristus akan menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya” (Efesus 1:12).
Artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai makna warisan yang disebutkan dalam ayat-ayat ini, serta implikasinya bagi kehidupan kita sebagai orang percaya.
1. Pengertian Warisan dalam Alkitab
a. Warisan dalam Konteks Perjanjian Lama
Dalam tradisi Alkitab, "warisan" memiliki makna yang sangat penting, terutama dalam konteks Perjanjian Lama. Warisan biasanya merujuk pada harta milik yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, baik berupa tanah, properti, atau kepemilikan lainnya. Bagi bangsa Israel, tanah Kanaan dianggap sebagai warisan yang diberikan oleh Tuhan sebagai bagian dari perjanjian-Nya dengan Abraham dan keturunannya (Kejadian 12:7). Warisan ini melambangkan janji Allah dan pemberian-Nya kepada umat-Nya.
Namun, konsep warisan tidak hanya terbatas pada hal-hal materi. Dalam beberapa bagian Alkitab, Allah sendiri disebut sebagai "warisan" bagi umat-Nya, seperti yang terlihat dalam Mazmur 16:5 yang berkata, "Tuhan adalah bagian warisanku." Ini menunjukkan bahwa hubungan dengan Allah, kasih karunia-Nya, dan hadirat-Nya adalah harta yang paling berharga bagi orang percaya.
b. Warisan dalam Konteks Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru, konsep warisan melampaui harta benda fisik. Di dalam Kristus, warisan orang percaya bukan hanya tentang tanah atau properti, tetapi tentang berkat rohani yang Allah janjikan bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Ini termasuk keselamatan, kehidupan kekal, dan kedamaian yang datang dari hubungan yang intim dengan Allah. Dalam konteks Efesus 1:11, Paulus menekankan bahwa warisan orang percaya adalah sesuatu yang ditetapkan oleh Allah sejak semula, sebagai bagian dari rencana kekal-Nya.
Warisan ini tidak diberikan secara kebetulan, tetapi telah direncanakan dengan sangat hati-hati oleh Allah, dan semuanya dipenuhi melalui karya Yesus Kristus di kayu salib. Oleh karena itu, warisan dalam Perjanjian Baru berhubungan langsung dengan identitas dan kedudukan orang percaya sebagai anak-anak Allah yang diangkat di dalam Kristus.
2. Warisan yang Ditentukan dari Semula (Efesus 1:11)
a. "Menjadi Bagian dari Warisan"
Dalam ayat 11, Paulus mengatakan bahwa “dalam Kristus, kita juga telah menjadi bagian dari warisan.” Ini menegaskan bahwa warisan yang dimaksud hanya dapat diperoleh melalui hubungan dengan Kristus. Tanpa Kristus, seseorang tidak memiliki bagian dalam janji Allah. Segala berkat rohani yang Allah janjikan hanya dapat diterima melalui iman kepada Kristus, karena Dialah jalan, kebenaran, dan hidup (Yohanes 14:6).
Menjadi bagian dari warisan ini berarti orang percaya memiliki akses ke berkat-berkat Allah yang melampaui kehidupan duniawi. Warisan ini meliputi pengampunan dosa, kehidupan kekal, dan kemuliaan bersama dengan Kristus. Ini adalah janji yang tak ternilai, yang telah Allah berikan kepada mereka yang percaya dan mengikut Kristus.
b. Warisan yang Ditentukan dari Semula
Paulus juga menegaskan bahwa warisan ini “telah ditetapkan-Nya dari semula sesuai dengan rencana-Nya.” Hal ini menunjukkan bahwa Allah telah merencanakan keselamatan dan pemberian warisan ini bahkan sebelum dunia diciptakan. Allah yang Mahakuasa memiliki rencana kekal yang tidak berubah, dan bagian dari rencana ini adalah untuk memberi umat-Nya warisan yang abadi.
Dalam doktrin predestinasi, ini merujuk pada fakta bahwa Allah, dalam pengetahuan-Nya yang sempurna, telah memilih orang-orang percaya untuk menjadi bagian dari keluarga-Nya dan menerima warisan ini. Ini bukan berdasarkan usaha manusia, tetapi murni karena kasih karunia Allah. Warisan ini adalah anugerah yang diberikan Allah kepada kita tanpa syarat, sebagai bagian dari kehendak-Nya yang sempurna.
3. Allah yang Mengerjakan Segala Sesuatu (Efesus 1:11)
a. Keputusan Kehendak Allah
Paulus mengatakan bahwa Allah “mengerjakan segala sesuatu dalam keputusan kehendak-Nya.” Ini berarti bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, termasuk pemberian warisan kepada orang percaya, adalah bagian dari rencana Allah yang besar. Allah tidak pernah bertindak secara acak atau tanpa tujuan. Setiap tindakan-Nya selalu sesuai dengan kehendak-Nya yang sempurna dan rencana-Nya yang kekal.
Dalam konteks ini, kita dapat memahami bahwa warisan yang kita terima adalah hasil dari kehendak Allah yang berdaulat. Allah yang menentukan dan mengendalikan segala sesuatu, termasuk keselamatan dan berkat rohani yang kita terima. Ini memberikan keyakinan kepada orang percaya bahwa warisan mereka tidak dapat diambil atau diubah oleh siapa pun, karena itu adalah bagian dari rencana Allah yang kekal.
b. Rencana yang Terjamin
Pernyataan bahwa Allah mengerjakan segala sesuatu menurut kehendak-Nya juga memberi kita penghiburan yang besar. Kehidupan kita, termasuk perjalanan iman kita, adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Warisan yang dijanjikan kepada kita adalah sesuatu yang pasti, karena Allah sendiri yang menjaminnya. Tidak ada kekuatan di dunia ini yang dapat menghalangi rencana Allah, dan tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih-Nya (Roma 8:38-39).
Ini juga meneguhkan bahwa kita bisa mempercayai Allah sepenuhnya dalam segala hal. Dia yang memulai pekerjaan yang baik dalam diri kita akan menyelesaikannya sampai pada hari Kristus Yesus (Filipi 1:6). Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup ini dengan keyakinan penuh bahwa Allah yang setia akan menepati janji-Nya.
4. Tujuan dari Warisan: Menjadi Puji-pujian bagi Kemuliaan-Nya (Efesus 1:12)
a. Pengharapan di dalam Kristus
Dalam ayat 12, Paulus menjelaskan bahwa tujuan dari segala berkat yang kita terima adalah agar kita “menaruh pengharapan pada Kristus.” Pengharapan di sini bukan hanya harapan kosong, tetapi pengharapan yang didasarkan pada janji-janji Allah yang pasti. Dalam konteks ini, Paulus merujuk kepada orang-orang percaya, baik yang pertama-tama percaya pada Kristus (yaitu orang-orang Yahudi), maupun mereka yang datang kemudian (termasuk orang-orang non-Yahudi).
Pengharapan kita kepada Kristus adalah pusat dari iman Kristen. Segala berkat, termasuk warisan yang dijanjikan, hanya dapat diterima melalui iman kepada-Nya. Tanpa Kristus, tidak ada harapan, tetapi di dalam Dia, kita memiliki pengharapan yang pasti akan kehidupan kekal dan warisan yang abadi.
b. Untuk Kemuliaan Allah
Paulus juga menjelaskan bahwa tujuan akhir dari pemberian warisan ini adalah “menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya.” Allah memberikan warisan kepada kita bukan semata-mata untuk kebaikan kita sendiri, tetapi untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Segala sesuatu yang Allah lakukan, termasuk menyelamatkan kita dan memberikan warisan rohani kepada kita, adalah untuk memuliakan nama-Nya.
Baca Juga: Efesus 1:9-10: Mengenal Rahasia Kehendak Allah
Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam cara yang memuliakan Allah. Warisan yang kita terima bukanlah sesuatu yang kita simpan untuk diri kita sendiri, tetapi harus menjadi alat untuk menunjukkan kemuliaan Allah kepada dunia. Melalui hidup kita yang penuh dengan pengharapan di dalam Kristus, kita menjadi saksi yang hidup dari kasih dan kemurahan Allah yang besar.
c. Misi Orang Percaya
Sebagai pewaris dari janji-janji Allah, kita memiliki tanggung jawab untuk hidup sebagai terang di tengah dunia yang gelap. Kita dipanggil untuk memberitakan Injil kepada orang lain, sehingga mereka juga dapat mengalami kasih karunia dan pengharapan yang kita miliki di dalam Kristus. Dengan cara ini, hidup kita menjadi puji-pujian bagi kemuliaan Allah, dan nama-Nya dimuliakan melalui setiap tindakan kita.
5. Implikasi Praktis dari Warisan Orang Percaya
a. Hidup dengan Pengharapan
Mengetahui bahwa kita telah menerima warisan yang kekal memberi kita pengharapan yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dunia ini penuh dengan kesulitan, tetapi orang percaya memiliki keyakinan bahwa ada sesuatu yang lebih besar yang menanti di masa depan. Kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, tetapi warisan yang kita terima di dalam Kristus adalah abadi.
b. Menghidupi Identitas Sebagai Pewaris
Sebagai pewaris dari janji-janji Allah, kita dipanggil untuk hidup sesuai dengan identitas kita di dalam Kristus. Ini berarti kita harus menghidupi kehidupan yang mencerminkan kasih, kebenaran, dan kekudusan Allah. Warisan yang kita terima harus mempengaruhi cara kita berpikir, bertindak, dan berinteraksi dengan orang lain.
c. Menjadi Saksi Bagi Dunia
Orang percaya juga dipanggil untuk menjadi saksi bagi dunia mengenai kasih karunia Allah. Warisan yang kita terima adalah sesuatu yang harus kita bagikan kepada orang lain, sehingga mereka juga dapat mengalami berkat-berkat rohani yang dijanjikan di dalam Kristus. Kita dipanggil untuk menjadi alat di tangan Allah dalam membawa terang-Nya ke dunia yang gelap.
Kesimpulan
Efesus 1:11-12 memberikan pengertian yang mendalam mengenai warisan yang diberikan Allah kepada orang percaya di dalam Kristus. Warisan ini telah ditetapkan oleh Allah sejak semula sebagai bagian dari rencana-Nya yang kekal. Melalui hubungan dengan Kristus, kita menerima warisan yang meliputi keselamatan, kehidupan kekal, dan pengharapan yang pasti. Namun, tujuan akhir dari warisan ini adalah untuk menjadi puji-pujian bagi kemuliaan Allah.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam pengharapan, menyadari identitas kita sebagai pewaris janji-janji Allah, dan menjadi saksi yang hidup dari kasih dan kemurahan-Nya. Dengan demikian, kita dapat memuliakan Allah melalui setiap aspek hidup kita, dan hidup kita menjadi cerminan dari warisan yang luar biasa yang telah kita terima di dalam Kristus.