Kasih yang Nyata: Merenungkan 1 Yohanes 3:11-18
Pendahuluan:
Surat 1 Yohanes adalah salah satu surat pastoral yang sangat mendalam, ditulis untuk komunitas orang Kristen dengan tujuan memberikan pengajaran, dorongan, dan peringatan dalam perjalanan iman mereka. Pasal 3 dari surat ini, terutama dalam ayat 11 hingga 18, menyoroti tema yang sangat penting dalam kehidupan Kristen: kasih yang nyata. Dalam bagian ini, Rasul Yohanes menekankan pentingnya kasih yang bukan hanya dalam kata-kata, tetapi dalam tindakan dan kebenaran.
1. Perintah untuk Saling Mengasihi (1 Yohanes 3:11)
1 Yohanes 3:11 dimulai dengan pengingat yang kuat:
“Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi.”
Yohanes mengingatkan para pembaca bahwa kasih adalah inti dari pesan Injil yang mereka dengar sejak awal, yaitu perintah dari Yesus Kristus sendiri. Kasih bukanlah hal baru bagi orang percaya, melainkan prinsip dasar yang telah menjadi bagian integral dari iman Kristen sejak awal.
Penting untuk diingat bahwa kasih yang dimaksud di sini bukan sekadar emosi atau perasaan. Kasih Kristen adalah kasih agape, yaitu kasih yang bersifat ilahi, tanpa syarat, dan rela berkorban. Ini adalah kasih yang Yesus tunjukkan kepada kita melalui kematian-Nya di kayu salib. Kasih yang kita tunjukkan kepada sesama harus mencerminkan kasih ini—kasih yang mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.
Panggilan untuk saling mengasihi ini adalah perintah, bukan pilihan. Yohanes menggarisbawahi bahwa sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk mengasihi satu sama lain sebagaimana Kristus telah mengasihi kita. Ini adalah standar tertinggi yang seharusnya memotivasi kita dalam hubungan kita dengan sesama.
2. Contoh Negatif: Kain dan Kebencian (1 Yohanes 3:12-13)
Setelah menekankan pentingnya kasih, Yohanes memberikan contoh negatif dalam 1 Yohanes 3:12:
“Bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.”
Yohanes mengingatkan kita tentang kisah Kain dan Habel, yang dapat kita baca di Kejadian 4:1-16. Kain membunuh adiknya, Habel, karena iri hati dan kebencian. Tindakan Kain lahir dari hatinya yang dikuasai oleh kejahatan. Habel melakukan apa yang benar di hadapan Allah, tetapi justru ini membuat Kain iri dan membunuhnya. Yohanes menggunakan contoh ini untuk menunjukkan bahwa kebencian adalah kebalikan dari kasih, dan kebencian berasal dari si jahat, yaitu Iblis.
Kain adalah contoh dari seseorang yang gagal memenuhi panggilan kasih. Kebenciannya berakar pada iri hati dan ketidakmampuannya menerima kebenaran Habel. Yohanes menggunakan contoh ini untuk memperingatkan jemaat agar tidak mengikuti jejak Kain, yang dikuasai oleh kebencian. Kebencian, seperti yang diperlihatkan oleh Kain, adalah kekuatan destruktif yang berakar pada kejahatan dan dapat menghancurkan hubungan serta merusak hati.
Yohanes kemudian menambahkan dalam 1 Yohanes 3:13:
“Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu.”
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam terang dan kasih, tetapi dunia, yang berada di bawah kuasa dosa dan kejahatan, sering kali membenci kebenaran dan kasih itu. Pengikut Kristus tidak boleh terkejut ketika mereka dibenci oleh dunia, karena dunia tidak bisa menerima kasih dan kebenaran yang berasal dari Allah. Kebencian dunia terhadap orang percaya menggemakan kebencian Kain terhadap Habel. Ini adalah pengingat bagi kita bahwa kasih yang kita tunjukkan akan sering kali bertentangan dengan nilai-nilai dunia yang egois.
3. Kasih Sebagai Bukti Kehidupan Baru (1 Yohanes 3:14-15)
Dalam 1 Yohanes 3:14, Yohanes melanjutkan dengan mengajarkan bahwa kasih kepada sesama adalah bukti kehidupan baru dalam Kristus:
“Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.”
Kasih adalah tanda bahwa seseorang telah berpindah dari kematian rohani ke kehidupan rohani. Ketika kita mengasihi saudara-saudara kita dalam Kristus, kita menunjukkan bahwa kita telah menerima kehidupan baru yang diberikan oleh Yesus melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Sebaliknya, seseorang yang tidak mengasihi saudaranya tetap berada dalam keadaan mati secara rohani.
1 Yohanes 3:15 menegaskan lebih lanjut:
“Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.”
Yohanes menggunakan bahasa yang sangat tegas di sini. Dia menyamakan kebencian dengan pembunuhan, sebuah pernyataan yang mencerminkan ajaran Yesus dalam Khotbah di Bukit (Matius 5:21-22), di mana Yesus mengatakan bahwa kebencian terhadap orang lain sama dengan pembunuhan dalam hati. Kebencian, seperti halnya pembunuhan, adalah dosa yang memisahkan kita dari kehidupan kekal yang hanya dapat ditemukan dalam Kristus.
Pelajaran yang kita dapat dari bagian ini adalah bahwa kasih adalah bukti dari kehidupan yang diperbarui oleh Roh Kudus. Jika kita mengasihi sesama, kita menunjukkan bahwa kita hidup dalam terang dan dalam kebenaran. Tetapi jika hati kita dipenuhi dengan kebencian, kita sebenarnya masih terikat pada maut dan jauh dari kasih karunia Allah.
4. Kasih yang Nyata: Kasih Kristus Sebagai Teladan (1 Yohanes 3:16)
Yohanes kemudian memberikan teladan tertinggi dari kasih yang sejati dalam 1 Yohanes 3:16:
“Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.”
Yesus Kristus memberikan teladan kasih yang paling agung dengan menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib untuk menyelamatkan kita dari dosa. Ini adalah inti dari Injil dan pusat dari iman Kristen: kasih yang rela berkorban untuk kebaikan orang lain. Kristus tidak hanya mengasihi kita dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata, yaitu memberikan hidup-Nya untuk kita.
Yohanes menantang kita untuk meneladani kasih Kristus ini dalam hubungan kita dengan sesama. Kita dipanggil untuk menyerahkan nyawa kita bagi saudara-saudara kita, artinya kita harus siap berkorban demi kepentingan orang lain. Ini bukan berarti kita semua harus secara harfiah mati untuk orang lain, tetapi kita dipanggil untuk hidup dengan sikap yang siap berkorban, mendahulukan kebutuhan orang lain, dan bersedia memberikan apa yang kita miliki demi kebaikan mereka.
Kasih yang sejati bukanlah kasih yang egois, melainkan kasih yang berfokus pada orang lain. Ini adalah kasih yang rela memberikan diri demi kepentingan orang lain, tanpa pamrih. Kasih seperti ini adalah manifestasi dari kasih Kristus dalam hidup kita.
5. Mengasihi dalam Perbuatan dan Kebenaran (1 Yohanes 3:17-18)
Dalam 1 Yohanes 3:17, Yohanes memberikan contoh praktis tentang bagaimana kasih yang sejati seharusnya diwujudkan:
“Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?”
Ayat ini sangat jelas. Kasih tidak hanya berupa kata-kata atau perasaan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Jika kita memiliki harta duniawi dan melihat saudara kita dalam kebutuhan, tetapi kita tidak berbuat apa-apa untuk membantunya, maka kasih Allah tidak tinggal dalam kita. Kasih Kristen adalah kasih yang aktif, yang mengambil tindakan untuk menolong orang lain.
Baca Juga: 1 Yohanes 1:9 - Bertobat dari Dosa dan Berdamai dengan Allah
Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk memperhatikan kebutuhan orang lain dan bertindak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kasih bukanlah sekadar rasa simpati atau belas kasihan; kasih adalah tindakan nyata yang melibatkan pengorbanan pribadi. Jika kita mengaku mengasihi sesama, tetapi tidak mau berbuat apa-apa untuk menolong mereka dalam kesusahan, maka kasih kita tidaklah tulus.
Yohanes menutup bagian ini dengan kata-kata yang sangat kuat dalam 1 Yohanes 3:18:
“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.”
Yohanes menekankan bahwa kasih yang sejati harus diwujudkan dalam tindakan dan dalam kebenaran. Kasih tidak cukup hanya dinyatakan melalui kata-kata, tetapi harus disertai dengan tindakan nyata yang mencerminkan kebenaran Kristus. Kasih dalam kebenaran berarti kasih yang sesuai dengan kehendak Allah, yang mencerminkan karakter Allah yang penuh kasih, adil, dan benar.
Kasih yang nyata adalah kasih yang tampak dalam tindakan kita sehari-hari, bukan hanya dalam janji atau pernyataan lisan. Yohanes mengingatkan kita bahwa kasih Kristen harus di hidupi, bukan hanya diucapkan.
Kesimpulan
1 Yohanes 3:11-18 adalah panggilan yang jelas dan tegas bagi setiap orang percaya untuk hidup dalam kasih yang nyata. Kasih bukan hanya konsep atau ide, tetapi sesuatu yang harus diwujudkan dalam tindakan nyata dan dalam kebenaran. Yohanes menekankan bahwa kasih kepada sesama adalah bukti dari kehidupan baru yang kita miliki dalam Kristus. Kebencian dan egoisme adalah tanda dari kehidupan lama yang masih terikat pada maut.
Kasih yang sejati adalah kasih yang rela berkorban, seperti yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus di kayu salib. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk meneladani kasih ini dalam hubungan kita dengan sesama. Kasih yang kita tunjukkan harus lebih dari sekadar kata-kata, tetapi harus tampak dalam tindakan nyata yang menolong, menghibur, dan memberkati orang lain.
Melalui refleksi ini, kita diundang untuk memeriksa kehidupan kita: Apakah kasih yang kita nyatakan sudah mencerminkan kasih Kristus? Apakah kita siap berkorban demi kebaikan orang lain? Marilah kita mengasihi, bukan dengan perkataan saja, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran, sebagaimana yang diajarkan oleh firman Tuhan. Amin.