Pendahuluan Surat Efesus (Efesus 1:1-2): Penulis dan Salam

Pendahuluan:

Surat Efesus merupakan salah satu surat penting dalam Perjanjian Baru yang ditulis oleh Rasul Paulus. Surat ini kaya akan doktrin teologis dan mengandung banyak nasihat praktis bagi jemaat Kristen. Meskipun surat ini disebut "Efesus", isinya relevan tidak hanya bagi jemaat di kota Efesus, tetapi juga bagi gereja-gereja lain pada waktu itu dan bahkan bagi gereja-gereja sepanjang sejarah.
Pendahuluan Surat Efesus (Efesus 1:1-2): Penulis dan Salam
Dalam Efesus 1:1-2, Paulus memulai suratnya dengan salam pembuka yang khas. Meskipun tampak singkat dan sederhana, bagian pendahuluan ini sarat dengan makna teologis dan kontekstual yang penting untuk dipahami. Artikel ini akan mengeksplorasi pengenalan surat Efesus, termasuk kepenulisan Paulus, serta salam damai sejahtera yang disampaikannya kepada jemaat.

Teks Efesus 1:1-2 (AYT)

  1. Dari Paulus, rasul Yesus Kristus oleh kehendak Allah. Kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang beriman dalam Yesus Kristus.
  2. Anugerah dan damai sejahtera bagi kamu dari Allah, Bapa kita, dan Tuhan Yesus Kristus.

1. Kepenulisan Paulus

Surat Efesus dimulai dengan pernyataan yang jelas mengenai siapa penulisnya: Paulus, seorang "rasul Yesus Kristus oleh kehendak Allah." Identifikasi ini sangat penting dalam memahami otoritas surat ini, karena Rasul Paulus diakui sebagai salah satu tokoh penting dalam pembentukan doktrin Kristen dan perluasan gereja.

a. Paulus sebagai Rasul

Kata "rasul" berasal dari bahasa Yunani "apostolos," yang berarti "utusan" atau "duta besar." Dalam konteks gereja mula-mula, seorang rasul bukan hanya sekadar utusan biasa, tetapi seseorang yang diutus dengan otoritas khusus dari Yesus Kristus untuk menyampaikan Injil dan mendirikan jemaat-jemaat. Paulus menegaskan bahwa status kerasulannya bukan diperolehnya melalui usaha manusia, tetapi oleh kehendak Allah. Ini sangat penting karena Paulus sebelumnya adalah seorang penganiaya gereja (Kisah Para Rasul 9:1-22), dan kerasulannya diakui sebagai hasil panggilan langsung dari Yesus yang bangkit dalam perjalanannya ke Damaskus.

Dengan menyebut dirinya "rasul Yesus Kristus," Paulus menunjukkan bahwa ia menulis dengan otoritas yang diberikan oleh Yesus Kristus sendiri, bukan atas dasar kekuatan atau keinginan pribadinya. Hal ini memberi bobot teologis yang signifikan pada apa yang akan disampaikan dalam surat ini, karena setiap ajaran yang diberikan Paulus berasal dari panggilan ilahi, bukan pemikirannya sendiri.

b. Kehendak Allah dalam Kerasulan Paulus

Frasa "oleh kehendak Allah" memperkuat gagasan bahwa panggilan kerasulan Paulus bukanlah sesuatu yang ia capai sendiri, tetapi merupakan panggilan yang diberikan oleh Allah. Ini menunjukkan bahwa kerasulan bukanlah jabatan yang bisa diminta atau diperoleh melalui usaha manusia, tetapi merupakan panggilan dan pilihan yang dikhususkan oleh Allah. Paulus menegaskan bahwa ia melayani sesuai dengan rancangan dan kehendak Allah yang lebih besar.

Pemahaman ini penting bagi jemaat di Efesus dan pembaca lainnya, karena mereka diingatkan bahwa pengajaran yang mereka terima berasal dari seorang utusan yang dipilih langsung oleh Allah. Kerap kali dalam surat-suratnya, Paulus harus membela kerasulannya di tengah-tengah mereka yang meragukan otoritasnya (lihat 2 Korintus 10-13), tetapi di sini, ia menegaskan sejak awal bahwa ia adalah rasul oleh kehendak Allah sendiri.

2. Penerima Surat: Orang-Orang Kudus di Efesus

Setelah memperkenalkan dirinya, Paulus mengarahkan surat ini kepada "orang-orang kudus di Efesus, orang-orang beriman dalam Yesus Kristus". Siapa yang dimaksud dengan orang-orang kudus ini, dan apa implikasi dari istilah ini?

a. Orang-Orang Kudus

Dalam penggunaan bahasa Yunani, kata "kudus" adalah "hagios," yang secara harfiah berarti "dipisahkan" atau "dikhususkan" untuk tujuan ilahi. Paulus sering menggunakan istilah ini untuk merujuk kepada orang-orang Kristen yang, melalui iman kepada Kristus, telah dipisahkan dari dunia dan dosa untuk hidup bagi Allah. Gelar "kudus" bukan hanya diberikan kepada individu-individu yang dianggap sangat saleh atau mencapai tingkat kesempurnaan moral, tetapi kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat.

Dengan menyebut jemaat Efesus sebagai "orang-orang kudus," Paulus menekankan identitas baru mereka dalam Kristus. Meskipun mereka masih hidup di dunia yang penuh dengan dosa dan kekacauan, mereka sekarang dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, bukan berdasarkan usaha mereka sendiri, tetapi karena mereka telah dipisahkan oleh Allah melalui karya Kristus. Dalam surat ini, Paulus akan membahas lebih lanjut tentang kekudusan, serta bagaimana orang-orang percaya dipanggil untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan status mereka sebagai umat Allah yang kudus.

b. Orang-Orang Beriman dalam Yesus Kristus

Selain menyebut jemaat Efesus sebagai "orang-orang kudus," Paulus juga menambahkan bahwa mereka adalah "orang-orang beriman dalam Yesus Kristus." Ini menunjukkan bahwa status kekudusan mereka bukanlah sesuatu yang mereka peroleh melalui perbuatan mereka sendiri, tetapi melalui iman mereka kepada Kristus. Iman kepada Kristus adalah dasar dari keselamatan mereka, dan karena iman itulah mereka disebut sebagai orang-orang kudus.

Iman dalam Kristus bukan hanya tentang percaya pada fakta-fakta tertentu mengenai Yesus, tetapi tentang hubungan yang mendalam dan hidup dengan-Nya. Paulus selalu menekankan pentingnya iman sebagai jalan untuk menerima anugerah Allah. Dalam Efesus 2:8-9, Paulus akan mengajarkan bahwa keselamatan adalah karunia Allah yang diterima melalui iman, dan bukan karena usaha manusia. Dengan demikian, jemaat Efesus disebut beriman karena mereka telah menerima keselamatan melalui iman kepada Kristus dan hidup di dalam iman itu setiap hari.

3. Salam Damai Sejahtera: Anugerah dan Damai Sejahtera (Efesus 1:2)

Setelah memperkenalkan dirinya dan penerima suratnya, Paulus memberikan salam yang umum ditemui dalam surat-suratnya: "Anugerah dan damai sejahtera bagi kamu dari Allah, Bapa kita, dan Tuhan Yesus Kristus."

a. Anugerah (Charis)

Kata "anugerah" atau "charis" dalam bahasa Yunani merupakan konsep yang sangat penting dalam teologi Paulus. Anugerah adalah pemberian Allah yang tidak layak diterima, tetapi diberikan secara cuma-cuma kepada manusia melalui Kristus. Anugerah ini adalah dasar dari keselamatan orang percaya. Dalam surat-surat Paulus, anugerah bukan hanya dipahami sebagai keselamatan awal yang diterima ketika seseorang percaya kepada Kristus, tetapi juga kekuatan dan dukungan yang terus-menerus dari Allah untuk menjalani kehidupan Kristen.

Dengan memberikan salam anugerah, Paulus mengingatkan jemaat Efesus tentang keberadaan mereka yang sepenuhnya bergantung pada anugerah Allah. Hidup mereka sebagai orang Kristen dimulai dari anugerah, dan akan terus berlanjut melalui anugerah. Di sepanjang surat ini, Paulus akan menguraikan bagaimana anugerah Allah bekerja dalam kehidupan orang percaya, terutama dalam hal panggilan mereka sebagai umat pilihan Allah (Efesus 2:8-10).

b. Damai Sejahtera (Eirene)

Selain anugerah, Paulus juga mengucapkan damai sejahtera bagi jemaat Efesus. Kata Yunani "eirene" yang diterjemahkan sebagai "damai sejahtera" memiliki arti yang mendalam. Damai sejahtera dalam Alkitab tidak hanya merujuk pada ketenangan atau tidak adanya konflik, tetapi lebih kepada keadaan shalom atau damai yang sempurna antara Allah dan manusia, yang dihasilkan oleh karya penebusan Kristus.

Melalui salib, Yesus Kristus telah memulihkan hubungan yang rusak antara manusia dan Allah, sehingga mereka yang percaya kepada-Nya dapat hidup dalam damai sejahtera dengan Allah. Damai ini juga mencakup kedamaian batiniah yang dialami oleh orang percaya ketika mereka mengetahui bahwa mereka telah didamaikan dengan Allah dan berada dalam perlindungan-Nya.

Baca Juga: Kesimpulan dan Berkat dalam Efesus 6:21-24

Paulus ingin jemaat Efesus mengalami damai sejahtera yang berasal dari Allah, yang melampaui segala keadaan dan situasi hidup. Ini adalah damai yang tidak tergantung pada dunia sekitar, tetapi pada hubungan yang dipulihkan dengan Allah melalui Yesus Kristus. Dengan demikian, salam damai ini bukan hanya sebuah formalitas, tetapi suatu doa agar jemaat dapat merasakan kedamaian sejati yang hanya bisa diberikan oleh Allah.

c. Dari Allah, Bapa Kita, dan Tuhan Yesus Kristus

Yang menarik dari salam ini adalah sumber anugerah dan damai sejahtera yang disebutkan oleh Paulus: "dari Allah, Bapa kita, dan Tuhan Yesus Kristus." Paulus menegaskan bahwa anugerah dan damai sejahtera datang dari dua sumber yang sama-sama ilahi: Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Ini adalah pernyataan teologis yang penting tentang kesatuan dan keilahian Yesus Kristus.

Dengan menempatkan Yesus Kristus setara dengan Allah Bapa dalam memberikan anugerah dan damai sejahtera, Paulus menegaskan keyakinan Kristen bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang sama dengan Allah Bapa. Ini juga merupakan pengingat bagi jemaat Efesus bahwa kehidupan rohani mereka berakar pada hubungan dengan Allah Tritunggal, yang meliputi Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus yang akan dibahas lebih lanjut dalam surat ini.

Kesimpulan

Pendahuluan singkat dalam Efesus 1:1-2 memberi kita wawasan yang kaya tentang siapa Paulus, siapa jemaat di Efesus, dan salam yang mengandung makna teologis mendalam. Paulus, seorang rasul yang dipilih oleh kehendak Allah, menulis kepada orang-orang kudus yang beriman di Efesus, dan memberikan mereka salam berupa anugerah dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus.

Melalui pengenalan ini, kita diajak untuk memahami bahwa kehidupan Kristen sepenuhnya didasarkan pada anugerah Allah dan hidup dalam damai yang dihasilkan oleh karya Kristus. Paulus mengingatkan kita bahwa panggilan untuk hidup kudus dan beriman bukan berasal dari usaha manusia, tetapi dari kasih karunia Allah. Begitu pula, damai sejahtera yang sejati hanya dapat ditemukan dalam hubungan dengan Allah melalui Yesus Kristus.

Dalam surat yang akan menyusul, Paulus akan membahas lebih lanjut tentang berbagai aspek kehidupan Kristen, tetapi dalam pengantar ini, kita sudah diberi dasar yang kokoh: hidup sebagai orang-orang yang dipilih, dikuduskan, dan diberkati oleh anugerah Allah, serta dipanggil untuk hidup dalam damai sejahtera dengan-Nya.

Next Post Previous Post