Kolose 4:18: Salam dan Berkat Penutup
Pengantar:
Surat kepada jemaat di Kolose adalah salah satu dari beberapa surat yang ditulis oleh Rasul Paulus selama masa pemenjaraannya. Dalam Kolose 4:18, kita sampai pada bagian akhir dari surat ini, di mana Paulus memberikan salam pribadi dan berkat penutup. Meskipun singkat, ayat ini penuh makna, dan memberikan wawasan penting tentang kehidupan Paulus, hubungan pribadinya dengan jemaat, serta komitmennya terhadap pelayanan meskipun dalam keadaan sulit.Ayat ini terdiri dari tiga bagian penting:
- Salam pribadi yang ditulis oleh Paulus dengan tangannya sendiri.
- Permintaan Paulus agar jemaat Kolose mengingat belenggunya.
- Berkat penutup berupa kasih karunia yang ia doakan bagi mereka.
Mari kita telusuri lebih mendalam masing-masing elemen ini untuk memahami signifikansi dari salam dan berkat penutup Paulus dalam Kolose 4:18.
1. Salam Pribadi Paulus: "Salam ini kutulis dengan tanganku sendiri, Paulus."
Dalam banyak surat yang ditulis oleh Paulus, ia sering kali mendiktekan isi suratnya kepada seorang sekretaris atau penulis bayangan (amanuensis). Namun, pada bagian akhir surat ini, Paulus mengambil pena dan menulis salam penutupnya sendiri, yang ia lakukan juga di beberapa surat lain, seperti dalam 1 Korintus 16:21 dan Galatia 6:11.
Mengapa Paulus menulis bagian ini dengan tangannya sendiri?
Tindakan ini memberikan sentuhan pribadi pada suratnya dan berfungsi sebagai tanda otentik bahwa surat ini benar-benar datang dari Paulus. Selain itu, ini menunjukkan perhatian dan kasih sayang Paulus yang mendalam kepada jemaat di Kolose. Paulus ingin jemaat mengetahui bahwa, meskipun ia berada dalam penjara, ia tetap memiliki keinginan kuat untuk berhubungan langsung dengan mereka. Dalam konteks hubungan pastoral, tindakan ini memperkuat ikatan emosional dan spiritual antara Paulus dan jemaat yang ia layani.
Ada juga spekulasi bahwa karena Paulus mengalami masalah fisik, khususnya yang berkaitan dengan penglihatannya, tulisan tangannya mungkin agak besar atau berbeda dari penulis lainnya (lihat Galatia 6:11). Ini juga bisa menjadi salah satu alasan mengapa Paulus menekankan bahwa ia menulis salam ini dengan tangannya sendiri.
2. "Ingatlah akan belengguku!"
Paulus menulis surat ini ketika ia berada dalam penjara, kemungkinan besar di Roma, di bawah pengawasan rumah tahanan. Saat menutup suratnya, Paulus meminta jemaat di Kolose untuk "mengingat belengguku."
Apa yang dimaksud Paulus dengan "belenggu"? Ini bukan hanya merujuk pada situasi fisik di mana Paulus terbelenggu secara harfiah oleh rantai, tetapi juga menyimbolkan penderitaan yang ia alami karena Injil. Paulus dipenjara bukan karena kejahatan yang ia lakukan, tetapi karena kesetiaannya dalam memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus.
Dengan mengatakan "Ingatlah akan belengguku," Paulus mungkin meminta jemaat untuk melakukan beberapa hal:
- Menguatkan diri dalam iman: Paulus ingin jemaat di Kolose menyadari bahwa penderitaan adalah bagian dari kehidupan seorang pelayan Kristus. Mereka harus bersiap menghadapi kesulitan dalam mengikuti Kristus, karena bahkan seorang rasul besar seperti Paulus tidak luput dari penderitaan.
- Berdoa bagi Paulus: Mengingat belenggunya juga bisa berarti bahwa Paulus meminta jemaat untuk mengingatnya dalam doa-doa mereka. Paulus sangat percaya pada kekuatan doa syafaat, dan ia sering meminta doa dari jemaat yang ia layani (lihat juga Efesus 6:19-20). Doa jemaat bisa memberikan penghiburan dan kekuatan bagi Paulus dalam masa-masa sulit ini.
- Mendukung karya pelayanan Paulus: Paulus tidak berhenti melayani meskipun ia berada dalam penjara. Permintaan ini juga bisa diartikan sebagai pengingat bagi jemaat untuk terus mendukung karya pelayanan Paulus dan tidak melupakan misi yang ia emban.
Penderitaan Paulus karena Injil adalah bukti dari komitmen yang ia pegang teguh, dan ia berharap jemaat di Kolose akan tetap berdiri teguh dalam iman mereka meskipun harus menghadapi kesulitan.
3. "Kasih karunia menyertai kamu."
Berkat penutup dari Paulus sangat khas dalam surat-suratnya. Ia sering kali menutup surat-suratnya dengan doa atau ungkapan kasih karunia bagi penerima surat. Di sini, Paulus mengakhiri surat kepada jemaat Kolose dengan kalimat sederhana namun mendalam: "Kasih karunia menyertai kamu."
Apa yang dimaksud dengan kasih karunia? Kasih karunia (dalam bahasa Yunani, charis) adalah anugerah atau pemberian Allah yang tidak pantas kita terima, tetapi diberikan kepada kita melalui Yesus Kristus. Dalam konteks ini, kasih karunia meliputi segala bentuk kebaikan, pengampunan, kekuatan, dan dukungan dari Tuhan yang diberikan kepada umat-Nya.
Ucapan berkat ini mencerminkan kerinduan Paulus agar jemaat di Kolose senantiasa berada dalam kasih karunia Tuhan, yaitu:
- Dikuatkan dalam iman: Kasih karunia Tuhan memberikan kekuatan bagi mereka untuk tetap bertahan dalam menghadapi tantangan hidup, godaan, dan penganiayaan.
- Dipimpin oleh Roh Kudus: Kasih karunia juga berfungsi sebagai pemandu ilahi yang menuntun mereka dalam menjalani kehidupan Kristen yang setia dan berbuah.
- Dilimpahi damai sejahtera: Dengan kasih karunia Tuhan, jemaat Kolose bisa merasakan damai sejahtera, ketenangan, dan sukacita meskipun dalam situasi yang sulit.
Bagi Paulus, kasih karunia bukan hanya sebuah konsep teologis, tetapi juga pengalaman nyata yang menguatkan orang percaya dalam setiap aspek kehidupan mereka. Doa Paulus adalah agar jemaat di Kolose tidak hanya memahami kasih karunia ini, tetapi juga mengalami kehadiran Tuhan yang nyata melalui kasih karunia-Nya setiap hari.
Kesimpulan
Kolose 4:18 mungkin terlihat sederhana dan singkat, tetapi memiliki makna yang dalam bagi kita. Di balik salam penutup ini, kita melihat sisi pribadi dari seorang rasul yang penuh kasih, yang meskipun dalam belenggu, tetap memikirkan kesejahteraan rohani jemaatnya. Paulus menunjukkan kepada kita bahwa pelayanan tidak dibatasi oleh keadaan fisik atau penderitaan, dan bahwa melalui kasih karunia Tuhan, kita dapat tetap setia dalam melayani-Nya.
Ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita ambil dari Kolose 4:18:
- Pelayanan yang personal: Paulus menunjukkan bahwa pelayanan yang efektif melibatkan hubungan pribadi dengan jemaat. Sebagai pelayan Kristus, kita harus mengembangkan hubungan yang tulus dan peduli dengan orang-orang yang kita layani.
- Kesetiaan dalam penderitaan: Meskipun Paulus berada dalam belenggu, ia tetap setia melayani dan menyampaikan pesan Injil. Hal ini mengajarkan kita bahwa dalam kesulitan apa pun, kita harus tetap berpegang pada panggilan kita untuk melayani Tuhan.
- Kasih karunia sebagai sumber kekuatan: Paulus menutup suratnya dengan doa agar kasih karunia Tuhan menyertai jemaat di Kolose. Kasih karunia adalah sumber kekuatan, penghiburan, dan pertolongan bagi setiap orang percaya dalam menjalani hidup mereka di dunia yang penuh tantangan.
Dalam setiap situasi, baik dalam kebebasan maupun belenggu, kasih karunia Tuhan menyertai kita. Kasih karunia inilah yang memungkinkan kita untuk terus setia dalam iman, bertekun dalam pelayanan, dan tetap berdiri teguh meskipun menghadapi penderitaan. Paulus mengingatkan kita bahwa kasih karunia Tuhan cukup untuk menopang kita dalam segala keadaan, dan itu adalah berkat terbesar yang dapat kita terima.