Matius 9:20-22: Kuasa Iman dan Sentuhan Kesembuhan dari Yesus
Pengantar:
Perikop dalam Matius 9:20-22 menceritakan kisah seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun, yang kemudian sembuh setelah menyentuh ujung jubah Yesus. Kisah ini bukan hanya sebuah cerita tentang kesembuhan fisik, tetapi juga tentang iman, keberanian, dan kasih karunia Yesus. Melalui kisah ini, kita belajar tentang kuasa iman dalam Kristus dan bagaimana Yesus menjawab permohonan yang lahir dari kepercayaan penuh.Artikel ini akan mengeksplorasi lebih dalam tentang makna dari peristiwa ini, apa yang bisa kita pelajari dari iman perempuan tersebut, dan bagaimana relevansinya bagi kehidupan iman kita hari ini.
1. Latar Belakang Perempuan yang Menderita Pendarahan (Matius 9:20)
"Dan, lihat, seorang perempuan yang sudah menderita pendarahan selama dua belas tahun mendekati Yesus dari belakang dan menjamah ujung jubah-Nya." (Matius 9:20)
Dalam budaya Yahudi pada zaman Yesus, penyakit pendarahan yang diderita oleh perempuan ini bukan hanya masalah kesehatan fisik, tetapi juga membawa dampak sosial dan religius yang serius. Berdasarkan hukum Taurat, perempuan yang mengalami pendarahan dianggap najis (Imamat 15:25-27). Setiap orang yang bersentuhan dengan perempuan tersebut akan menjadi najis, dan perempuan itu sendiri harus hidup terpisah dari komunitasnya. Ini berarti perempuan tersebut telah hidup dalam isolasi sosial dan spiritual selama dua belas tahun.
Perempuan ini hidup dengan beban yang sangat berat: rasa malu, penolakan sosial, serta penderitaan fisik yang konstan. Menurut catatan Injil Markus 5:26, dia sudah menghabiskan semua uangnya untuk berobat, namun keadaannya malah semakin memburuk. Dalam situasi putus asa ini, perempuan tersebut memutuskan untuk mendekati Yesus dengan keyakinan bahwa hanya Dia yang mampu menyembuhkannya.
2. Iman yang Berani dalam Keheningan (Matius 9:21)
"Sebab perempuan itu berkata kepada dirinya sendiri, 'Jika aku menyentuh jubah-Nya saja, aku akan sembuh.'" (Matius 9:21)
Iman perempuan ini sungguh luar biasa. Dia percaya bahwa hanya dengan menyentuh ujung jubah Yesus, dia akan sembuh. Perlu kita perhatikan bahwa dia tidak meminta Yesus secara langsung untuk menyembuhkannya. Dia berusaha untuk tidak menarik perhatian siapa pun, karena dia tahu bahwa dalam kondisi "najis" menurut hukum, dia tidak diperbolehkan berada di tengah-tengah orang banyak, apalagi menyentuh seseorang. Jika ketahuan, dia bisa menghadapi hukuman atau lebih banyak penolakan sosial.
Namun, perempuan ini mengambil risiko besar. Dia tidak hanya mendekati Yesus, tetapi dengan berani menyentuh jubah-Nya. Tindakan ini mencerminkan iman yang besar, keyakinan bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan bahkan tanpa harus berbicara atau melakukan tindakan langsung. Keyakinan bahwa sekadar menyentuh jubah Yesus sudah cukup menunjukkan betapa besar kepercayaannya kepada Yesus.
Iman perempuan ini menunjukkan kepada kita bahwa iman tidak selalu harus diekspresikan dengan cara yang dramatis atau terbuka. Kadang, iman itu bisa diam-diam, tapi penuh keyakinan. Iman sejati selalu mengarah kepada tindakan yang berani, meskipun di tengah keterbatasan dan ketakutan.
3. Yesus Merespons Iman yang Tersembunyi (Matius 9:22)
"Akan tetapi, Yesus berbalik dan memandang perempuan itu, lalu berkata, 'Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyembuhkanmu.' Seketika itu juga, sembuhlah perempuan itu." (Matius 9:22)
Meskipun perempuan itu tidak berbicara kepada Yesus atau meminta secara langsung, Yesus merespon tindakan iman yang tersembunyi tersebut. Ketika perempuan itu menyentuh jubah-Nya, Yesus langsung merasakan ada kuasa yang keluar dari-Nya (Markus 5:30). Ia kemudian berbalik, memandang perempuan itu, dan menyatakan bahwa iman perempuan itulah yang menyembuhkannya.
Perkataan Yesus, “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku,” menunjukkan kasih dan perhatian-Nya yang mendalam. Yesus tidak hanya menyembuhkan fisik perempuan itu, tetapi juga memberikan penguatan emosional dan spiritual. Dia menyebut perempuan itu "anak-Ku," sebuah istilah kasih sayang yang menunjukkan penerimaan, setelah bertahun-tahun perempuan itu mengalami penolakan dari masyarakat. Yesus bukan hanya memulihkan tubuhnya, tetapi juga memulihkan harga dirinya dan hubungan sosialnya.
Ungkapan Yesus “imanmu telah menyembuhkanmu” menunjukkan bahwa meskipun Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan, respons iman dari perempuan itu sangat penting. Ini mengajarkan bahwa iman adalah sarana melalui mana kita menerima kasih karunia dan kuasa Tuhan dalam hidup kita. Iman adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan kuasa ilahi untuk menerima penyembuhan, pemulihan, dan keselamatan.
4. Kuasa Iman dan Sentuhan Kesembuhan
Kisah ini mengajarkan kita beberapa prinsip penting tentang iman dan penyembuhan:
a. Iman Memerlukan Keberanian
Perempuan ini harus menghadapi ketakutan akan penolakan sosial dan hukuman untuk mendekati Yesus. Dia bisa saja tinggal dalam isolasi dan keputusasaan, tetapi imannya membuatnya berani untuk bertindak. Hal ini mengajarkan kita bahwa iman yang sejati sering kali memerlukan keberanian untuk melampaui batas-batas ketakutan dan keterbatasan kita. Kita dipanggil untuk berani mendekati Tuhan, meskipun keadaan kita tampaknya tidak layak atau penuh tantangan.
b. Iman Diperlukan untuk Mengakses Kuasa Tuhan
Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan dan memulihkan, tetapi iman dari pihak kita diperlukan untuk menerima kasih karunia itu. Iman adalah respon aktif kita terhadap anugerah Tuhan. Dalam kisah ini, Yesus mengatakan bahwa iman perempuan itulah yang menyembuhkannya. Ini menunjukkan bahwa iman bukanlah sekadar percaya secara pasif, tetapi keyakinan yang aktif yang membawa kita untuk mengambil langkah iman, bahkan di tengah ketidakpastian.
c. Sentuhan yang Menyembuhkan
Menarik bahwa perempuan ini tidak meminta Yesus untuk secara langsung menyentuhnya atau melakukan mukjizat dengan kata-kata. Sebaliknya, dia yang berinisiatif untuk menyentuh jubah Yesus. Tindakan ini menunjukkan bahwa sentuhan iman, meskipun tampaknya sederhana dan kecil, memiliki kekuatan besar. Ini mengingatkan kita bahwa meskipun kita mungkin merasa tak terlihat atau tak diperhitungkan, setiap langkah iman kita, sekecil apa pun, diperhatikan oleh Tuhan dan dapat mengakses kuasa penyembuhan-Nya.
5. Aplikasi untuk Kehidupan Kristen
Kisah perempuan yang disembuhkan dari pendarahannya ini memiliki beberapa aplikasi praktis bagi kehidupan Kristen saat ini:
a. Iman yang Berani dalam Keterbatasan
Terkadang kita merasa tak layak untuk datang kepada Tuhan karena kesalahan, dosa, atau kondisi kita yang penuh kelemahan. Namun, kisah ini mengajarkan bahwa iman yang berani selalu menemukan jalan menuju Yesus. Bahkan dalam situasi yang tampaknya mustahil, kita dipanggil untuk tetap mendekati Tuhan dengan keyakinan bahwa Dia mampu dan mau menolong kita.
b. Percaya pada Kuasa Penyembuhan Kristus
Yesus tidak hanya menyembuhkan secara fisik, tetapi juga secara emosional dan spiritual. Banyak dari kita mungkin tidak menderita secara fisik seperti perempuan ini, tetapi kita semua membutuhkan penyembuhan dalam berbagai aspek hidup kita. Baik itu penyembuhan dari rasa sakit emosional, luka batin, dosa, atau kebingungan spiritual, Yesus adalah penyembuh sejati yang dapat memulihkan hidup kita secara menyeluruh.
c. Mengalami Sentuhan dari Tuhan
Kadang-kadang, dalam kekacauan hidup, kita merasa jauh dari Tuhan dan bertanya-tanya apakah Dia memperhatikan kita. Kisah ini mengingatkan kita bahwa Yesus selalu siap menyentuh hidup kita ketika kita datang kepada-Nya dalam iman. Kita mungkin merasa seperti perempuan ini—tak terlihat, terpinggirkan, dan penuh dengan masalah—tetapi Yesus memperhatikan setiap langkah kita yang penuh iman dan menjawab dengan kasih karunia.
d. Kesembuhan Melalui Iman
Meskipun mukjizat fisik seperti yang dialami perempuan ini mungkin tidak selalu terjadi dalam setiap situasi kita, iman tetap menjadi kunci dalam kehidupan rohani kita. Iman memberikan kita kekuatan untuk bertahan, membawa kita lebih dekat kepada Tuhan, dan membuka jalan bagi karya Tuhan yang luar biasa dalam hidup kita. Iman bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi tentang bagaimana kita hidup setiap hari dengan kepercayaan penuh kepada Tuhan.
6. Kesimpulan
Kisah dalam Matius 9:20-22 adalah lebih dari sekadar mukjizat penyembuhan fisik. Ini adalah kisah tentang iman, keberanian, dan belas kasih Tuhan. Perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun mengajarkan kita tentang kuasa iman yang sederhana namun penuh keyakinan, yang mendorongnya untuk mendekati Yesus meskipun ada banyak halangan.
Yesus, dalam kasih-Nya yang penuh perhatian, merespon iman yang tersembunyi ini dan memberikan bukan hanya kesembuhan fisik, tetapi juga pemulihan emosional dan sosial. Kisah ini mengingatkan kita bahwa Tuhan memperhatikan setiap langkah iman kita, dan Dia siap menyentuh hidup kita dengan kasih karunia-Nya.
Sebagai orang Kristen, kita diundang untuk memiliki iman yang berani seperti perempuan ini, percaya bahwa Yesus adalah penyembuh kita yang sejati. Melalui iman, kita dapat mengakses kuasa dan kasih Tuhan, dan mengalami penyembuhan serta pemulihan dalam berbagai aspek kehidupan kita.
Catatan penting: Berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita melakukan studi Alkitab.