1 Korintus 1:14-17: Pandangan Paulus tentang Baptisan Air dan Pentingnya Injil dalam Kehidupan Kristen
1. Latar Belakang dan Konteks 1 Korintus 1:14-17
a. Surat Paulus kepada Jemaat di Korintus
Surat pertama Paulus kepada jemaat di Korintus ditulis untuk menangani masalah-masalah serius yang terjadi di antara mereka, termasuk perpecahan, ajaran palsu, dan perbedaan pandangan mengenai berbagai isu spiritual. Jemaat di Korintus adalah kumpulan orang percaya yang berasal dari latar belakang berbeda, dan mereka terpecah menjadi kelompok-kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan pemimpin tertentu, seperti Paulus, Apolos, atau Kefas (Petrus).
Dalam The First Epistle to the Corinthians oleh Gordon D. Fee, dijelaskan bahwa tujuan utama Paulus dalam surat ini adalah untuk memulihkan kesatuan di antara jemaat yang terpecah-belah dan membimbing mereka kembali kepada inti dari ajaran Kristen, yaitu Injil.
b. Pandangan Paulus tentang Baptisan dalam Ayat 1 Korintus 1:14-17
Dalam 1 Korintus 1:14-17, Paulus menulis, “Aku mengucap syukur bahwa aku tidak membaptis seorang pun juga di antara kamu selain Krispus dan Gayus, sehingga tidak ada orang yang dapat mengatakan bahwa kamu dibaptis dalam namaku.” Pernyataan ini bukan berarti Paulus menolak pentingnya baptisan, tetapi lebih menekankan pada urgensi Injil yang ia beritakan, dibandingkan dengan ritual baptisan itu sendiri.
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa Paulus menyadari risiko jemaat di Korintus yang mengidolakan pemimpin mereka, termasuk siapa yang telah membaptis mereka. Bagi Paulus, baptisan adalah penting, tetapi tidak boleh menjadi fokus yang mengaburkan inti utama iman Kristen: Injil keselamatan.
2. Pandangan Teologis tentang Baptisan dalam Pandangan Paulus
a. Baptisan sebagai Tanda Lahir Baru
Paulus tidak pernah menolak pentingnya baptisan, melainkan memahami baptisan sebagai tanda lahir baru dalam Kristus. Dalam Roma 6:3-4, Paulus menulis bahwa baptisan adalah lambang dari kematian dan kebangkitan bersama Kristus. Ketika seseorang dibaptis, ia mengidentifikasikan diri dengan kematian Kristus atas dosa dan kebangkitan-Nya yang membawa kehidupan baru.
Dalam Systematic Theology oleh Wayne Grudem, baptisan dijelaskan sebagai tindakan simbolis yang menunjukkan persekutuan orang percaya dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Paulus memahami baptisan sebagai tanda transformasi rohani, namun ia memastikan agar hal ini tidak menggantikan fokus utama pada pemberitaan Injil.
b. Peran Injil dalam Kehidupan Orang Percaya
Paulus menekankan bahwa tugas utamanya adalah memberitakan Injil, bukan untuk membaptis, karena Injil adalah inti dari iman Kristen. Injil adalah kabar baik tentang keselamatan melalui Yesus Kristus, yang memberi manusia pengampunan dosa dan kehidupan kekal. Baptisan penting, namun tidak menyelamatkan; hanya iman kepada Yesus yang menyelamatkan.
Dalam The Cross of Christ oleh John Stott, pentingnya pemberitaan Injil dijelaskan sebagai dasar dari misi Kristen. Baptisan adalah respons terhadap Injil, tetapi bukan pengganti Injil itu sendiri. Oleh karena itu, Paulus memastikan agar jemaat Korintus mengutamakan Injil dan tidak menjadikan baptisan sebagai simbol kompetisi di antara mereka.
c. Mencegah Perpecahan yang Disebabkan oleh Baptisan
Dalam ayat ini, Paulus menyampaikan kekhawatirannya tentang bagaimana baptisan bisa menyebabkan perpecahan dalam jemaat. Ketika jemaat mulai memandang siapa yang membaptis mereka sebagai sesuatu yang signifikan, maka mereka berisiko kehilangan fokus dari Kristus. Paulus menolak gagasan bahwa baptisan dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau mengunggulkan kelompok tertentu dalam gereja.
Dalam The Pursuit of Holiness oleh Jerry Bridges, dijelaskan bahwa gereja seharusnya menjadi tempat di mana kesatuan dalam Kristus lebih penting daripada perbedaan-perbedaan yang tidak relevan. Paulus ingin memastikan bahwa baptisan tidak menjadi dasar perpecahan, tetapi menjadi tanda persatuan dalam Kristus.
3. Baptisan dan Injil: Pemisahan yang Penting
a. Baptisan sebagai Tanda, Bukan Sumber Keselamatan
Dalam pandangan Paulus, baptisan adalah tanda penting dari iman, namun bukan sumber keselamatan itu sendiri. Efesus 2:8-9 menjelaskan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah yang diterima melalui iman, bukan melalui perbuatan. Dengan demikian, meskipun baptisan adalah tindakan penting bagi orang percaya, itu bukanlah yang memberikan keselamatan.
Dalam Institutes of the Christian Religion oleh John Calvin, baptisan digambarkan sebagai “meterai” atau tanda lahiriah dari perjanjian Allah dengan umat-Nya, namun keselamatan sendiri hanya bisa diperoleh melalui iman. Ini selaras dengan pandangan Paulus, yang menekankan bahwa fokus orang percaya harus selalu pada iman kepada Injil.
b. Injil sebagai Inti dari Amanat Agung
Amanat Agung Yesus kepada murid-murid-Nya dalam Matius 28:19-20 memerintahkan mereka untuk “pergi, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka.” Meskipun baptisan adalah bagian dari perintah ini, tujuan utamanya adalah pemberitaan Injil dan pemuridan. Dengan kata lain, baptisan mengikut pemberitaan Injil, dan bukan menggantikan pemberitaan tersebut.
Dalam Desiring God oleh John Piper, Injil dijelaskan sebagai inti dari kehidupan Kristen, di mana baptisan adalah simbol dari iman yang timbul sebagai respons terhadap kabar baik tersebut. Bagi Paulus, baptisan harus mendukung pemberitaan Injil, bukan mengalihkan perhatian dari pusat iman, yaitu Yesus Kristus.
c. Bahaya Menempatkan Baptisan sebagai Identitas Kelompok
Paulus mengingatkan jemaat di Korintus agar tidak menjadikan baptisan sebagai simbol identitas kelompok tertentu dalam gereja. Ketika orang mulai menempatkan baptisan sebagai dasar dari identitas kelompok, maka mereka kehilangan fokus pada inti dari iman Kristen, yaitu Yesus Kristus dan Injil-Nya. Bagi Paulus, baptisan seharusnya menyatukan jemaat, bukan memecah belah.
Dalam The Body oleh Charles Colson, kesatuan tubuh Kristus dijelaskan sebagai dasar bagi kesaksian gereja kepada dunia. Baptisan, meskipun penting, tidak boleh digunakan sebagai pembeda yang menciptakan perpecahan di antara jemaat.
4. Aplikasi dari Pandangan Paulus tentang Baptisan dan Injil
Pandangan Paulus dalam 1 Korintus 1:14-17 memberikan beberapa prinsip penting yang relevan untuk kehidupan Kristen masa kini, terutama dalam hal prioritas antara ritual keagamaan dan pemberitaan Injil.
a. Mengutamakan Injil dalam Pelayanan Gereja
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengutamakan Injil di atas segala sesuatu. Baptisan dan sakramen lain adalah penting, namun mereka harus selalu mendukung pemberitaan Injil dan bukan mengalihkan perhatian darinya. Dengan memprioritaskan Injil, kita memastikan bahwa fokus gereja tetap pada karya keselamatan Kristus.
Roma 1:16 menyatakan, “Sebab aku tidak malu terhadap Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya.” Ini menegaskan bahwa Injil adalah kekuatan yang membawa keselamatan, dan semua aktivitas gereja harus diarahkan untuk memperkuat pemberitaan Injil.
b. Menjaga Kesatuan dalam Gereja di Atas Kepentingan Pribadi atau Kelompok
Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa gereja adalah tubuh Kristus yang satu. Baptisan tidak boleh menjadi alasan untuk perpecahan atau pembentukan kelompok yang eksklusif. Gereja masa kini juga diingatkan untuk menjaga kesatuan dan menghindari konflik atau perpecahan yang bisa timbul dari identifikasi kelompok dalam hal apapun.
Efesus 4:3 mengajarkan, “Berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.” Dengan menjaga kesatuan, gereja dapat menjadi saksi yang kuat bagi dunia.
c. Memahami Baptisan sebagai Tanda Iman, Bukan Alat Keselamatan
Baptisan adalah pernyataan iman, namun bukan alat keselamatan. Gereja harus mengajarkan bahwa baptisan merupakan langkah ketaatan yang penting bagi orang percaya, namun keselamatan sepenuhnya adalah hasil dari iman kepada Yesus Kristus. Memahami baptisan dengan benar membantu jemaat untuk menghargai pentingnya ketaatan tanpa menganggapnya sebagai syarat keselamatan.
Titus 3:5 menegaskan bahwa keselamatan bukanlah hasil dari perbuatan, tetapi karena kasih karunia Allah. Oleh karena itu, penting bagi gereja untuk mengajarkan bahwa baptisan adalah pernyataan iman yang mengikuti keselamatan, bukan sebabnya.
5. Relevansi Pandangan Paulus tentang Baptisan dalam Kehidupan Modern
Dalam dunia modern yang sangat mementingkan ritual dan simbol, pandangan Paulus tentang baptisan memberikan pemahaman yang seimbang bagi orang percaya.
a. Menghindari Formalisme dalam Praktik Keagamaan
Dalam masyarakat yang cenderung formalistik, ada bahaya menjadikan ritual seperti baptisan sebagai kewajiban semata tanpa memahami makna rohaninya. Paulus mengingatkan bahwa inti dari iman Kristen adalah Injil dan hubungan pribadi dengan Yesus. Baptisan seharusnya dilakukan sebagai tindakan iman, bukan sebagai kewajiban tanpa makna.
b. Menemukan Identitas dalam Kristus, Bukan dalam Ritual
Identitas orang percaya harus didasarkan pada Kristus, bukan pada ritual atau pemimpin manusia. Dalam dunia yang sering kali mengidolakan simbol dan pemimpin tertentu, orang percaya diingatkan untuk menemukan identitas mereka dalam Kristus, bukan dalam siapa yang membaptis mereka atau dalam bentuk-bentuk ritual tertentu.
Galatia 3:28 menyatakan bahwa “tidak ada lagi orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada lagi hamba atau orang merdeka, tidak ada lagi laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Kesatuan ini menunjukkan bahwa identitas kita adalah di dalam Kristus, bukan dalam simbol-simbol atau ritual.
c. Fokus pada Pertumbuhan Rohani melalui Injil
Paulus mengingatkan bahwa Injil adalah pusat dari kehidupan Kristen, dan bahwa kita harus terus berfokus pada pertumbuhan rohani melalui pemberitaan Injil. Baptisan adalah langkah penting dalam iman, namun harus diikuti dengan pertumbuhan dalam pemahaman dan kehidupan yang sesuai dengan Injil.
Dalam The Cost of Discipleship oleh Dietrich Bonhoeffer, ditekankan bahwa mengikuti Kristus berarti menjalani hidup yang penuh kesetiaan kepada-Nya, yang melibatkan pemuridan dan bukan hanya menjalankan ritual. Orang percaya diundang untuk bertumbuh dalam kehidupan yang mencerminkan Injil dalam setiap aspek.
Kesimpulan
1 Korintus 1:14-17 menunjukkan pandangan Paulus tentang pentingnya menjaga prioritas antara baptisan dan pemberitaan Injil. Bagi Paulus, baptisan adalah tindakan penting dalam iman Kristen, tetapi pemberitaan Injil adalah pusat dari panggilannya. Baptisan adalah simbol dari iman, tetapi keselamatan hanya bisa diperoleh melalui iman kepada Yesus Kristus.
Baca Juga: 1 Korintus 1:11-13: Teguran Terhadap Perpecahan karena Pemimpin Manusia
Paulus mengingatkan bahwa gereja harus menjaga kesatuan, menghindari perpecahan, dan memusatkan perhatian pada Injil. Dalam kehidupan modern, pandangan ini relevan dalam menekankan pentingnya hidup yang berakar pada Injil dan menjaga kesatuan di antara jemaat. Baptisan adalah tanda iman, tetapi Injil adalah kekuatan keselamatan yang harus diberitakan kepada semua orang. Dengan memahami dan menghargai baptisan sesuai dengan ajaran Paulus, kita dapat hidup sebagai saksi yang sejati bagi Kristus di dunia ini.