1 Korintus 1:11-13: Teguran Terhadap Perpecahan karena Pemimpin Manusia
Artikel ini akan mengupas konteks ayat ini, makna teologisnya, teguran Paulus terhadap perpecahan, serta relevansinya bagi gereja dan orang percaya di masa kini.
1. Latar Belakang dan Konteks 1 Korintus 1:11-13
a. Kota Korintus dan Jemaat Kristen
Korintus adalah kota besar dan kaya yang terletak di Yunani, terkenal dengan budaya yang beragam namun juga penuh dengan praktik-praktik tidak bermoral. Kota ini merupakan pusat perdagangan dan pemujaan dewa-dewa, yang mempengaruhi nilai dan perilaku masyarakatnya. Gereja di Korintus didirikan oleh Paulus selama perjalanan misinya, dan terdiri dari jemaat yang berasal dari berbagai latar belakang, baik Yahudi maupun Yunani.
Dalam The First Epistle to the Corinthians karya Gordon D. Fee, dijelaskan bahwa jemaat Korintus menghadapi berbagai tantangan terkait dengan kehidupan moral dan doktrin, yang memengaruhi kehidupan berjemaat mereka. Jemaat Korintus dipengaruhi oleh nilai-nilai duniawi, yang menyebabkan mereka membandingkan pemimpin-pemimpin Kristen dan menciptakan kelompok-kelompok yang saling bersaing satu sama lain.
b. Perpecahan dalam Jemaat: Paulus, Apolos, Kefas, dan Kristus
1 Korintus 1:11-13 menyebutkan bahwa jemaat Korintus terbagi dalam kelompok-kelompok yang mendukung pemimpin-pemimpin tertentu, seperti Paulus, Apolos, Kefas (Petrus), dan bahkan ada yang mengklaim sebagai milik Kristus. Jemaat mulai mengidolakan pemimpin mereka, dan ini mengakibatkan perpecahan di antara mereka.
Paulus menyatakan, “Aku mendengar, bahwa ada perselisihan di antara kamu” (1 Korintus 1:11), dan kemudian menegur mereka dengan bertanya, “Apakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan untuk kamu?” (1 Korintus 1:13). Dengan kata-kata ini, Paulus mengingatkan bahwa gereja adalah tubuh Kristus, bukan milik pemimpin manusia.
c. Kepemimpinan dalam Gereja sebagai Pelayan Allah
Dalam suratnya, Paulus mengingatkan bahwa pemimpin gereja adalah pelayan yang bekerja untuk Kristus. Dalam 1 Korintus 3:5, Paulus mengatakan, “Apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan, yang olehnya kamu menjadi percaya.” Ini menegaskan bahwa pemimpin gereja adalah alat Allah, dan bahwa fokus orang percaya harus tertuju pada Kristus, bukan pada pemimpin manusia.
Dalam Systematic Theology oleh Wayne Grudem, kepemimpinan gereja dijelaskan sebagai tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada mereka yang dipanggil untuk melayani tubuh Kristus. Fokus kepemimpinan gereja adalah membawa orang percaya kepada Kristus, bukan kepada diri mereka sendiri.
2. Makna Teologis 1 Korintus 1:11-13: Perpecahan karena Kepemimpinan Manusia
Dalam 1 Korintus 1:11-13, Paulus menegur jemaat karena mereka membagi diri berdasarkan pemimpin manusiawi. Perpecahan ini bukan hanya masalah praktis, tetapi juga memiliki konsekuensi teologis yang mendalam.
a. Gereja sebagai Tubuh Kristus yang Satu
Paulus dengan tegas menyatakan bahwa gereja adalah tubuh Kristus, dan sebagai tubuh, gereja harus bersatu. Pertanyaan retoris Paulus, “Apakah Kristus terbagi-bagi?” menunjukkan bahwa perpecahan tidak sesuai dengan identitas gereja sebagai tubuh Kristus. Setiap orang percaya adalah bagian dari tubuh yang satu, yang harus bekerja sama untuk memuliakan Tuhan.
Dalam The Body oleh Charles Colson, gereja dijelaskan sebagai satu tubuh yang dipersatukan dalam iman kepada Kristus. Colson menekankan bahwa perpecahan dalam gereja menodai kesaksian tubuh Kristus dan mempengaruhi kesaksian gereja di dunia.
b. Pemimpin Manusia Hanya Pelayan Kristus
Paulus mengingatkan bahwa para pemimpin gereja seperti Paulus, Apolos, dan Kefas adalah pelayan-pelayan yang bekerja untuk Kristus, dan bahwa mereka tidak boleh dianggap sebagai objek penyembahan. Dengan bertanya, “Adakah Paulus disalibkan untuk kamu?” Paulus menekankan bahwa hanya Yesus yang layak menerima pemujaan dan pengabdian penuh dari jemaat. Kristus adalah Kepala gereja, dan semua pemimpin manusia hanyalah hamba-hamba-Nya.
Dalam Institutes of the Christian Religion oleh John Calvin, pemimpin gereja dipandang sebagai pelayan yang dipanggil untuk mengarahkan jemaat kepada Kristus. Calvin memperingatkan terhadap bahaya memuja pemimpin manusia, yang dapat menyebabkan jemaat kehilangan fokus pada Kristus.
c. Kepatuhan kepada Kristus, Bukan kepada Manusia
Paulus menegur jemaat karena mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar kepada pemimpin manusia daripada kepada Kristus. Hal ini bertentangan dengan panggilan iman Kristen yang sejati, yaitu memusatkan hidup kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ketika jemaat lebih menghormati manusia daripada Kristus, mereka telah berpaling dari tujuan utama gereja, yaitu menyembah dan melayani Tuhan.
Dalam The Cost of Discipleship oleh Dietrich Bonhoeffer, kepatuhan kepada Kristus digambarkan sebagai inti dari kehidupan Kristen. Bonhoeffer menekankan bahwa kepatuhan yang sejati berarti menempatkan Kristus di atas segala-galanya, termasuk di atas pemimpin manusia.
3. Keinginan Paulus bagi Jemaat Korintus: Kesatuan dan Fokus pada Kristus
Dalam ayat-ayat ini, Paulus menyampaikan keinginan yang mendalam agar jemaat Korintus dapat hidup dalam kesatuan dan fokus pada Kristus sebagai satu-satunya Tuhan gereja.
a. Kesatuan dalam Tubuh Kristus
Paulus ingin agar jemaat Korintus hidup dalam kesatuan dan menjauhi perpecahan yang disebabkan oleh perselisihan terkait pemimpin. Dia mengingatkan bahwa mereka adalah bagian dari satu tubuh, dan bahwa setiap anggota tubuh harus bekerja sama untuk membangun gereja. Kesatuan adalah tanda kesetiaan kepada Kristus, dan perpecahan adalah bukti bahwa jemaat telah kehilangan fokus pada tujuan mereka yang sebenarnya.
Efesus 4:3-5 menyatakan, “Berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh dan satu Roh... satu Tuhan, satu iman, satu baptisan.” Dalam The Pursuit of Holiness oleh Jerry Bridges, kesatuan dijelaskan sebagai hasil dari hidup yang penuh kasih dan kekudusan. Dengan memelihara kesatuan, jemaat mencerminkan karakter Allah dan menunjukkan kasih Kristus kepada dunia.
b. Fokus pada Kristus sebagai Kepala Gereja
Paulus mengingatkan jemaat bahwa Kristus adalah Kepala gereja, dan bahwa gereja adalah milik-Nya. Dia adalah satu-satunya yang disalibkan untuk keselamatan kita, dan hanya Dia yang layak menerima pemujaan kita. Ketika jemaat kehilangan fokus pada Kristus dan mulai memuja pemimpin manusia, mereka telah mengkhianati panggilan iman Kristen untuk menjadikan Yesus sebagai pusat kehidupan mereka.
Kolose 1:18 mengatakan, “Ia adalah kepala tubuh, yaitu jemaat.” Dengan berfokus pada Kristus, jemaat menjaga iman mereka tetap kokoh dan menghindari konflik yang tidak perlu.
c. Menghormati Pemimpin Tanpa Mengidolakan Mereka
Paulus juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati pemimpin gereja, tetapi tidak mengidolakan mereka. Pemimpin gereja adalah pelayan Tuhan yang diutus untuk membimbing dan mengajar jemaat, tetapi mereka juga adalah manusia yang memiliki kelemahan. Paulus mengingatkan bahwa hanya Kristus yang sempurna, dan bahwa para pemimpin gereja bekerja untuk membawa jemaat kepada Kristus, bukan kepada diri mereka sendiri.
Dalam Desiring God oleh John Piper, dijelaskan bahwa pemimpin gereja memiliki peran penting, tetapi tujuan utama mereka adalah memuliakan Tuhan. Jemaat dipanggil untuk menghormati pemimpin mereka dengan cara yang sehat, dan memastikan bahwa Kristus tetap menjadi fokus utama dari kehidupan iman mereka.
4. Aplikasi 1 Korintus 1:11-13 bagi Kehidupan Kristen
Teguran Paulus dalam ayat-ayat ini mengandung banyak aplikasi praktis bagi gereja dan orang percaya dalam menjaga kesatuan dan fokus pada Kristus.
a. Menghindari Perpecahan dan Mengupayakan Kesatuan
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghindari perpecahan dalam gereja dan mengupayakan kesatuan. Hal ini berarti kita harus belajar untuk mendengarkan, menghormati, dan bekerja sama dengan sesama anggota jemaat, meskipun ada perbedaan pandangan atau cara berpikir. Kesatuan adalah salah satu cara kita menyaksikan kasih Kristus kepada dunia, dan perpecahan hanya akan menodai kesaksian gereja.
Filipi 2:2 mengatakan, “Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan.” Menghindari perpecahan adalah bentuk kesetiaan kita kepada Kristus, yang telah memanggil kita untuk hidup dalam kasih dan kedamaian.
b. Memusatkan Hidup kepada Kristus dan Bukan kepada Manusia
Aplikasi lainnya adalah memastikan bahwa kita memusatkan hidup kita kepada Kristus dan bukan kepada pemimpin manusia. Hal ini berarti kita harus menjaga agar iman kita tidak tergantung pada manusia, tetapi pada Kristus yang sempurna. Ketika kita menjadikan Yesus sebagai fokus, kita menjaga iman kita tetap kuat dan murni, dan kita tidak mudah tergoyahkan oleh kelemahan atau kesalahan manusia.
Dalam Mazmur 146:3-5, dinyatakan, “Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan... Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong.” Menjaga Kristus sebagai pusat iman kita adalah dasar dari kehidupan Kristen yang kokoh.
c. Menghormati Pemimpin Gereja dengan Sehat
Paulus tidak mengatakan bahwa jemaat harus mengabaikan pemimpin gereja, tetapi ia mengingatkan agar mereka tidak mengidolakan pemimpin tersebut. Kita diajak untuk menghormati pemimpin gereja sebagai pelayan Tuhan, yang bertugas untuk membimbing dan mengajar, tetapi kita harus menjaga fokus kita pada Kristus. Penghormatan yang sehat adalah cara untuk mendukung mereka dalam pelayanan tanpa menjadikan mereka pusat iman kita.
Dalam Ibrani 13:17, kita diingatkan untuk “taat kepada pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka.” Dengan menghormati pemimpin, kita menunjukkan kasih dan dukungan, tetapi kita memastikan bahwa mereka tidak menggantikan peran Kristus dalam hidup kita.
5. Relevansi 1 Korintus 1:11-13 bagi Gereja Masa Kini
Di tengah budaya yang sering kali mengidolakan figur pemimpin dan selebriti, teguran Paulus dalam 1 Korintus 1:11-13 sangat relevan untuk gereja masa kini.
a. Menghindari Kultus terhadap Pemimpin
Di banyak gereja, ada kecenderungan untuk mengidolakan pemimpin dan menjadikan mereka seolah-olah mereka adalah sumber kebenaran. Paulus memperingatkan jemaat untuk tidak terjebak dalam kultus terhadap pemimpin, karena hal ini akan membawa perpecahan dan merusak hubungan dengan Kristus. Gereja modern harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam pola pemujaan terhadap manusia.
b. Menjaga Kesatuan dalam Gereja yang Beragam
Gereja masa kini terdiri dari jemaat yang memiliki latar belakang budaya, sosial, dan pandangan yang beragam. Namun, perbedaan ini tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan, melainkan kesempatan untuk menunjukkan kasih Kristus. Dengan menjaga kesatuan, gereja menjadi kesaksian yang kuat tentang kasih Allah.
c. Menjaga Fokus pada Kristus sebagai Kepala Gereja
Teguran Paulus mengingatkan kita bahwa gereja adalah milik Kristus. Semua pelayanan, aktivitas, dan fokus gereja harus diarahkan pada Kristus dan kehendak-Nya. Gereja masa kini harus selalu mengevaluasi tujuan dan kegiatan mereka untuk memastikan bahwa segala sesuatu dilakukan demi memuliakan Kristus, bukan untuk kepentingan manusia.
Kesimpulan
1 Korintus 1:11-13 memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga kesatuan dan fokus pada Kristus. Paulus menegur jemaat Korintus karena perpecahan yang disebabkan oleh dukungan berlebihan terhadap pemimpin manusia, dan mengingatkan bahwa gereja adalah tubuh Kristus, di mana semua orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kesatuan dan fokus kepada-Nya.
Baca Juga: 1 Korintus 1:10 - Nasihat untuk Hidup dalam Kesatuan
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghindari perpecahan, menjaga kesatuan, dan memusatkan hidup kepada Kristus sebagai Kepala Gereja. Teguran Paulus ini tetap relevan bagi gereja masa kini, yang menghadapi tantangan untuk tetap setia kepada Kristus di tengah budaya yang cenderung memuja figur pemimpin. Dengan menjaga kesatuan, menghormati pemimpin dengan sehat, dan menjadikan Yesus sebagai pusat iman, kita dapat hidup sesuai dengan panggilan kita sebagai tubuh Kristus dan memberikan kesaksian yang baik kepada dunia.