1 Korintus 1:7, - Keinginan Paulus untuk Jemaat Korintus
Pendahuluan:
Dalam 1 Korintus 1:7, Rasul Paulus mengungkapkan harapannya yang mendalam bagi jemaat di Korintus agar mereka tidak kekurangan dalam karunia rohani saat mereka menantikan penyataan Yesus Kristus. Ayat ini menyoroti pentingnya karunia rohani sebagai penopang bagi kehidupan iman mereka hingga kedatangan kembali Kristus. Paulus menyatakan bahwa karunia rohani adalah alat yang Allah berikan kepada jemaat agar mereka dapat bertumbuh dalam iman dan menghidupi panggilan mereka sebagai umat-Nya."Dengan demikian, kamu tidak akan kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita, Yesus Kristus." (1 Korintus 1:7, AYT)_
Artikel ini akan mengeksplorasi keinginan Paulus bagi jemaat Korintus, pandangan beberapa pakar teologi mengenai karunia rohani, serta penerapan praktis bagi kehidupan orang percaya dalam menantikan kedatangan Kristus.
1. Karunia Rohani sebagai Pemberian untuk Memperlengkapi Jemaat
Paulus menekankan bahwa jemaat di Korintus telah diberkati dengan berbagai karunia rohani yang diperlukan untuk menjalani kehidupan iman. Dalam pandangan Paulus, karunia rohani bukanlah sekadar kemampuan, tetapi pemberian Allah yang dimaksudkan untuk membangun dan memperkuat iman jemaat. Paulus ingin memastikan bahwa jemaat Korintus menyadari pentingnya karunia ini sebagai modal utama untuk hidup dalam kebenaran hingga kedatangan Kristus.
John Stott, dalam bukunya The Message of 1 Corinthians, menjelaskan bahwa karunia rohani adalah bagian penting dari hidup jemaat yang sehat. Stott menulis, “Karunia yang diberikan oleh Roh adalah tanda dari kehadiran dan kerja Roh Kudus dalam jemaat, dan dengan ini jemaat dapat hidup dalam kesatuan dan kemajuan iman.” Ini berarti bahwa karunia rohani bukan hanya tentang kekuatan pribadi, tetapi juga tentang kesatuan dalam iman dan pengabdian kepada Kristus.
R.C. Sproul, dalam The Holy Spirit, menjelaskan bahwa karunia-karunia ini diberikan untuk memperkuat tubuh Kristus. “Karunia rohani adalah anugerah yang diberikan untuk membangun gereja, bukan untuk kepentingan pribadi tetapi untuk pelayanan bersama,” tulis Sproul. Jemaat Korintus, dalam hal ini, diingatkan untuk tidak menyia-nyiakan karunia yang telah mereka terima, melainkan menggunakannya untuk kebaikan bersama dan kemuliaan Allah.
2. Menantikan Penyataan Yesus Kristus sebagai Bagian dari Kehidupan Kristen
Paulus mengungkapkan bahwa karunia rohani membantu jemaat dalam menantikan penyataan Tuhan Yesus Kristus. Dalam konteks ini, “penyataan” mengacu pada kedatangan kembali Yesus di akhir zaman. Dengan memiliki karunia rohani, orang percaya dapat hidup dalam pengharapan dan kekuatan saat mereka menunggu penggenapan janji Allah. Penantian ini tidak bersifat pasif, melainkan aktif, karena jemaat dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan pelayanan sembari menanti kedatangan-Nya.
N.T. Wright, dalam Paul for Everyone: 1 Corinthians, menekankan bahwa hidup dengan pengharapan akan kedatangan Kristus mengarahkan kehidupan jemaat kepada kekudusan. “Penantian aktif atas kedatangan Kristus membawa jemaat pada pemurnian hati dan hidup dalam ketaatan,” tulis Wright. Menurut Wright, menanti kedatangan Yesus adalah hidup dalam kesiapan yang penuh pengharapan, dan karunia rohani memperlengkapi jemaat untuk melakukannya.
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menjelaskan bahwa penantian akan kedatangan Yesus adalah fondasi dari pengharapan Kristen. Calvin menulis, “Penantian akan penyataan Kristus adalah motivasi bagi orang percaya untuk hidup dalam ketaatan dan kesetiaan.” Dengan memiliki pengharapan yang teguh, orang percaya dapat menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah, selalu siap menyambut kedatangan-Nya.
3. Karunia Rohani sebagai Bukti Kehadiran Roh Kudus dalam Gereja
Paulus menganggap karunia rohani sebagai tanda kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan jemaat. Karunia-karunia ini menunjukkan bahwa jemaat tidak berjalan sendirian, tetapi dipimpin dan diperkuat oleh Roh Kudus. Dalam konteks jemaat Korintus yang sering kali mengalami konflik, karunia rohani diharapkan dapat menjadi alat untuk mempersatukan mereka dalam tujuan yang sama, yaitu untuk melayani Kristus dan menjadi saksi bagi dunia.
J.I. Packer, dalam Knowing God, menyatakan bahwa karunia rohani adalah bukti bahwa Allah hadir dan aktif dalam kehidupan jemaat. “Karunia rohani yang bekerja dalam jemaat adalah bukti bahwa Allah tidak meninggalkan umat-Nya, tetapi hadir bersama mereka dalam Roh Kudus,” tulis Packer. Dengan karunia ini, jemaat diberdayakan untuk hidup dalam iman dan menunjukkan kasih Allah kepada dunia.
John Stott juga menekankan bahwa karunia Roh Kudus adalah tanda bahwa jemaat berjalan dalam pimpinan Allah. “Setiap karunia yang diberikan Roh Kudus adalah tanda kehadiran-Nya yang mengarahkan jemaat dalam kehidupan iman,” tulis Stott. Dengan kata lain, karunia-karunia ini bukan hanya untuk keperluan jemaat itu sendiri, tetapi juga untuk menjadi saksi yang hidup tentang Allah yang bekerja di tengah-tengah mereka.
4. Karunia sebagai Pendorong Kesiapan dalam Pelayanan
Bagi Paulus, karunia rohani adalah pendorong utama bagi jemaat untuk siap dalam pelayanan. Setiap karunia yang diberikan Roh Kudus bukan hanya untuk pertumbuhan pribadi, tetapi untuk memperlengkapi jemaat dalam melayani Tuhan dan sesama. Dengan kata lain, karunia-karunia ini adalah alat yang memungkinkan mereka untuk terlibat dalam pelayanan yang membangun tubuh Kristus dan menjangkau dunia dengan kasih-Nya.
R.C. Sproul, dalam The Gospel of God, menjelaskan bahwa karunia rohani adalah panggilan untuk terlibat aktif dalam pelayanan. Sproul menulis, “Karunia rohani memampukan kita untuk melayani sesuai dengan panggilan Allah, membawa Injil ke seluruh dunia.” Setiap orang percaya diberi karunia untuk menjalani pelayanan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, menjadi saksi akan kuasa Allah dalam kehidupan mereka.
John Calvin menekankan bahwa karunia rohani adalah bagian dari komitmen jemaat untuk melayani Allah. Calvin menulis, “Setiap karunia adalah panggilan untuk melayani, bukan hanya untuk pertumbuhan pribadi tetapi untuk kebaikan gereja dan kemuliaan Allah.” Dengan hidup dalam karunia ini, jemaat dapat memenuhi panggilan Allah untuk menyebarkan kasih dan kebenaran-Nya.
5. Memelihara Pengharapan dalam Kristus Melalui Karunia
Dalam ayat ini, Paulus menekankan pentingnya memiliki karunia rohani sebagai cara untuk memelihara pengharapan dalam Kristus. Dengan memiliki karunia, orang percaya dapat menjalani hidup yang penuh pengharapan, memperkuat iman mereka, dan siap menghadapi segala tantangan. Hidup dengan pengharapan dalam Kristus memberikan keberanian untuk hidup dalam kebenaran dan mengatasi rintangan dunia ini.
J.I. Packer, dalam Keep in Step with the Spirit, menekankan bahwa pengharapan dalam Kristus adalah landasan hidup yang teguh. Packer menulis, “Dengan hidup dalam pengharapan akan Kristus, kita dapat menjalani kehidupan dengan kekuatan dan keteguhan iman.” Pengharapan dalam Kristus adalah kekuatan yang memberi dorongan untuk hidup sesuai dengan panggilan-Nya.
N.T. Wright menambahkan bahwa karunia-karunia ini memberi pengharapan bagi jemaat untuk hidup dalam iman. “Karunia rohani memberikan pengharapan yang membuat kita mampu menghadapi segala tantangan dunia ini,” tulis Wright. Dengan demikian, karunia ini tidak hanya untuk kehidupan di gereja, tetapi juga untuk memampukan jemaat dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.
6. Penerapan Praktis dari Keinginan Paulus bagi Jemaat
1 Korintus 1:7 memberikan banyak penerapan praktis bagi kehidupan orang percaya:
Menggunakan Karunia untuk Membangun Tubuh Kristus
Setiap karunia yang diterima orang percaya adalah pemberian Allah yang bertujuan untuk membangun tubuh Kristus. Orang percaya dipanggil untuk menggunakan karunia mereka dengan tujuan memajukan iman bersama, bukan untuk kepentingan pribadi.Menantikan Kedatangan Kristus dengan Pengharapan
Karunia rohani bukan hanya untuk pertumbuhan di dunia ini, tetapi juga untuk membantu orang percaya menantikan kedatangan Kristus. Hidup dalam pengharapan ini memampukan mereka untuk hidup dalam kekudusan, siap untuk menyambut kedatangan Kristus.Membangun Kesatuan dalam Kasih melalui Karunia
Karunia-karunia yang diberikan kepada jemaat adalah untuk mempersatukan tubuh Kristus, bukan memecah-belah. Orang percaya dipanggil untuk menggunakan karunia mereka dengan sikap saling mengasihi dan saling menghormati, untuk menjaga kesatuan dalam Kristus.Menghargai Kehadiran Roh Kudus dalam Hidup Jemaat
Karunia rohani adalah bukti dari kehadiran Roh Kudus yang aktif dalam jemaat. Dengan menyadari kehadiran Roh Kudus ini, jemaat dipanggil untuk hidup dengan penuh ketergantungan kepada-Nya dalam setiap aspek kehidupan mereka.Memperkuat Pengharapan dan Iman melalui Karunia
Dengan memiliki karunia rohani, jemaat dapat hidup dalam pengharapan yang kuat akan janji Allah. Pengharapan ini memperkuat iman dan membawa sukacita dalam menantikan kedatangan Yesus.
Kesimpulan
1 Korintus 1:7 mengungkapkan harapan Paulus bagi jemaat di Korintus, yaitu agar mereka tidak kekurangan dalam karunia rohani selama mereka menantikan penyataan Tuhan Yesus Kristus. Karunia rohani adalah alat yang Allah berikan kepada jemaat untuk memperkuat mereka dalam iman, menjaga kesatuan, dan memelihara pengharapan mereka dalam Kristus. Melalui karunia-karunia ini, jemaat dipanggil untuk hidup dalam kesetiaan, kekudusan, dan pengharapan yang aktif hingga kedatangan Kristus.
Pandangan dari beberapa teolog seperti John Calvin, J.I. Packer, John Stott, R.C. Sproul, dan N.T. Wright memperkaya pemahaman kita tentang pentingnya karunia rohani dalam kehidupan jemaat. Mereka menegaskan bahwa karunia rohani adalah bukti dari kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan jemaat, serta merupakan panggilan untuk hidup dalam pelayanan dan pengharapan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menggunakan karunia yang telah diberikan Allah bagi kebaikan tubuh Kristus, menantikan kedatangan-Nya dengan penuh pengharapan. Dengan hidup dalam karunia rohani ini, kita dapat menjadi saksi hidup bagi kasih dan kebenaran Allah di dunia ini.