Lukas 13:6-9 - Perumpamaan Pohon Ara yang Tidak Berbuah
Pendahuluan:
Lukas 13:6-9 menyajikan salah satu perumpamaan Yesus yang dikenal sebagai "Perumpamaan Pohon Ara yang Tidak Berbuah." Dalam perumpamaan ini, Yesus menggunakan gambaran pohon ara yang tidak berbuah untuk memberikan pelajaran penting tentang pertobatan, kasih karunia, dan kesabaran Allah. Perumpamaan ini menggugah kita untuk merenungkan kesediaan Allah untuk memberi kesempatan kepada manusia, sekaligus memberi peringatan tentang tanggung jawab kita untuk menghasilkan buah rohani.Artikel ini akan membahas latar belakang, makna teologis, dan relevansi perumpamaan ini bagi kehidupan Kristen.
1. Konteks dan Latar Belakang Lukas 13:6-9
a. Latar Belakang Injil Lukas
Injil Lukas ditulis untuk memberikan kesaksian yang akurat tentang kehidupan, pelayanan, dan ajaran Yesus Kristus. Lukas menulis Injil ini dengan tujuan untuk meneguhkan iman orang percaya dan membantu mereka memahami dengan lebih dalam misi penyelamatan Yesus. Dalam The Gospel of Luke karya Joel B. Green, dijelaskan bahwa Injil Lukas memberi perhatian besar pada belas kasihan Allah bagi manusia dan panggilan-Nya untuk bertobat.
Lukas 13 berisi nasihat Yesus tentang pertobatan, terutama dalam menghadapi tragedi yang terjadi di sekitar mereka. Dalam bagian ini, Yesus menggunakan perumpamaan untuk mengajarkan pentingnya pertobatan yang sejati, dan bagaimana Allah mengharapkan setiap orang untuk bertanggung jawab atas hidup rohaninya.
b. Arti dan Simbolisme Pohon Ara dalam Alkitab
Pohon ara sering digunakan dalam Alkitab sebagai simbol bangsa Israel atau kehidupan rohani umat Allah. Pohon ini juga dianggap sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran. Dalam Yeremia 8:13, bangsa Israel disimbolkan sebagai pohon ara yang tidak menghasilkan buah, menandakan ketidaksetiaan mereka kepada Allah.
Dalam konteks perumpamaan ini, pohon ara melambangkan orang percaya atau bangsa Israel yang diberikan kesempatan oleh Allah untuk menghasilkan buah yang baik sebagai tanda pertobatan sejati.
2. Isi Perumpamaan Pohon Ara yang Tidak Berbuah (Lukas 13:6-9)
Perumpamaan ini diawali dengan pemilik kebun yang menemukan bahwa pohon ara di kebunnya tidak menghasilkan buah selama tiga tahun. Dia lalu meminta tukang kebunnya untuk menebang pohon tersebut karena dianggap tidak berguna. Namun, tukang kebun meminta pemiliknya agar memberi kesempatan satu tahun lagi, untuk merawat pohon itu dan memberi pupuk, dengan harapan agar pohon itu akan menghasilkan buah di tahun berikutnya.
Berikut adalah poin-poin utama dalam perumpamaan ini:
a. Pemilik Kebun (Simbolisasi Allah)
Dalam perumpamaan ini, pemilik kebun melambangkan Allah yang memiliki kebun atau umat-Nya. Pemilik ini menemukan pohon ara yang tidak berbuah dan merasa kecewa karena pohon tersebut tidak memberikan hasil yang diharapkan. Hal ini mengacu pada harapan Allah bahwa umat-Nya akan menghasilkan buah kebenaran dan hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Dalam The Parables of Jesus karya Joachim Jeremias, pemilik kebun ini digambarkan sebagai Allah yang adil, yang memiliki hak untuk menuntut pertanggungjawaban dari umat-Nya atas hidup mereka.
b. Pohon Ara (Simbolisasi Orang Percaya atau Umat Allah)
Pohon ara dalam perumpamaan ini melambangkan orang percaya atau bangsa Israel yang tidak menghasilkan buah kebenaran. Kehidupan yang berbuah adalah salah satu tanda dari hubungan yang benar dengan Allah, sementara kehidupan yang tidak berbuah menunjukkan ketidaktaatan dan ketidaksetiaan.
Dalam Systematic Theology oleh Wayne Grudem, dijelaskan bahwa menghasilkan buah adalah bukti dari iman yang hidup, karena iman tanpa perbuatan adalah mati. Ketika seseorang tidak menghasilkan buah rohani, hal tersebut menunjukkan adanya masalah dalam kehidupan rohaninya.
c. Tukang Kebun (Simbolisasi Yesus atau Pengantara)
Tukang kebun dalam perumpamaan ini adalah Yesus atau simbol pengantara yang bersedia memberikan kesempatan bagi pohon ara tersebut untuk tumbuh dan berbuah. Tukang kebun memohon kepada pemilik kebun agar pohon itu diberi kesempatan lagi untuk diperbaiki dan dirawat. Ini menunjukkan belas kasihan dan kesabaran Allah melalui Kristus yang memberikan waktu bagi orang berdosa untuk bertobat.
Dalam The Cross of Christ oleh John Stott, tukang kebun melambangkan peran Kristus sebagai pengantara yang terus-menerus menunjukkan belas kasihan dan kasih karunia Allah kepada umat manusia, yang memberi kesempatan bagi mereka untuk bertobat dan hidup dalam kebenaran.
d. Kesempatan Terakhir untuk Bertobat
Permintaan tukang kebun untuk memberi kesempatan satu tahun lagi menekankan kesabaran dan kasih karunia Allah yang luar biasa. Namun, ini juga merupakan kesempatan terakhir bagi pohon ara untuk berbuah. Jika pohon itu tetap tidak menghasilkan buah, maka tidak ada alasan lain untuk mempertahankannya.
Dalam Mere Christianity oleh C.S. Lewis, kesempatan terakhir untuk bertobat dipandang sebagai panggilan yang mendesak bagi manusia untuk bertobat dan hidup dalam kehendak Allah. Kesempatan ini menunjukkan bahwa Allah penuh kasih, tetapi juga adil, dan bahwa setiap orang harus bertanggung jawab atas hidupnya.
3. Makna Teologis Perumpamaan Pohon Ara yang Tidak Berbuah
Perumpamaan ini memiliki banyak makna teologis, yang menekankan pentingnya pertobatan, kasih karunia, dan tanggung jawab umat Allah untuk hidup sesuai dengan panggilan mereka.
a. Pertobatan Sejati sebagai Tanda Iman
Salah satu makna utama dari perumpamaan ini adalah pentingnya pertobatan sebagai tanda dari iman yang sejati. Pohon ara yang tidak berbuah melambangkan orang yang hidup tanpa perubahan nyata, meskipun mengaku sebagai umat Allah. Pertobatan bukan hanya tentang penyesalan tetapi juga tentang perubahan hidup yang nyata, yang menghasilkan buah kebenaran.
Dalam Institutes of the Christian Religion oleh John Calvin, dijelaskan bahwa pertobatan sejati harus membawa perubahan hidup yang nyata, yang tercermin dalam perbuatan dan sikap seseorang. Tanpa pertobatan yang menghasilkan buah, iman tidak memiliki dasar yang kuat.
b. Kesabaran dan Kasih Karunia Allah
Perumpamaan ini juga menekankan kasih karunia Allah yang memberi kesempatan bagi orang berdosa untuk bertobat. Tuhan digambarkan sebagai pemilik kebun yang memiliki kesabaran luar biasa, yang tidak segera menghukum pohon yang tidak berbuah, tetapi memberi kesempatan untuk bertumbuh.
Dalam Knowing God oleh J.I. Packer, kasih karunia dan kesabaran Allah dijelaskan sebagai wujud dari kasih-Nya yang besar terhadap umat manusia. Allah tidak segera menghukum, tetapi memberi waktu bagi orang untuk bertobat dan memperbaiki hidup mereka.
c. Tanggung Jawab Orang Percaya untuk Menghasilkan Buah
Perumpamaan ini mengingatkan orang percaya bahwa hidup mereka harus menghasilkan buah yang sesuai dengan iman mereka. Dalam Yohanes 15:2, Yesus berkata, “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya.” Hal ini menunjukkan bahwa iman yang sejati harus diwujudkan dalam tindakan dan karakter yang mencerminkan kebenaran Allah.
Dalam The Pursuit of Holiness oleh Jerry Bridges, dijelaskan bahwa orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan menghasilkan buah yang sesuai dengan kehendak Allah. Buah-buah kebenaran ini adalah tanda nyata dari kehidupan yang telah diperbaharui oleh Roh Kudus.
4. Aplikasi Perumpamaan Pohon Ara dalam Kehidupan Kristen
Perumpamaan pohon ara memiliki aplikasi praktis yang relevan bagi kehidupan orang percaya dalam berbagai aspek kehidupan.
a. Merenungkan Kehidupan Kita: Apakah Kita Menghasilkan Buah?
Perumpamaan ini mengajak kita untuk merenungkan kehidupan kita sendiri. Apakah kita menghasilkan buah rohani yang menunjukkan pertobatan dan hubungan yang benar dengan Allah? Galatia 5:22-23 menyebutkan buah-buah Roh seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, dan penguasaan diri sebagai tanda dari kehidupan yang dipimpin oleh Roh.
Orang percaya harus memeriksa diri mereka dan bertanya apakah hidup mereka mencerminkan perubahan yang nyata, ataukah mereka masih hidup dalam keinginan duniawi yang menjauhkan mereka dari Allah.
b. Menghargai Kasih Karunia Allah yang Memberi Kesempatan Bertobat
Kesempatan yang diberikan kepada pohon ara mengingatkan kita akan kasih karunia Allah yang memberi kita waktu untuk bertobat. Namun, kita juga diingatkan bahwa kesempatan ini tidak berlangsung selamanya. 2 Korintus 6:2 mengatakan, “Waktu ini adalah waktu perkenanan itu; hari ini adalah hari penyelamatan itu.”
Kita tidak boleh menunda pertobatan atau meremehkan kasih karunia Allah, tetapi harus meresponinya dengan keseriusan dan komitmen untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
c. Menghasilkan Buah Melalui Hubungan yang Dekat dengan Kristus
Yesus adalah sumber kehidupan rohani kita. Dalam Yohanes 15:5, Yesus berkata bahwa Dialah pokok anggur yang sejati, dan kita adalah ranting-ranting-Nya. Hanya melalui hubungan yang erat dengan Kristus, kita dapat menghasilkan buah yang menyenangkan hati Allah. Hubungan dengan Kristus melalui doa, firman, dan ketaatan memungkinkan kita untuk hidup dalam kekudusan dan menghasilkan buah rohani.
Dalam Desiring God oleh John Piper, hidup yang berbuah dijelaskan sebagai hidup yang berpusat pada Tuhan dan mengandalkan kasih karunia-Nya setiap hari. Hanya dengan bergantung kepada Kristus, orang percaya dapat menghasilkan buah yang sesuai dengan kehendak Allah.
d. Bersedia Ditegur dan Diperbaiki oleh Tuhan
Tukang kebun dalam perumpamaan ini menunjukkan keinginan untuk merawat dan memperbaiki pohon ara yang tidak berbuah. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan mungkin memberikan teguran atau mendisiplinkan kita agar kita bisa bertumbuh dalam iman dan menghasilkan buah. Dalam Ibrani 12:6, dikatakan bahwa Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya sebagai bentuk kasih dan perhatian-Nya.
Kita harus memiliki sikap yang bersedia untuk ditegur dan siap menerima pembentukan Tuhan dalam hidup kita, karena proses ini adalah bagian dari kasih Allah untuk mendewasakan kita.
5. Relevansi Perumpamaan Pohon Ara bagi Gereja dan Masyarakat Masa Kini
Di tengah dunia yang semakin materialistis dan individualistis, perumpamaan ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya kehidupan rohani yang bertanggung jawab dan berbuah.
a. Menghindari Kekosongan Spiritual dalam Hidup yang Sibuk
Banyak orang terjebak dalam rutinitas dan mengejar keberhasilan duniawi tanpa memperhatikan kehidupan rohani mereka. Perumpamaan ini mengingatkan kita agar tidak menjadi pohon ara yang tidak berbuah, yang tampak hidup tetapi tidak memiliki buah rohani.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menghindari kekosongan spiritual dengan menjaga hubungan yang dekat dengan Kristus dan menghasilkan buah yang sesuai dengan panggilan kita.
b. Mendorong Gereja untuk Menjadi Pembawa Buah Kebenaran
Gereja sebagai tubuh Kristus dipanggil untuk menjadi pohon yang berbuah bagi dunia, dengan memperlihatkan kasih, keadilan, dan kemurahan Tuhan. Gereja yang menghasilkan buah akan menjadi saksi yang hidup bagi dunia, dan menunjukkan kepada orang lain tentang kebenaran dan kasih Allah.
c. Menjadi Teladan Pertobatan yang Sejati di Tengah Masyarakat
Orang percaya harus menjadi teladan pertobatan yang sejati dan memperlihatkan karakter Kristus dalam setiap aspek kehidupan mereka. Pertobatan yang sejati bukan hanya perubahan sikap, tetapi juga perubahan tindakan yang membawa damai, kebenaran, dan kasih bagi sesama.
Kesimpulan
Perumpamaan Pohon Ara yang Tidak Berbuah dalam Lukas 13:6-9 memberikan pengajaran penting tentang pertobatan, kasih karunia, dan tanggung jawab untuk hidup berbuah. Pohon ara yang tidak berbuah melambangkan kehidupan yang kosong secara rohani, sementara kasih karunia Allah ditunjukkan melalui kesempatan yang diberikan untuk bertobat dan menghasilkan buah.
Perumpamaan ini mengingatkan kita bahwa hidup Kristen bukan hanya tentang pengakuan iman, tetapi tentang kehidupan yang mencerminkan pertobatan sejati, kasih karunia Allah, dan kedekatan dengan Kristus. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kesetiaan, menghasilkan buah kebenaran, dan menjadi saksi yang hidup bagi dunia di sekitar kita.