Markus 12:1-11: Perumpamaan tentang Penggarap Kebun Anggur
Pendahuluan:
Markus 12:1-11 memuat perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus kepada para pemimpin agama Yahudi. Perumpamaan ini berisi kisah seorang tuan tanah yang menyewakan kebun anggurnya kepada para penggarap, tetapi mereka justru memberontak terhadap tuannya. Perumpamaan ini tidak hanya mengungkapkan ketidaksetiaan Israel terhadap Allah, tetapi juga menjadi nubuat tentang penolakan terhadap Yesus sebagai Mesias dan konsekuensi dari pemberontakan tersebut.Artikel ini akan membahas latar belakang, analisis teologis, pandangan para pakar, serta relevansi perumpamaan ini bagi kehidupan Kristen masa kini.
Bagian 1: Latar Belakang dan Konteks Markus 12:1-11
1. Konteks Injil Markus
Injil Markus ditulis untuk menunjukkan otoritas Yesus sebagai Anak Allah dan Raja Mesias. Pasal 12 mencatat perumpamaan tentang penggarap kebun anggur, yang Yesus sampaikan dalam konteks perselisihan dengan para pemimpin agama Yahudi. Mereka mempertanyakan otoritas-Nya, dan Yesus menggunakan perumpamaan ini untuk mengungkap ketidaksetiaan mereka kepada Allah.
2. Kebun Anggur sebagai Simbol dalam Alkitab
Kebun anggur sering digunakan dalam Perjanjian Lama sebagai simbol umat Allah, Israel. Dalam Yesaya 5:1-7, kebun anggur melambangkan Israel yang dipelihara Allah tetapi gagal menghasilkan buah yang diinginkan-Nya. Dengan menggunakan simbol yang sama, Yesus menghubungkan perumpamaan ini dengan sejarah panjang pemberontakan Israel terhadap Allah.
Bagian 2: Analisis Teologis Markus 12:1-11
1. Tindakan Tuan Tanah
Tuan tanah dalam perumpamaan ini menggambarkan Allah, yang dengan penuh perhatian menyediakan segala sesuatu yang diperlukan untuk kebun anggur agar menghasilkan buah. Tindakan tuan tanah ini melambangkan kemurahan Allah dalam memelihara umat-Nya.
2. Penggarap yang Pemberontak
Penggarap melambangkan para pemimpin agama Israel yang diberi tanggung jawab untuk memelihara umat Allah. Namun, mereka justru memberontak terhadap Allah, menolak para nabi yang diutus-Nya, dan akhirnya membunuh Anak-Nya.
3. Para Hamba yang Dikirim
Para hamba yang dikirim oleh tuan tanah melambangkan para nabi yang diutus Allah untuk memanggil Israel kepada pertobatan. Penolakan dan penganiayaan terhadap para hamba ini menunjukkan ketidaktaatan Israel terhadap Allah sepanjang sejarah mereka.
4. Anak yang Dibunuh
Anak yang dikirim oleh tuan tanah melambangkan Yesus Kristus. Penolakan terhadap Anak menunjukkan pemberontakan terakhir yang membawa konsekuensi kehancuran.
5. Batu yang Dibuang Menjadi Batu Penjuru
Yesus mengutip Mazmur 118:22-23 untuk menunjukkan bahwa Ia, yang ditolak oleh para pemimpin agama, akan menjadi fondasi Kerajaan Allah yang baru. Batu penjuru melambangkan otoritas Yesus sebagai dasar keselamatan dan pembaruan umat Allah.
Bagian 3: Pandangan Teolog tentang Markus 12:1-11
1. John Calvin: Penghakiman bagi Ketidaksetiaan
John Calvin menyoroti bahwa perumpamaan ini adalah peringatan keras bagi mereka yang menyalahgunakan tanggung jawab rohani. Ia menekankan bahwa penolakan terhadap Kristus membawa penghakiman Allah.
2. Charles Spurgeon: Kesabaran Allah
Spurgeon menyoroti kesabaran Allah yang luar biasa dalam terus mengutus para nabi meskipun ditolak dan dianiaya. Namun, ia juga menekankan bahwa kesabaran Allah ada batasnya, dan pemberontakan yang terus-menerus akan membawa penghukuman.
3. N.T. Wright: Penggenapan dalam Kristus
N.T. Wright mencatat bahwa perumpamaan ini tidak hanya mencerminkan sejarah Israel, tetapi juga merupakan nubuat tentang karya Kristus. Penolakan terhadap Yesus dan pembunuhan-Nya adalah penggenapan dari rencana Allah untuk mendirikan Kerajaan yang baru melalui kebangkitan-Nya.
Bagian 4: Relevansi Markus 12:1-11 bagi Orang Percaya Masa Kini
1. Tanggung Jawab dalam Pelayanan
Perumpamaan ini mengingatkan bahwa setiap orang percaya diberi tanggung jawab untuk memelihara kebun anggur Allah. Hal ini meliputi kehidupan rohani pribadi, keluarga, dan pelayanan di gereja.
2. Penolakan terhadap Kristus
Kisah ini mengingatkan bahwa penolakan terhadap Kristus masih terjadi hingga hari ini. Orang percaya dipanggil untuk memberitakan Injil dan mengingatkan dunia tentang konsekuensi dari menolak Yesus sebagai Juruselamat.
3. Kesabaran dan Kasih Allah
Allah menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam memanggil manusia kepada pertobatan. Namun, kita juga diingatkan bahwa kesabaran ini memiliki batas, dan keputusan untuk menerima atau menolak Kristus membawa dampak kekal.
4. Yesus sebagai Batu Penjuru
Yesus sebagai batu penjuru adalah pengingat bahwa segala sesuatu harus dibangun di atas dasar-Nya. Kehidupan yang berakar pada Kristus akan kokoh dan bertahan menghadapi ujian.
Bagian 5: Aplikasi Praktis dari Markus 12:1-11
1. Menjadi Penggarap yang Setia
Setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi penggarap yang setia dalam kebun anggur Allah. Ini melibatkan pengabdian dalam pelayanan, hidup dalam kekudusan, dan menghasilkan buah-buah rohani.
2. Menghormati Utusan Allah
Para nabi dan pelayan Allah adalah utusan yang diberikan untuk membangun gereja. Kita dipanggil untuk mendukung, menghormati, dan bekerja sama dengan mereka dalam misi Allah.
3. Menjadikan Yesus Sebagai Dasar Hidup
Yesus adalah batu penjuru kehidupan orang percaya. Pastikan setiap aspek kehidupan Anda—karier, keluarga, dan pelayanan—dibangun di atas dasar iman kepada Kristus.
4. Memberitakan Keselamatan dalam Kristus
Seperti para nabi yang diutus oleh Allah, kita dipanggil untuk memberitakan kasih dan keselamatan dalam Kristus, meskipun dunia mungkin menolak pesan ini.
Kesimpulan
Markus 12:1-11 adalah perumpamaan yang kuat tentang kesabaran Allah, pemberontakan manusia, dan konsekuensi dari menolak Kristus. Perumpamaan ini tidak hanya menggambarkan sejarah Israel tetapi juga memberikan pelajaran yang relevan bagi kehidupan Kristen hari ini.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi penggarap yang setia, menghormati Kristus sebagai batu penjuru, dan memberitakan kasih dan keselamatan Allah kepada dunia. Dengan demikian, kita dapat hidup dalam ketaatan kepada Allah dan mengambil bagian dalam rencana-Nya untuk mendirikan Kerajaan yang kekal.
Amin.