Renungan: Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem (Lukas 2:15)
Pendahuluan:
Lukas 2:15 adalah salah satu ayat yang menyentuh hati dalam narasi kelahiran Yesus Kristus. Ayat ini berbunyi:"Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: 'Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.'"
Dalam ayat ini, gembala-gembala yang sederhana mendapat kehormatan luar biasa menjadi saksi kelahiran Mesias. Mereka menerima pesan dari surga, yang kemudian mendorong mereka untuk segera mencari Yesus di Betlehem.
Pesan "Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem" tidak hanya berbicara kepada para gembala pada waktu itu, tetapi juga kepada kita semua. Ini adalah panggilan universal untuk mendekat kepada Kristus, mengalami kehadiran-Nya, dan menyaksikan karya-Nya yang menyelamatkan. Dalam renungan ini, kita akan mengeksplorasi makna ayat ini dalam terang beberapa pandangan teologis, dan bagaimana pesan ini relevan bagi kehidupan kita hari ini.
1. Betlehem: Kota yang Tidak Diperhitungkan
Dalam tradisi Yahudi, Betlehem adalah kota kecil yang memiliki sejarah penting. Ini adalah kota Daud, tempat Raja Israel yang terkenal diurapi. Namun, di masa kelahiran Yesus, Betlehem adalah kota yang tidak menonjol dan mungkin tidak dianggap penting oleh banyak orang.
Menurut teolog N.T. Wright, Betlehem menjadi simbol bagaimana Allah sering bekerja melalui hal-hal kecil, yang diabaikan dunia, untuk menggenapi rencana besar-Nya. Dengan memilih Betlehem sebagai tempat kelahiran Yesus, Allah menunjukkan bahwa keselamatan-Nya bukan hanya untuk orang besar atau penting, tetapi juga bagi mereka yang rendah hati dan sederhana.
Bagi kita, Betlehem bisa menjadi simbol kehidupan kita yang mungkin tampak biasa atau tidak menonjol. Namun, Tuhan mampu mengubah tempat atau situasi yang sederhana menjadi pusat manifestasi kasih dan kuasa-Nya.
Refleksi:
- Apakah kita siap menerima bahwa Tuhan dapat bekerja melalui hidup kita, meskipun kita merasa tidak cukup penting?
- Apakah kita bersedia mengikuti panggilan Tuhan untuk mendekati “Betlehem” kita, tempat di mana kita dapat bertemu Yesus?
2. Panggilan untuk Segera Taat
Kata “marilah sekarang” dalam Lukas 2:15 menunjukkan semangat dan kesegeraan para gembala dalam merespons panggilan untuk mencari Yesus. Mereka tidak menunda atau meragukan pesan yang telah mereka terima. Setelah malaikat meninggalkan mereka, mereka langsung mengambil langkah untuk pergi ke Betlehem.
John Piper, seorang teolog Reformed, menekankan bahwa respons para gembala adalah contoh sempurna dari ketaatan yang sederhana tetapi radikal. Mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami implikasi dari apa yang mereka dengar, tetapi mereka memilih untuk percaya dan bertindak.
Tindakan ini adalah teladan bagi kita. Ketika Tuhan memanggil, kita sering kali tergoda untuk menunda dengan alasan seperti kurangnya waktu, keraguan, atau ketakutan. Tetapi para gembala mengajarkan bahwa berkat terbesar ada pada langkah awal menuju ketaatan.
Refleksi:
- Apakah kita segera menaati panggilan Tuhan dalam hidup kita, ataukah kita sering kali menunda?
- Bagaimana kita dapat mengatasi keraguan untuk mengambil langkah iman yang pertama?
3. Betlehem: Tempat Pertemuan dengan Kristus
Di Betlehem, para gembala akhirnya bertemu dengan Yesus, bayi yang terbaring di palungan seperti yang telah diberitahukan malaikat. Peristiwa ini bukan sekadar kunjungan biasa, melainkan sebuah pengalaman transformasional. Mereka melihat Sang Mesias yang telah lama dinubuatkan, tetapi hadir dalam kesederhanaan yang mencengangkan.
Teolog Dietrich Bonhoeffer menyatakan bahwa Betlehem adalah bukti nyata bahwa Allah mendekat kepada manusia dengan cara yang rendah hati. Kehadiran Yesus di palungan menunjukkan bahwa Allah memilih untuk menjadi bagian dari pengalaman manusia, bahkan dalam keadaan yang paling sederhana.
Betlehem bagi kita adalah tempat di mana kita bertemu Kristus dalam pengalaman pribadi kita. Ini bisa menjadi waktu doa, penyembahan, atau momen kehidupan sehari-hari di mana kita menyadari kehadiran-Nya yang nyata.
Refleksi:
- Di mana “Betlehem” Anda—tempat Anda mengalami perjumpaan dengan Tuhan?
- Bagaimana kita bisa lebih peka terhadap momen-momen pertemuan dengan Kristus dalam kehidupan sehari-hari?
4. Kesederhanaan Gembala: Sebuah Teladan
Para gembala adalah tokoh yang sering diabaikan dalam masyarakat Yahudi pada zaman itu. Mereka bukan golongan yang memiliki status sosial tinggi, tetapi Allah memilih mereka untuk menjadi saksi pertama kelahiran Kristus.
Dalam bukunya The Jesus I Never Knew, Philip Yancey menggambarkan para gembala sebagai simbol bagaimana Allah sering memilih yang lemah dan rendah untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Respons mereka yang rendah hati dan penuh sukacita mengajarkan bahwa pengalaman dengan Tuhan tidak bergantung pada status sosial atau pengetahuan teologis, tetapi pada hati yang terbuka dan bersedia menerima.
Kisah gembala mengingatkan kita bahwa siapa pun kita, tidak ada yang terlalu kecil atau tidak penting bagi Allah. Dia memanggil semua orang, termasuk mereka yang dianggap tidak layak oleh standar dunia.
Refleksi:
- Apakah kita merasa terlalu kecil atau tidak layak untuk menerima kasih Allah?
- Bagaimana kita dapat meniru sikap rendah hati para gembala dalam menyambut panggilan Tuhan?
5. Misi Para Gembala: Memberitakan Kabar Baik
Setelah bertemu dengan Yesus, gembala-gembala itu tidak menyimpan pengalaman mereka sendiri. Lukas 2:17-18 mencatat bahwa mereka memberitakan apa yang telah mereka lihat dan dengar, sehingga banyak orang menjadi heran.
Charles Spurgeon, pengkhotbah terkenal abad ke-19, menyoroti bahwa para gembala ini menjadi penginjil pertama setelah kelahiran Kristus. Mereka tidak memiliki pelatihan formal atau status khusus, tetapi hati mereka dipenuhi dengan sukacita dan semangat untuk berbagi kabar baik.
Hal ini adalah panggilan bagi kita juga. Setelah mengalami kasih Tuhan, respons alami kita seharusnya adalah membagikan kabar baik itu kepada orang lain. Tidak perlu menunggu menjadi sempurna atau memiliki banyak pengetahuan teologis—kita hanya perlu menceritakan apa yang telah Tuhan lakukan dalam hidup kita.
Refleksi:
- Apakah kita sudah membagikan pengalaman perjumpaan kita dengan Tuhan kepada orang lain?
- Bagaimana kita bisa menjadi saksi Kristus di tempat kita berada?
6. Betlehem Hari Ini: Panggilan untuk Semua Orang
Betlehem dalam narasi Lukas bukan hanya sebuah tempat geografis, tetapi juga sebuah simbol perjalanan iman. Panggilan “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem” berbicara kepada semua orang percaya di sepanjang zaman.
Teolog Karl Barth menafsirkan bahwa perjalanan ke Betlehem adalah panggilan untuk mendekat kepada Allah yang telah mendekat kepada kita dalam Yesus Kristus. Betlehem adalah tempat di mana surga bertemu dengan bumi, tempat kasih Allah dinyatakan secara nyata dalam pribadi Yesus.
Hari ini, Betlehem bisa menjadi perjalanan iman kita. Ini adalah panggilan untuk meninggalkan kenyamanan, keraguan, atau gangguan duniawi dan mendekat kepada Yesus dengan hati yang terbuka.
Refleksi:
- Apa “Betlehem” yang sedang Tuhan panggil kita untuk datangi?
- Apakah kita siap meninggalkan kenyamanan atau kebiasaan lama untuk mendekat kepada Tuhan?
Kesimpulan: Melangkah Menuju Betlehem
Pesan "Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem" adalah panggilan untuk mendekat kepada Kristus, Sang Juruselamat dunia. Dalam perjalanan iman ini, kita diajak untuk:
- Menyadari bahwa Allah bekerja melalui hal-hal yang sederhana dan rendah hati.
- Merespons panggilan Tuhan dengan segera dan taat.
- Mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus.
- Membagikan pengalaman kita kepada dunia sebagai saksi hidup.
Betlehem bukan hanya sebuah tempat di masa lalu, tetapi sebuah perjalanan iman yang relevan sepanjang zaman. Allah mengundang kita untuk mengalami kasih-Nya yang melampaui pengertian manusia dan membawa kabar baik itu kepada sesama.
Marilah kita berkata seperti para gembala, “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem,” dan dengan iman melangkah mendekati Sang Mesias.
Amin.