Markus 12:42-48: Persembahan Janda Miskin dan Tanggung Jawab Hamba yang Setia
Pendahuluan:
Markus 12:42-48 adalah bagian penting dari Injil yang menampilkan dua perikop yang berisi pelajaran mendalam tentang hati yang tulus dalam memberi dan tanggung jawab kita sebagai hamba Allah. Perikop ini dimulai dengan kisah tentang seorang janda miskin yang memberikan persembahan kecilnya di Bait Allah, namun mendapat pujian besar dari Yesus. Selanjutnya, teks ini memperingatkan tentang hukuman bagi mereka yang gagal menjalankan tanggung jawab mereka dengan setia.Artikel ini akan mengeksplorasi ayat-ayat ini melalui analisis Alkitab, pendapat para pakar teologi, dan relevansinya bagi kehidupan Kristen modern.
Teks Markus 12:42-48
Markus 12:42-44:
"Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
Markus 12:45-48 (Lukas 12:45-48)
"Tetapi jika hamba itu berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan perempuan, dan makan, minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkanya dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan ia akan menghukum dia dengan berat dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut; dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."
Bagian 1: Persembahan Janda Miskin (Markus 12:42-44)
1. Latar Belakang Kisah
Pada masa Yesus, persembahan di Bait Allah diberikan melalui peti persembahan yang tersedia di halaman Bait Suci. Banyak orang kaya memberikan persembahan dalam jumlah besar yang terlihat mencolok. Namun, Yesus memusatkan perhatian pada seorang janda miskin yang memberi hanya dua peser, yang setara dengan satu duit (mata uang terkecil pada masa itu).
Menurut William Lane dalam The Gospel According to Mark, konteks sosial dari janda ini sangat penting. Dalam masyarakat Yahudi kuno, janda seringkali merupakan kelompok yang paling rentan secara ekonomi karena kehilangan perlindungan suami mereka. Tindakan janda ini menunjukkan pengorbanan besar dan iman yang luar biasa kepada Allah.
2. Pandangan Yesus: Pujian atas Pemberian yang Tulus
Yesus memuji persembahan janda miskin ini karena Ia melihat hati di balik pemberian tersebut. Dalam Markus 12:44, Yesus mengatakan bahwa janda ini memberikan “semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” Ini menunjukkan bahwa persembahan sejati tidak diukur berdasarkan jumlah materi, tetapi berdasarkan pengorbanan dan kepercayaan kepada Allah.
Teolog John Stott menyoroti bahwa pemberian ini adalah tindakan iman yang luar biasa. Dengan memberikan seluruh nafkahnya, janda ini menunjukkan bahwa ia sepenuhnya bergantung pada pemeliharaan Allah. Ini mengingatkan pada ajaran Yesus dalam Matius 6:25-34 tentang tidak khawatir akan kebutuhan hidup, tetapi mencari dahulu kerajaan Allah.
3. Penerapan Praktis untuk Kehidupan Kristen
Kisah ini menantang kita untuk memberi dengan hati yang tulus dan penuh iman, bukan hanya dari kelimpahan kita. R.C. Sproul menulis bahwa persembahan adalah tindakan penyembahan, yang harus dilakukan dengan sikap hati yang benar, mengingat kasih karunia Allah yang melimpah kepada kita.
Dalam konteks modern, memberi tidak hanya berupa uang, tetapi juga waktu, tenaga, dan karunia kita untuk pekerjaan Tuhan. Paulus mengingatkan dalam 2 Korintus 9:7: “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”
Bagian 2: Tanggung Jawab Hamba yang Setia (Markus 12:45-48)
1. Konteks Perumpamaan
Perumpamaan tentang hamba yang tidak setia ini berkaitan dengan tanggung jawab dan kewaspadaan. Yesus menggunakan ilustrasi seorang hamba yang menyalahgunakan kuasa dan tidak siap menyambut kedatangan tuannya. Perumpamaan ini adalah pengingat tentang pentingnya hidup dengan kesadaran bahwa kita bertanggung jawab kepada Allah atas segala yang telah dipercayakan kepada kita.
Menurut Craig Keener dalam The IVP Bible Background Commentary, konsep hamba di sini mengacu pada para pemimpin rohani dan umat percaya yang telah menerima pengajaran dan karunia Allah. Mereka bertanggung jawab untuk melayani dengan setia sambil menantikan kedatangan Kristus kembali.
2. Hukuman atas Ketidaksetiaan
Yesus memperingatkan bahwa hamba yang mengetahui kehendak tuannya tetapi gagal melaksanakannya akan menerima hukuman yang berat. Sebaliknya, mereka yang tidak mengetahui tetapi melakukan hal yang salah akan menerima hukuman lebih ringan.
Leon Morris dalam The Gospel of Luke menjelaskan bahwa bagian ini menunjukkan prinsip keadilan Allah. Allah memperlakukan setiap orang sesuai dengan pengetahuan dan tanggung jawab mereka. Mereka yang telah diberi banyak akan diminta pertanggungjawaban yang lebih besar (ayat 48).
3. Makna Teologis
Peringatan ini menegaskan bahwa pengetahuan tentang kehendak Allah harus diikuti dengan tindakan yang sesuai. Yakobus 4:17 mengatakan: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.”
Teolog John MacArthur menambahkan bahwa perumpamaan ini menekankan pentingnya hidup dengan perspektif kekekalan. Kita dipanggil untuk menjadi hamba yang setia, mengelola waktu, talenta, dan sumber daya kita untuk kemuliaan Allah.
Relevansi Markus 12:42-48 dalam Kehidupan Kristen Modern
1. Memberi dengan Ketulusan dan Pengorbanan
Kisah janda miskin mengajarkan bahwa Allah lebih memperhatikan sikap hati daripada jumlah persembahan. Dalam kehidupan modern, di mana fokus seringkali ada pada materi, kita diingatkan untuk memberi dengan motivasi yang benar. Persembahan kita harus lahir dari rasa syukur kepada Allah, bukan demi pengakuan manusia.
2. Kesetiaan dalam Tanggung Jawab
Tanggung jawab sebagai hamba Allah mencakup seluruh aspek kehidupan kita, baik di gereja, keluarga, maupun masyarakat. Markus 12:45-48 mengajarkan pentingnya mengelola hidup kita dengan bijaksana sambil menantikan kedatangan Kristus kembali. Ini mencakup:
- Pelayanan: Menggunakan karunia rohani untuk membangun tubuh Kristus (1 Korintus 12:7).
- Kesetiaan dalam pekerjaan: Melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan (Kolose 3:23).
- Pemuridan: Membagikan iman kita kepada orang lain (Matius 28:19-20).
3. Hidup dengan Perspektif Kekekalan
Baik persembahan janda miskin maupun perumpamaan tentang hamba menunjukkan bahwa hidup kita adalah milik Allah. Harta, waktu, dan sumber daya kita hanyalah titipan yang harus digunakan untuk kemuliaan-Nya. Hidup dengan perspektif kekekalan berarti mengutamakan hal-hal yang bernilai di hadapan Allah dan melayani dengan sepenuh hati sambil menantikan kedatangan-Nya.
Kesimpulan
Markus 12:42-48 memberikan dua pelajaran utama bagi orang percaya: ketulusan dalam memberi dan tanggung jawab sebagai hamba Allah. Kisah janda miskin mengingatkan kita bahwa Allah menghargai pemberian yang lahir dari iman dan pengorbanan, bukan dari kelimpahan semata. Sementara itu, perumpamaan tentang hamba yang setia memperingatkan kita untuk hidup dengan kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita miliki adalah titipan dari Allah, dan kita akan dimintai pertanggungjawaban atasnya.
Sebagai orang percaya, marilah kita memberi dengan tulus, melayani dengan setia, dan hidup dengan perspektif kekekalan. Dengan demikian, kita dapat menyenangkan hati Allah dan menjadi saksi nyata dari kasih-Nya kepada dunia.
Amin.