1 Korintus 11:17-19: Perpecahan dan Ajaran Sesat dalam Jemaat Korintus
Surat 1 Korintus adalah salah satu surat Rasul Paulus yang paling berpengaruh dalam menjelaskan kehidupan gereja mula-mula dan tantangan yang dihadapinya. Di dalam 1 Korintus 11:17-19, Paulus dengan tegas menyoroti isu perpecahan dan ajaran sesat yang telah menjadi persoalan serius di jemaat Korintus. Jemaat ini, yang penuh dengan potensi rohani, menghadapi konflik internal yang
mencerminkan perpecahan sosial dan spiritual.
Teks 1 Korintus 11:17-19 (TB): 17. “Dalam peraturan-peraturan ini aku tidak dapat memuji kamu, sebab pertemuan-pertemuanmu tidak mendatangkan kebaikan, tetapi mendatangkan keburukan.”
18. “Sebab pertama-tama aku mendengar, bahwa apabila kamu berkumpul sebagai jemaat, ada perpecahan di antara kamu, dan aku percaya bahwa hal itu sampai pada batas tertentu memang benar.”
19. “Sebab di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji.”
Konteks Jemaat Korintus
1. Latar Belakang Jemaat Korintus
Korintus adalah kota pelabuhan yang kaya dan kosmopolitan di Yunani. Kota ini terkenal karena keragaman budaya dan kemerosotan moralnya. Jemaat Korintus mencerminkan keberagaman ini, terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi, kaya dan miskin, serta beragam status sosial. Perbedaan ini sering kali menyebabkan konflik di antara mereka.
2. Permasalahan di Jemaat Korintus
Dalam pasal 11, Paulus mengkritik cara jemaat Korintus melaksanakan Perjamuan Tuhan. Bukannya menjadi momen penyatuan, perjamuan ini justru menciptakan perpecahan berdasarkan status sosial dan ekonomi. Paulus juga menyinggung adanya "ajaran sesat" yang memperparah situasi.
Analisis Ayat 1 Korintus 11:17-19
1. Pertemuan yang Tidak Mendatangkan Kebaikan (1 Korintus 11:17)
“Dalam peraturan-peraturan ini aku tidak dapat memuji kamu, sebab pertemuan-pertemuanmu tidak mendatangkan kebaikan, tetapi mendatangkan keburukan.”
Paulus menegur jemaat Korintus karena pertemuan mereka tidak membawa berkat, melainkan kerusakan. Bukannya memperkuat iman, pertemuan ini justru menjadi ajang perpecahan dan perselisihan.
Pandangan Teologis:
- Leon Morris mencatat bahwa pertemuan jemaat seharusnya menjadi sarana untuk mempererat kesatuan di dalam Kristus, tetapi jemaat Korintus telah menyalahgunakan kesempatan ini untuk memperlihatkan perbedaan sosial dan ekonomi.
- Gordon Fee menekankan bahwa keburukan yang terjadi di pertemuan jemaat Korintus mencerminkan kegagalan mereka memahami makna sejati dari persekutuan Kristen.
Makna Teologis:
Pertemuan jemaat adalah kesempatan untuk memuliakan Allah dan membangun tubuh Kristus. Ketika fokus bergeser dari Kristus kepada kepentingan pribadi atau kelompok, pertemuan itu kehilangan tujuannya.
2. Adanya Perpecahan dalam Jemaat (1 Korintus 11:18)
“Sebab pertama-tama aku mendengar, bahwa apabila kamu berkumpul sebagai jemaat, ada perpecahan di antara kamu, dan aku percaya bahwa hal itu sampai pada batas tertentu memang benar.”
Paulus mengungkapkan kekhawatirannya atas laporan tentang perpecahan dalam jemaat. Perpecahan ini mungkin muncul dari perbedaan status sosial, ekonomi, atau bahkan perbedaan pandangan teologis.
Pandangan Teologis:
- F.F. Bruce menulis bahwa perpecahan ini mencerminkan kegagalan jemaat Korintus untuk hidup sesuai dengan prinsip kasih dan kesetaraan dalam Kristus.
- John Stott menekankan bahwa perpecahan ini bukan hanya masalah sosial, tetapi juga spiritual, karena menunjukkan kurangnya pemahaman tentang kesatuan tubuh Kristus.
Makna Teologis:
Kesatuan adalah ciri khas gereja yang sejati. Ketika jemaat terpecah, itu mencerminkan ketidaktaatan mereka terhadap ajaran Kristus tentang kasih dan kerendahan hati.
3. Perpecahan sebagai Ujian (1 Korintus 11:19)
“Sebab di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji.”
Paulus menyinggung bahwa perpecahan, meskipun negatif, dapat berfungsi sebagai ujian untuk menunjukkan siapa yang benar-benar setia kepada Allah.
Pandangan Teologis:
- Charles Hodge menulis bahwa perpecahan dapat mengungkapkan karakter sejati dari anggota jemaat, apakah mereka hidup dalam kebenaran atau sekadar mengutamakan kepentingan pribadi.
- William Barclay mencatat bahwa ujian ini menunjukkan pentingnya kesetiaan kepada Injil di tengah-tengah konflik dan perbedaan.
Makna Teologis:
Meskipun perpecahan tidak ideal, Allah dapat menggunakan situasi tersebut untuk menyaring mereka yang setia kepada-Nya dan mengarahkan jemaat kembali kepada kebenaran.
Akar Perpecahan dan Ajaran Sesat di Jemaat Korintus
1. Perpecahan Berdasarkan Status Sosial dan Ekonomi
Jemaat Korintus terdiri dari berbagai lapisan sosial. Perbedaan ini sering kali menciptakan konflik, terutama dalam konteks Perjamuan Tuhan, di mana golongan kaya memisahkan diri dari golongan miskin (1 Korintus 11:21).
2. Perselisihan Teologis
Selain perbedaan sosial, jemaat Korintus juga menghadapi perselisihan teologis. Beberapa kelompok mungkin mengikuti ajaran yang bertentangan dengan Injil, yang menyebabkan munculnya "ajaran sesat."
3. Kesombongan Rohani
Sebagian jemaat Korintus merasa superior secara rohani karena karunia yang mereka miliki, yang menciptakan hierarki dalam komunitas Kristen.
Relevansi 1 Korintus 11:17-19 Bagi Gereja Masa Kini
1. Membangun Kesatuan dalam Jemaat
Kesatuan adalah esensi dari tubuh Kristus. Perpecahan dalam gereja masa kini sering kali disebabkan oleh perbedaan pendapat, status sosial, atau prioritas yang salah.
Aplikasi: 1. Fokuskan kegiatan gereja pada Kristus sebagai pusat kesatuan. 2. Dorong komunikasi dan pemahaman yang mendalam di antara anggota jemaat.
2. Menghindari Sikap Eksklusif
Sikap eksklusif dapat merusak hubungan di dalam jemaat. Gereja harus menjadi tempat di mana semua orang, tanpa memandang latar belakang, diterima dan dihargai.
Aplikasi: 1. Ciptakan budaya inklusif di gereja. 2. Pastikan semua anggota jemaat merasa dihormati dan diterima.
3. Mempertahankan Kemurnian Doktrin
Ajaran sesat dapat menghancurkan gereja dari dalam. Gereja harus menjaga kemurnian doktrin dengan tetap berpegang pada ajaran Alkitab.
Aplikasi: 1. Perkuat pengajaran Alkitab dalam gereja. 2. Berikan pelatihan kepada pemimpin gereja untuk mengenali dan menangani ajaran sesat.
Kesimpulan
1 Korintus 11:17-19 adalah peringatan serius tentang bahaya perpecahan dan ajaran sesat dalam gereja. Paulus menegur jemaat Korintus karena pertemuan mereka justru memperburuk situasi, bukannya memperkuat kesatuan dalam Kristus.
Baca Juga: 1 Korintus 11:16: Kesatuan Gereja Lebih Penting daripada aturan Sekunder
Sebagai gereja masa kini, kita dipanggil untuk belajar dari kesalahan jemaat Korintus, menjaga kesatuan tubuh Kristus, menghindari sikap eksklusif, dan mempertahankan kemurnian doktrin. Dengan demikian, kita dapat menjadi saksi Injil yang efektif di dunia yang terpecah-pecah. “Sebab di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji.” (1 Korintus 11:19).