Kristus sebagai Imam
Pendahuluan:
Salah satu peran utama Yesus Kristus yang disoroti dalam teologi Kristen adalah sebagai Imam Besar yang kekal. Peran ini, yang sering dikaitkan dengan doktrin keselamatan, menegaskan bahwa Yesus menjadi pengantara antara manusia yang berdosa dan Allah yang kudus. Sebagai Imam, Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban sempurna sekali untuk selamanya, yang menyelesaikan
seluruh kebutuhan akan korban dalam sistem keimaman Perjanjian Lama.
Dasar Alkitabiah Kristus sebagai Imam
Konsep Yesus sebagai Imam berasal dari penafsiran Alkitab, khususnya dalam kitab Ibrani, yang secara khusus membahas jabatan keimaman Kristus. Namun, jejak pemikiran ini sudah dapat ditemukan sejak Perjanjian Lama.
1. Keimaman dalam Perjanjian Lama
Peran Para Imam
Dalam sistem keimaman Perjanjian Lama, imam berfungsi sebagai perantara antara Allah dan umat Israel. Mereka mempersembahkan korban untuk dosa bangsa itu dan mewakili umat di hadapan Allah. Imamat 16 mencatat tugas Imam Besar pada Hari Pendamaian (Yom Kippur), di mana darah korban disiramkan di atas tutup pendamaian untuk menghapus dosa-dosa Israel.Nubuat tentang Imam yang Akan Datang
Beberapa nubuat dalam Perjanjian Lama menggambarkan seorang Imam yang lebih besar akan datang, yang mengatasi kelemahan sistem keimaman saat itu. Mazmur 110:4 menubuatkan:
"TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: 'Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.'"
Nubuat ini menunjuk kepada Yesus sebagai Imam yang abadi, yang tidak berasal dari garis keturunan Harun tetapi sesuai dengan peraturan Melkisedek.
2. Kristus sebagai Imam dalam Perjanjian Baru
- Kitab Ibrani: Penekanan pada Keimaman Kristus
Kitab Ibrani adalah sumber utama yang menjelaskan Yesus sebagai Imam Besar yang kekal. Dalam Ibrani 4:14-16, Yesus digambarkan sebagai Imam Besar yang penuh belas kasihan, yang dapat memahami kelemahan manusia karena Ia sendiri mengalami pencobaan tetapi tanpa dosa.
Ibrani 7:23-27 menegaskan keunggulan keimaman Yesus dibandingkan dengan keimaman Lewi:
Imam Lewi bersifat sementara karena mereka meninggal, tetapi Yesus hidup selama-lamanya.
Imam Lewi harus mempersembahkan korban berulang kali, tetapi Yesus mempersembahkan diri-Nya sekali untuk selamanya.
Yesus sebagai Korban dan Imam
Yesus tidak hanya bertindak sebagai Imam yang mempersembahkan korban, tetapi juga sebagai korban itu sendiri. Ibrani 9:12 menulis:"Dan Ia masuk ke dalam tempat kudus, bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Ia telah mendapat penebusan yang kekal."
Dengan mempersembahkan diri-Nya, Yesus memenuhi tuntutan keadilan Allah dan mendamaikan manusia dengan Allah.
Fungsi Keimaman Kristus
Pendamaian Dosa
Sebagai Imam, Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna untuk dosa manusia. Pendamaian ini tidak hanya menutupi dosa, seperti dalam Perjanjian Lama, tetapi sepenuhnya menghapus dosa. Roma 5:10 menyatakan:"Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, akan diselamatkan oleh hidup-Nya!"Pengantara di Hadapan Allah
Kristus bertindak sebagai pengantara, berdoa dan membela orang percaya di hadapan Allah. Dalam 1 Yohanes 2:1, Yesus disebut sebagai "Pengantara pada Bapa," yang membela umat-Nya ketika mereka berdosa.Pemeliharaan Kehidupan Rohani
Sebagai Imam, Kristus menopang umat-Nya dengan kasih karunia-Nya, memberikan kekuatan untuk menjalani kehidupan Kristen yang setia. Ibrani 4:16 mengundang orang percaya untuk mendekat dengan keberanian kepada takhta kasih karunia agar menerima pertolongan pada waktu yang tepat.
Makna Teologis Kristus sebagai Imam
Kesempurnaan Korban Yesus
Persembahan Yesus sebagai korban adalah final dan sempurna. Hal ini mengakhiri kebutuhan akan korban hewan yang berulang. Dalam Ibrani 10:10, penulis menyatakan bahwa melalui kehendak Allah, umat telah dikuduskan "oleh persembahan tubuh Yesus Kristus satu kali untuk selama-lamanya."Akses Langsung kepada Allah
Keimaman Kristus membuka jalan bagi manusia untuk mendekat kepada Allah tanpa perantara manusia. Ketika Yesus mati di kayu salib, tabir Bait Suci terbelah dua, melambangkan bahwa penghalang antara Allah dan manusia telah dihilangkan (Matius 27:51).Keimaman yang Kekal
Yesus adalah Imam Besar yang kekal menurut peraturan Melkisedek (Ibrani 7:17). Artinya, keimaman-Nya tidak bersifat sementara seperti keimaman Lewi, tetapi berlangsung selamanya. Ini memberikan jaminan keselamatan bagi orang percaya.Keberpihakan dan Keterlibatan Kristus
Sebagai Imam, Yesus tidak hanya menjalankan tugas keimaman dari kejauhan, tetapi juga turut merasakan penderitaan manusia. Ibrani 4:15 menegaskan bahwa Yesus mampu bersimpati dengan kelemahan kita karena Ia telah mengalami pencobaan dalam segala hal, tetapi tanpa dosa.
Pandangan Teologis tentang Kristus sebagai Imam
Agustinus dari Hippo
Agustinus menekankan bahwa Kristus adalah Imam yang mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban. Dalam salah satu khotbahnya, ia menulis:"Kristus adalah Imam sekaligus korban. Sebagai korban, Ia adalah persembahan; sebagai Imam, Ia adalah yang mempersembahkan. Dialah yang mempersembahkan dan dipersembahkan, Allah dan manusia."
Agustinus melihat keimaman Kristus sebagai puncak dari kasih Allah, di mana Allah memberikan diri-Nya sendiri untuk menyelamatkan manusia.Anselmus dari Canterbury
Dalam Cur Deus Homo, Anselmus menjelaskan keimaman Kristus sebagai kebutuhan mutlak dalam rencana keselamatan. Ia menulis:"Manusia berutang kepada Allah ketaatan yang sempurna, tetapi hanya Allah sendiri yang mampu memenuhinya. Karena itu, Allah menjadi manusia dalam Kristus, sehingga Ia dapat bertindak sebagai Imam yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban sempurna."
Anselmus melihat keimaman Kristus sebagai penghubung antara keadilan dan kasih Allah.John Calvin
Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menekankan tiga jabatan Kristus: nabi, imam, dan raja. Sebagai Imam, Kristus adalah Pengantara yang mempersembahkan diri-Nya untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Calvin menulis:"Kristus mempersembahkan diri-Nya satu kali untuk selamanya sebagai korban bagi dosa-dosa kita, dan melalui pengorbanan itu, kita diperdamaikan dengan Allah."
Calvin juga menyoroti bahwa keimaman Kristus memungkinkan orang percaya untuk datang kepada Allah dengan keberanian, karena Yesus senantiasa menjadi pembela mereka di hadapan Allah.Karl Barth
Barth dalam Church Dogmatics menekankan keimaman Kristus sebagai inti dari karya pendamaian Allah. Ia menulis:"Keimaman Kristus adalah wujud kasih Allah yang tak terbatas, di mana Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya melalui pengorbanan Kristus."
Barth melihat keimaman Kristus sebagai tindakan Allah untuk memulihkan hubungan yang rusak antara manusia dan Pencipta mereka.J.I. Packer
Dalam Knowing God, Packer menekankan peran Kristus sebagai Imam yang menopang kehidupan rohani orang percaya. Ia menulis:"Kristus, Imam Besar kita, bukan hanya mendamaikan dosa kita, tetapi juga terus mendoakan kita dan memberi kita kekuatan untuk menjalani hidup Kristen."
Packer melihat keimaman Kristus sebagai sumber penghiburan dan pengharapan yang terus-menerus bagi umat percaya.
Implikasi Keimaman Kristus bagi Kehidupan Orang Kristen
Akses kepada Allah
Keimaman Kristus membuka jalan bagi orang percaya untuk datang langsung kepada Allah tanpa perlu perantara manusia. Ini memberikan kebebasan dan keberanian dalam doa serta hubungan yang intim dengan Allah.Jaminan Keselamatan
Karena keimaman Kristus adalah kekal, orang percaya memiliki jaminan keselamatan yang tidak dapat digoyahkan. Ibrani 7:25 menegaskan bahwa Yesus hidup selama-lamanya untuk menjadi pengantara bagi umat-Nya.Penghiburan dalam Penderitaan
Sebagai Imam yang penuh belas kasihan, Kristus memahami penderitaan manusia. Ini memberikan penghiburan bagi orang percaya bahwa mereka tidak pernah sendirian dalam pencobaan atau kesulitan mereka.Panggilan untuk Hidup Kudus
Karena Yesus adalah Imam yang menguduskan umat-Nya, orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada Allah.Kehidupan yang Berpusat pada Kristus
Keimaman Kristus menekankan bahwa hanya melalui Dia orang percaya dapat menerima keselamatan dan pertolongan. Ini mendorong orang Kristen untuk hidup bergantung pada Kristus setiap hari.
Kesimpulan
Kristus sebagai Imam adalah doktrin yang menyoroti karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. Sebagai Imam Besar yang kekal, Yesus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna untuk dosa manusia, membuka akses langsung kepada Allah, dan terus bertindak sebagai pengantara di hadapan-Nya.
Pandangan teologis dari Agustinus, Anselmus, Calvin, Barth, dan Packer menunjukkan bahwa keimaman Kristus adalah bukti kasih Allah yang luar biasa dan dasar dari keselamatan Kristen. Implikasi praktis dari doktrin ini meluas ke dalam kehidupan doa, hubungan dengan Allah, dan panggilan untuk hidup dalam kekudusan.
Sebagaimana dinyatakan dalam Ibrani 4:14:
"Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita."
Yesus sebagai Imam adalah sumber pengharapan, penghiburan, dan kekuatan bagi umat percaya sepanjang zaman.