Ajaran Yesus yang Berasal dari Allah: Yohanes 7:16-19

Ajaran Yesus yang Berasal dari Allah: Yohanes 7:16-19
Pendahuluan:

Yohanes 7:16-19 mencakup pengajaran penting Yesus tentang asal dan otoritas ajaran-Nya. Bagian ini ditulis dalam konteks perayaan Hari Raya Pondok Daun di Yerusalem, ketika Yesus mengajar di Bait Allah dan menghadapi tantangan dari para pemimpin Yahudi. Berikut adalah teks ayatnya:

Dalam ayat-ayat ini, Yesus menegaskan bahwa ajaran-Nya berasal dari Allah, bukan dari diri-Nya sendiri. Dia juga menjelaskan hubungan antara ketaatan kepada kehendak Allah dan pengenalan akan kebenaran ajaran-Nya, serta mengecam kemunafikan orang Yahudi yang mengaku mengikuti hukum 
Taurat tetapi berusaha membunuh-Nya.

Artikel ini akan menguraikan Yohanes 7:16-19 secara mendalam berdasarkan teks Alkitab, pandangan para pakar teologi, dan relevansinya bagi kehidupan Kristen.

1. Konteks Yohanes 7:16-19

a. Perayaan Hari Raya Pondok Daun

Yohanes 7 mencatat peristiwa di Yerusalem selama Hari Raya Pondok Daun (Sukkot), salah satu perayaan besar dalam tradisi Yahudi. Pada hari raya ini, orang Yahudi berkumpul untuk memperingati pemeliharaan Allah selama perjalanan bangsa Israel di padang gurun.

Yesus pergi ke Yerusalem untuk menghadiri perayaan ini (Yohanes 7:10) dan mulai mengajar di Bait Allah (Yohanes 7:14). Kehadiran-Nya memicu kontroversi karena orang-orang mempertanyakan asal-usul dan otoritas-Nya.

b. Tantangan terhadap Otoritas Yesus

Dalam Yohanes 7:15, para pemimpin Yahudi heran bagaimana Yesus dapat memiliki pengajaran yang mendalam tanpa menerima pendidikan formal dalam hukum Taurat. Ini mencerminkan keengganan mereka untuk mengakui otoritas Yesus, meskipun mereka tidak dapat menyangkal hikmat dan kuasa dalam ajaran-Nya.

Pandangan Teologis
Leon Morris dalam The Gospel According to John mencatat bahwa pertanyaan tentang otoritas Yesus mencerminkan konflik mendasar antara para pemimpin Yahudi dan misi Yesus. Mereka mempertanyakan otoritas Yesus karena Dia tidak sesuai dengan standar institusi keagamaan mereka.

2. Yohanes 7:16 - "Ajaranku Tidak Berasal dari Diri-Ku Sendiri"

a. Ajaran Yesus dan Sumber Ilahi

Yesus dengan tegas menyatakan bahwa ajaran-Nya berasal dari Allah yang mengutus-Nya. Pernyataan ini memperkuat otoritas-Nya sebagai utusan Allah dan menyangkal tuduhan bahwa Dia berbicara atas dasar pemikiran manusia.

"Karena Aku tidak berbicara dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan." (Yohanes 12:49, TB).

Pernyataan Yesus ini menegaskan bahwa Dia adalah wahyu sempurna dari Allah, yang menyampaikan kebenaran ilahi secara langsung kepada manusia.

b. Relevansi bagi Orang Percaya

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menerima ajaran Yesus sebagai firman Allah yang berotoritas. Kehidupan Kristen harus didasarkan pada pengajaran-Nya, yang merupakan pernyataan kehendak Allah bagi dunia.

Pandangan Teologis
R.C. Sproul dalam John: An Expositional Commentary menekankan bahwa pernyataan Yesus menunjukkan posisi unik-Nya sebagai Firman Allah yang menjadi manusia (Yohanes 1:14). Ajaran Yesus tidak dapat dipisahkan dari otoritas ilahi yang mendasarinya.

3. Yohanes 7:17 - "Barangsiapa Mau Melakukan Kehendak-Nya"

a. Hubungan antara Ketaatan dan Pengenalan Kebenaran

Yesus menyatakan bahwa pengenalan akan asal ilahi ajaran-Nya bergantung pada kehendak seseorang untuk melakukan kehendak Allah. Dengan kata lain, ketaatan kepada Allah membuka jalan untuk memahami dan menerima kebenaran ajaran Yesus.

"Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan." (Amsal 1:7, TB).

Yesus mengajarkan bahwa pemahaman rohani tidak hanya dicapai melalui pengetahuan intelektual tetapi juga melalui sikap hati yang tunduk kepada Allah.

b. Relevansi bagi Kehidupan Kristen

Sebagai orang percaya, kita tidak hanya dipanggil untuk memahami ajaran Yesus tetapi juga untuk hidup dalam ketaatan kepada kehendak Allah. Ketaatan ini adalah bukti iman yang sejati dan jalan untuk mengalami kebenaran Allah secara mendalam.

Pandangan Teologis
John Stott dalam Basic Christianity menjelaskan bahwa iman Kristen melibatkan pengertian intelektual, tetapi juga komitmen moral untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Tanpa ketaatan, pengenalan akan kebenaran menjadi dangkal.

Dallas Willard dalam Hearing God menegaskan bahwa ketaatan kepada Allah adalah kunci untuk membuka pemahaman rohani. Mereka yang tunduk kepada Allah akan lebih peka terhadap suara-Nya.

4. Yohanes 7:18 - "Mencari Hormat bagi Dia yang Mengutusnya"

a. Karakter Ajaran Yesus

Yesus membandingkan ajaran-Nya dengan ajaran manusia. Dia menegaskan bahwa ajaran-Nya ditujukan untuk memuliakan Allah, bukan untuk keuntungan pribadi. Sebaliknya, mereka yang mengajarkan dari diri sendiri sering kali termotivasi oleh ambisi pribadi.

"Aku tidak mencari hormat bagi diri-Ku sendiri." (Yohanes 8:50, TB).

Yesus adalah contoh sempurna dari integritas dalam pelayanan, yang seluruhnya ditujukan untuk kehormatan Allah.

b. Kebenaran dalam Ajaran Yesus

Yesus menyatakan bahwa tidak ada kebohongan dalam ajaran-Nya karena Dia sepenuhnya berkomitmen untuk memuliakan Allah. Ini mencerminkan sifat Allah yang adalah kebenaran sejati.

"Aku adalah jalan dan kebenaran dan hidup." (Yohanes 14:6, TB).

c. Relevansi bagi Kehidupan Kristen

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk meneladani motivasi-Nya dalam pelayanan dan kehidupan. Segala sesuatu yang kita lakukan harus diarahkan untuk memuliakan Allah, bukan untuk mencari pengakuan atau kehormatan pribadi.

Pandangan Teologis
F.F. Bruce dalam The Gospel of John mencatat bahwa pernyataan Yesus menekankan integritas-Nya sebagai utusan Allah. Dia hanya mencari kehendak dan kemuliaan Allah, bukan keuntungan atau pujian manusia.

5. Yohanes 7:19 - "Tidak Seorang Pun Melakukan Hukum Taurat"

a. Kemunafikan Orang Yahudi

Yesus menegur orang Yahudi karena meskipun mereka mengaku menerima hukum Taurat, mereka tidak mematuhinya. Bahkan, mereka berusaha membunuh Yesus, tindakan yang jelas bertentangan dengan hukum Taurat.

"Jangan membunuh." (Keluaran 20:13, TB).

Teguran ini mengungkapkan kemunafikan mereka, yang secara lahiriah mematuhi hukum tetapi gagal mempraktikkannya dalam hati.

b. Relevansi bagi Kehidupan Kristen

Kritik Yesus terhadap orang Yahudi adalah peringatan bagi kita untuk tidak jatuh ke dalam kemunafikan rohani. Kehidupan Kristen sejati tidak hanya melibatkan ketaatan lahiriah tetapi juga hati yang sungguh-sungguh tunduk kepada Allah.

Pandangan Teologis
John Calvin dalam Commentary on the Gospel of John mencatat bahwa kritik Yesus terhadap orang Yahudi mengungkapkan bagaimana mereka menggunakan hukum Taurat untuk membenarkan diri tetapi gagal mempraktikkan intinya. Hal ini menunjukkan kebutuhan akan kasih karunia yang ditemukan dalam Yesus.

6. Relevansi Yohanes 7:16-19 bagi Kehidupan Kristen

a. Mengakui Otoritas Yesus

Yesus mengajarkan dengan otoritas ilahi, yang memanggil kita untuk tunduk sepenuhnya kepada firman-Nya. Sebagai pengikut-Nya, kita harus menerima bahwa ajaran-Nya adalah kebenaran mutlak.

b. Hidup dalam Ketaatan

Yesus mengajarkan bahwa kebenaran hanya dapat dikenali melalui ketaatan kepada Allah. Orang Kristen dipanggil untuk menjalani kehidupan yang mencerminkan kasih, kerendahan hati, dan ketaatan kepada kehendak Allah.

c. Meneladani Motivasi Yesus

Dalam pelayanan dan kehidupan, kita harus meneladani Yesus dengan mencari kemuliaan Allah, bukan penghormatan atau pengakuan pribadi.

Kesimpulan

Yohanes 7:16-19 menegaskan asal ilahi ajaran Yesus, hubungan antara ketaatan dan pengenalan kebenaran, serta integritas-Nya dalam memuliakan Allah. Ayat-ayat ini mengingatkan kita untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah, menjadikan firman-Nya sebagai otoritas tertinggi, dan menjalani kehidupan yang memuliakan Dia.

Baca Juga: Yohanes 7:14-15: Kekaguman Orang Yahudi terhadap Pengajaran Yesus

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menghayati ajaran-Nya dalam kehidupan sehari-hari, menolak kemunafikan, dan mencari kehormatan Allah dalam segala hal yang kita lakukan. Semoga kita terus merenungkan firman ini dan hidup dalam kebenaran yang telah dinyatakan melalui Yesus Kristus.

Next Post Previous Post