Yohanes 7:14-15: Kekaguman Orang Yahudi terhadap Pengajaran Yesus
Yohanes 7:14-15 merupakan bagian dari kisah Yesus yang mengajar di Bait Allah pada saat Hari Raya Pondok Daun. Dalam bagian ini, kekaguman orang Yahudi terhadap kemampuan pengajaran Yesus menjadi sorotan. Mereka heran karena Yesus, yang bukan bagian dari lingkungan pendidikan rabinik
formal, mampu mengajarkan Firman Allah dengan otoritas dan hikmat yang luar biasa.
Berikut adalah teks Yohanes 7:14-15 (TB):14 "Ketika pesta itu sedang berlangsung, Yesus naik ke Bait Allah lalu mengajar di situ."15 "Maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: 'Bagaimana orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!'"
1. Konteks Historis dan Latar Belakang
a. Hari Raya Pondok Daun
Hari Raya Pondok Daun (Sukkot) adalah salah satu hari raya besar Yahudi yang berlangsung selama tujuh hari, di mana umat Israel merayakan pemeliharaan Allah selama perjalanan mereka di padang gurun. Selama perayaan ini, Bait Allah menjadi pusat kegiatan keagamaan, termasuk pembacaan dan pengajaran Taurat.
Pandangan F.F. Bruce
F.F. Bruce dalam The Gospel of John menjelaskan bahwa Hari Raya Pondok Daun merupakan momen yang penuh makna untuk kehadiran Yesus, karena hari raya ini melambangkan pemeliharaan Allah, sementara Yesus adalah penggenapan pemeliharaan tersebut sebagai Sang Mesias. Pengajaran Yesus di Bait Allah pada waktu ini menggarisbawahi otoritas-Nya sebagai Firman yang hidup.
b. Pendidikan Rabinik pada Zaman Yesus
Pada masa Yesus, pendidikan rabinik adalah jalur utama bagi seseorang untuk diakui sebagai ahli Taurat. Seorang murid belajar langsung dari seorang rabi terkenal, seperti hubungan Paulus dengan Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3). Orang Yahudi di Yohanes 7:15 heran karena Yesus tidak mengikuti pendidikan formal semacam itu, tetapi pengajaran-Nya menunjukkan hikmat dan kedalaman yang melampaui standar keagamaan mereka.
Pandangan Andreas J. Köstenberger
Köstenberger dalam John: Baker Exegetical Commentary on the New Testament mencatat bahwa keheranan orang Yahudi terhadap Yesus mencerminkan ketergantungan mereka pada tradisi manusia, bukan pada kuasa Allah yang dapat bekerja di luar sistem manusia. Hal ini menegaskan keunikan Yesus sebagai pengajar yang langsung berhubungan dengan Allah.
2. Analisis Ayat Yohanes 7:14-15
Yohanes 7:14: Yesus Mengajar di Bait Allah
"Ketika pesta itu sedang berlangsung, Yesus naik ke Bait Allah lalu mengajar di situ."
Ayat ini menggambarkan Yesus sebagai seorang guru yang berani dan otoritatif. Ia sengaja menunggu hingga pertengahan hari raya untuk muncul di Bait Allah, waktu di mana banyak orang berkumpul, sehingga pesan-Nya akan memiliki dampak maksimal.
Pandangan Leon Morris
Leon Morris dalam The Gospel According to John mencatat bahwa tindakan Yesus mengajar di Bait Allah menunjukkan ketegasan misi-Nya meskipun ada ancaman terhadap keselamatan-Nya. Morris menekankan bahwa Yesus tidak gentar menghadapi oposisi, karena Ia sadar akan waktu dan tujuan misi-Nya yang berasal dari Allah.
Yohanes 7:15: Kekaguman Orang Yahudi
"Maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: 'Bagaimana orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!'"
Ayat ini mencatat reaksi orang Yahudi yang terkejut melihat otoritas pengajaran Yesus, meskipun Ia tidak pernah belajar di bawah seorang rabi. Kekaguman mereka menunjukkan pengakuan atas kebijaksanaan dan wawasan Yesus, meskipun mereka menolak untuk percaya bahwa sumber hikmat-Nya adalah Allah.
Pandangan D.A. Carson
D.A. Carson dalam The Gospel According to John menjelaskan bahwa kekaguman orang Yahudi tidak disertai dengan pengakuan iman. Mereka lebih fokus pada latar belakang manusiawi Yesus daripada pada kuasa ilahi yang menyertai pengajaran-Nya. Carson menekankan bahwa hikmat Yesus tidak berasal dari tradisi rabinik tetapi langsung dari Allah.
3. Hikmat Yesus: Sumber Ilahi yang Melampaui Tradisi Manusia
a. Pengajaran dengan Otoritas
Yesus mengajar dengan otoritas yang tidak berasal dari manusia. Dalam Yohanes 7:16, Yesus berkata, "Ajaran-Ku bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku." Hal ini menegaskan bahwa hikmat Yesus berasal langsung dari Allah.
Pendapat William Barclay
William Barclay dalam The Daily Study Bible menjelaskan bahwa otoritas pengajaran Yesus bukan hanya terletak pada isi ajaran-Nya, tetapi juga pada sumbernya. Barclay mencatat bahwa pengajaran Yesus tidak membutuhkan pengesahan dari manusia karena berasal langsung dari Allah, Sang Sumber Kebenaran.
b. Kebijaksanaan yang Melampaui Tradisi Rabinik
Yesus melampaui tradisi rabinik yang sering kali terjebak dalam legalisme. Dalam Matius 7:28-29, orang-orang juga terheran-heran karena Yesus mengajar dengan otoritas, berbeda dari ahli-ahli Taurat. Ini menunjukkan bahwa pengajaran Yesus berakar pada hubungan-Nya dengan Allah, bukan pada institusi manusia.
4. Keheranan Orang Yahudi: Kekaguman Tanpa Iman
Meskipun mereka terkesan dengan pengajaran Yesus, orang Yahudi tetap menolak untuk percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Keheranan mereka hanya sebatas intelektual dan tidak membawa mereka kepada pertobatan atau pengakuan iman.
a. Kekaguman yang Kosong
Yesus sering kali menghadapi kekaguman yang tidak menghasilkan iman sejati. Dalam Yohanes 6:26, Ia menegur orang banyak yang mengikuti-Nya hanya karena mereka makan roti dan kenyang. Kekaguman semacam ini tidak melibatkan penerimaan Yesus sebagai Mesias.
Pandangan N.T. Wright
N.T. Wright dalam Jesus and the Victory of God menyoroti bahwa respons orang Yahudi terhadap Yesus sering kali mencerminkan konflik antara ekspektasi mereka tentang Mesias dan realitas yang Yesus bawa. Kekaguman mereka tidak menghasilkan iman karena mereka tidak dapat menerima bahwa Yesus melampaui kerangka pemikiran mereka.
b. Kontras dengan Iman yang Sejati
Iman sejati melibatkan pengakuan akan otoritas Yesus sebagai Anak Allah. Dalam Yohanes 8:31-32, Yesus berkata bahwa mereka yang benar-benar menjadi murid-Nya akan tinggal dalam firman-Nya dan mengenal kebenaran yang memerdekakan.
5. Relevansi Yohanes 7:14-15 bagi Kehidupan Kristen
a. Hikmat dalam Kristus
Kekaguman terhadap hikmat Yesus mengingatkan orang percaya bahwa hikmat sejati hanya dapat ditemukan dalam Kristus. Dalam Kolose 2:3, Paulus menyatakan bahwa di dalam Kristus tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan. Orang Kristen dipanggil untuk mencari hikmat yang bersumber dari hubungan pribadi dengan Allah, bukan dari sistem dunia.
b. Mengajar dengan Kuasa Allah
Yesus adalah teladan bagi semua pengajar dan pemberita Firman. Seperti Yesus, kita dipanggil untuk mengajar dengan otoritas yang berasal dari hubungan kita dengan Allah, bukan dari pengesahan manusia semata.
Pandangan Dietrich Bonhoeffer
Dietrich Bonhoeffer dalam Life Together menekankan bahwa pengajaran Kristen harus berakar pada Firman Allah dan hubungan dengan Kristus. Bonhoeffer memperingatkan bahwa tanpa otoritas ilahi, pengajaran manusia akan kehilangan kuasa untuk membawa transformasi sejati.
c. Kekaguman yang Membawa Iman
Orang percaya harus melampaui sekadar kekaguman intelektual terhadap Yesus dan beranjak kepada iman yang sejati. Yohanes 20:31 menjelaskan bahwa tujuan penulisan Injil adalah agar pembacanya percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, dan dengan demikian memperoleh hidup dalam nama-Nya.
6. Prinsip-Prinsip Teologi dari Yohanes 7:14-15
a. Otoritas Yesus Berasal dari Allah
Pengajaran Yesus tidak membutuhkan pengesahan manusia karena berasal langsung dari Allah. Hal ini menegaskan keunikan Yesus sebagai Sang Firman yang menjadi manusia (Yohanes 1:14).
b. Hikmat Sejati Adalah Anugerah Allah
Yesus menunjukkan bahwa hikmat sejati tidak tergantung pada pendidikan manusia, tetapi adalah pemberian Allah kepada mereka yang memiliki hubungan dengan-Nya.
c. Respons terhadap Yesus Menentukan Iman
Kekaguman saja tidak cukup; iman sejati melibatkan pengakuan dan penyerahan kepada otoritas Yesus.
Kesimpulan
Yohanes 7:14-15 adalah pengingat akan otoritas ilahi Yesus dalam pengajaran-Nya dan tantangan bagi kita untuk merespons-Nya dengan iman, bukan sekadar kekaguman intelektual. Yesus tidak hanya seorang guru yang bijaksana, tetapi Ia adalah Firman Allah yang hidup, sumber kebenaran dan hikmat sejati.
Baca Juga: Yohanes 7:10-13: Keberangkatan Terakhir Yesus, Misi Penebusan di Yerusalem
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mencari hikmat dalam Kristus, hidup berdasarkan kebenaran-Nya, dan mengajarkan Firman dengan kuasa Allah. Kekaguman terhadap Yesus harus mendorong kita kepada iman yang membawa hidup.