Arti Susu dan Makanan Keras:1 Korintus 3:2

Arti Susu dan Makanan Keras:1 Korintus 3:2
Pendahuluan:

Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus menggunakan metafora "susu" dan "makanan keras" untuk menggambarkan tingkat kedewasaan rohani jemaat tersebut. Ungkapan ini ditemukan dalam 1 Korintus 3:2, di mana Paulus menegur jemaat Korintus karena ketidakmampuan mereka untuk 
menerima ajaran yang lebih dalam.

Artikel ini akan membahas secara mendalam makna "susu" dan "makanan keras" dalam konteks ayat ini, dengan dukungan pandangan teologi dari berbagai sumber serta aplikasinya bagi kehidupan Kristen.

Teks 1 Korintus 3:2

Berikut teksnya dari Alkitab Terjemahan Baru:

“Susulah yang kuberikan kepadamu, bukan makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Tetapi sekarang pun kamu belum dapat menerimanya.”

Dalam ayat ini, Paulus menyinggung dua jenis makanan rohani, yaitu "susu" dan "makanan keras," sebagai simbol kedewasaan spiritual. Kedua istilah ini menjadi pintu masuk untuk memahami kondisi rohani jemaat Korintus dan pelajaran penting bagi orang percaya sepanjang zaman.

1. Konteks Jemaat Korintus

Untuk memahami metafora ini, penting untuk mengenal situasi jemaat Korintus. Kota Korintus adalah pusat perdagangan dan budaya pada zaman Paulus. Jemaat di sana menghadapi tantangan besar berupa pengaruh filsafat Yunani, moralitas rendah, dan persaingan antar golongan. Dalam konteks ini, Paulus mendapati bahwa jemaat Korintus masih terikat oleh sifat kedagingan, meskipun mereka telah menerima Injil.

Craig Blomberg menjelaskan bahwa jemaat Korintus, meskipun kaya secara intelektual dan material, memiliki kedewasaan rohani yang sangat minim. Konflik internal, perpecahan, dan perilaku duniawi menjadi tanda utama ketidakmatangan mereka. Ini menjadi dasar teguran Paulus dalam ayat ini.

2. "Susu" sebagai Makanan Bayi Rohani

Makna "Susu" dalam Alkitab

Paulus menggunakan istilah "susu" untuk menggambarkan ajaran dasar Injil, yang cocok untuk orang Kristen yang baru lahir kembali. Sama seperti bayi yang hanya dapat mencerna susu, demikian pula mereka yang masih muda dalam iman memerlukan pengajaran sederhana dan mendasar.

Dalam Ibrani 5:12-13, penulis surat juga menggunakan istilah yang sama:

“Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil.”

Leon Morris menyoroti bahwa "susu" meliputi pengajaran dasar seperti kasih Allah, anugerah keselamatan, dan prinsip-prinsip moral dasar. Ini adalah fondasi bagi pertumbuhan rohani, tetapi tidak cukup untuk membawa seseorang pada kedewasaan penuh.

Ketergantungan pada "Susu"

Paulus menegur jemaat Korintus karena mereka tetap terjebak pada tahap awal iman. Ketergantungan yang berlebihan pada "susu" menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk bertumbuh lebih dalam dalam pemahaman teologis dan kehidupan rohani yang dewasa.

Pelajaran bagi Kristen: Ketergantungan pada "susu" mencerminkan kehidupan rohani yang statis. Orang percaya harus bertumbuh dari ajaran dasar menuju pengertian yang lebih mendalam dan aplikasi yang lebih besar dalam kehidupan.

3. "Makanan Keras" sebagai Simbol Kedewasaan Rohani

Makna "Makanan Keras" dalam Alkitab

"Makanan keras" dalam metafora Paulus melambangkan pengajaran yang lebih mendalam dan kompleks tentang kebenaran Allah. Ini mencakup doktrin yang sulit, seperti pemahaman tentang kekudusan Allah, kedaulatan-Nya, dan panggilan untuk menanggung penderitaan demi Kristus.

Menurut N.T. Wright, "makanan keras" juga mencakup panggilan untuk hidup menyerupai Kristus dalam segala hal. Ini menuntut pertumbuhan iman, pengorbanan diri, dan pemahaman yang lebih besar tentang kehendak Allah.

Hambatan Menuju Makanan Keras

Paulus mengatakan bahwa jemaat Korintus belum siap untuk menerima "makanan keras," bahkan setelah waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan oleh sifat kedagingan mereka, seperti iri hati, perselisihan, dan fokus pada hal-hal duniawi (1 Korintus 3:3).

Pelajaran bagi Kristen: Untuk mencapai kedewasaan rohani, diperlukan pengorbanan, pembelajaran yang berkelanjutan, dan kesediaan untuk diubahkan oleh Roh Kudus. Ketidakmauan untuk bertumbuh adalah tanda bahaya bagi iman seseorang.

4. Tantangan dan Solusi Menuju Kedewasaan Rohani

a. Tantangan: Sifat Kedagingan

Salah satu hambatan utama bagi pertumbuhan rohani adalah sifat kedagingan. Paulus menggambarkan jemaat Korintus sebagai "manusia duniawi" (1 Korintus 3:1). John Stott menekankan bahwa manusia duniawi adalah orang yang hidup menurut naluri dosa, bukan menurut Roh Allah.

b. Solusi: Hidup dalam Roh

Paulus, dalam surat-suratnya, sering menekankan pentingnya berjalan dalam Roh untuk mengatasi sifat kedagingan. Dalam Galatia 5:16, ia berkata:“Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.”

Baca Juga: Mazmur 23:4: Kekuatan dan Penghiburan dalam Lembah Kegelapan

D.A. Carson menunjukkan bahwa hidup dalam Roh membutuhkan disiplin rohani seperti doa, studi Alkitab, dan komunitas Kristen yang mendukung. Proses ini memungkinkan orang percaya untuk menerima "makanan keras" dan bertumbuh dalam kedewasaan.

5. Perbandingan dengan Metafora Lain dalam Alkitab

Yesus sebagai Roti Hidup

Yesus menyebut diri-Nya sebagai "roti hidup" (Yohanes 6:35). Ini menunjukkan bahwa hubungan dengan Kristus adalah sumber utama makanan rohani bagi umat percaya. F.F. Bruce mencatat bahwa Yesus sebagai "roti hidup" melampaui susu dan makanan keras, karena Dia adalah inti dari semua pengajaran dan kedewasaan rohani.

Pohon yang Berbuah

Dalam Mazmur 1:3 dan Yohanes 15:5, kedewasaan rohani digambarkan seperti pohon yang menghasilkan buah. Buah ini adalah hasil dari kedalaman hubungan seseorang dengan Kristus, yang ditandai dengan pertumbuhan yang konsisten.

Pelajaran bagi Kristen: Semua metafora ini menegaskan bahwa iman Kristen adalah perjalanan bertumbuh menuju kedewasaan. Proses ini membutuhkan hubungan yang erat dengan Kristus sebagai sumber kehidupan.

6. Relevansi bagi Orang Kristen Masa Kini

Metafora "susu" dan "makanan keras" tetap relevan dalam konteks gereja masa kini. Banyak orang percaya yang menghadapi tantangan untuk bertumbuh dalam iman karena berbagai hambatan, seperti kenyamanan, kurangnya disiplin rohani, atau pengaruh dunia.

a. Mengatasi Stagnasi Rohani

Stagnasi rohani sering kali disebabkan oleh kurangnya komitmen untuk mempelajari Firman Tuhan. Orang Kristen yang hanya mengandalkan pengajaran dasar tanpa memperdalam pemahaman mereka cenderung tetap seperti bayi rohani.

b. Membangun Kedewasaan

Untuk mencapai kedewasaan, diperlukan usaha aktif seperti:

1.Studi Alkitab yang Mendalam: Memahami doktrin Kristen yang lebih kompleks.

2. Komunitas yang Mendukung: Bergabung dalam kelompok kecil atau gereja yang mendorong pertumbuhan.

3.Disiplin Rohani: Berdoa, berpuasa, dan merenungkan Firman Tuhan secara rutin.

Kesimpulan Teologis

Metafora "susu" dan "makanan keras" dalam 1 Korintus 3:2 menggambarkan perjalanan iman yang progresif dari tahap awal ke tahap kedewasaan. Richard B. Hays menekankan bahwa jemaat Korintus, seperti banyak orang percaya lainnya, sering kali terjebak pada tahap awal dan memerlukan dorongan untuk maju.

Pelajaran Utama:

Kesadaran akan Kondisi Rohani: Orang percaya perlu mengevaluasi apakah mereka masih bergantung pada "susu" atau sudah siap untuk "makanan keras."

Komitmen untuk Bertumbuh: Kedewasaan rohani adalah panggilan bagi setiap orang Kristen, dan itu memerlukan usaha aktif serta penyerahan kepada Roh Kudus.

Doa Penutup

“Tuhan yang penuh kasih, kami bersyukur atas Firman-Mu yang mengajarkan kami untuk bertumbuh dalam iman. Tolong kami untuk tidak hanya bergantung pada ajaran dasar, tetapi juga bertumbuh menuju kedewasaan rohani. Bimbing kami untuk hidup dalam Roh-Mu, menjauhi sifat kedagingan, dan menerima makanan keras dari Firman-Mu. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.”

Semoga artikel ini menginspirasi setiap pembaca untuk terus bertumbuh dalam iman dan mengejar kedewasaan rohani dalam Kristus. “Berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita melakukan studi Alkitab. AI hanya alat yang hasilnya harus dibandingkan kembali dengan Alkitab.”

Next Post Previous Post