Belial dalam Teks Alkitab dan Kekristenan Awal
Pendahuluan:
Belial adalah salah satu istilah Alkitab yang menarik perhatian para teolog dan pembaca Alkitab sepanjang sejarah. Kata ini muncul di Perjanjian Lama, dan penggunaannya dihubungkan dengan karakteristik kejahatan, pemberontakan, dan kebejatan moral. Dalam tradisi Kristen awal, Belial juga mendapatkan makna simbolis yang mendalam, terutama dalam konteks teologi dosa dan pertentangan
antara terang dan gelap.
1. Pengertian Belial dalam Bahasa Ibrani dan Penggunaannya di Alkitab
Istilah "Belial" berasal dari bahasa Ibrani "בְּלִיַּעַל" (beliyya‘al), yang secara harfiah berarti "tidak berguna" atau "tanpa nilai". Kata ini sering digunakan dalam Alkitab untuk menggambarkan orang jahat atau mereka yang hidup dalam pemberontakan terhadap hukum Allah. Dalam konteks aslinya, istilah ini tidak selalu merujuk kepada entitas tertentu, tetapi lebih kepada sifat atau karakter seseorang yang korup atau memberontak.
Kemunculan dalam Perjanjian Lama
Belial pertama kali muncul dalam kitab Ulangan 13:13 (TB), yang berbunyi:"Ada orang dursila (Belial) muncul di tengah-tengahmu dan membujuk penduduk kota mereka untuk menyembah allah lain."
Ayat ini menunjukkan penggunaan istilah Belial untuk menggambarkan individu-individu yang menyimpang dari ketaatan kepada Allah. Di sini, Belial berfungsi sebagai simbol pemberontakan terhadap perintah Allah, sering dikaitkan dengan dosa penyembahan berhala. Pandangan ini juga ditegaskan dalam 1 Samuel 2:12 (TB), di mana anak-anak Imam Eli digambarkan sebagai "orang dursila" (Belial), yang "tidak mengenal Tuhan".
Para teolog seperti John Calvin memahami istilah Belial dalam konteks Perjanjian Lama sebagai simbol moralitas yang rusak, di mana seseorang sepenuhnya meninggalkan hukum Tuhan demi kesenangan atau pemberontakan pribadi. Menurut Calvin, istilah ini bukan hanya mencerminkan tindakan, tetapi juga karakter yang dalam dari manusia berdosa.
2. Belial dalam Tradisi Kristen Awal dan Perjanjian Baru
Meskipun Belial jarang disebutkan secara langsung dalam Perjanjian Baru, konsepnya berkembang menjadi simbol kekuatan jahat yang berlawanan dengan Kristus. Istilah ini hanya muncul satu kali dalam 2 Korintus 6:15 (TB):"Apakah hubungan antara Kristus dan Belial? Atau apa bagian bersama orang percaya dengan orang tidak percaya?"
Dalam ayat ini, Belial digunakan sebagai simbol kuasa gelap, yang berlawanan secara diametral dengan Kristus sebagai terang. Beberapa sarjana seperti William Barclay menginterpretasikan penggunaan ini sebagai penegasan dari dualitas spiritual yang mendominasi pemikiran teologi Perjanjian Baru: terang versus gelap, Kristus versus Setan, dan keadilan versus dosa.
Kaitan Belial dengan Setan
Tradisi Yahudi pada periode intertestamental mulai mengidentifikasi Belial sebagai nama lain untuk Setan atau Iblis. Dalam teks seperti Kitab Yobel dan Kitab Henokh, Belial dikaitkan dengan kejahatan kosmik dan kehadiran kekuatan setan di dunia. Hal ini memengaruhi tradisi Kristen awal, di mana Belial dianggap sebagai manifestasi Setan yang bekerja untuk menghancurkan umat manusia.
Menurut pakar seperti Craig A. Evans, asosiasi ini menunjukkan perkembangan pemikiran Yahudi-Kristen tentang kekuatan jahat. Belial menjadi lebih dari sekadar istilah moral; ia berkembang menjadi simbol eskatologis tentang pertarungan antara kekuatan ilahi dan kekuatan jahat menjelang akhir zaman.
3. Peran dan Simbolisme Belial dalam Teologi Kekristenan
Peran Belial sebagai Lambang Kebejatan Moral
Dalam literatur teologis, Belial sering dihubungkan dengan kebejatan moral manusia. Teolog seperti Augustine dari Hippo melihat Belial sebagai simbol kehendak bebas manusia yang disalahgunakan untuk melawan Allah. Augustine menjelaskan bahwa "manusia menjadi pengikut Belial ketika ia mengutamakan keinginannya sendiri di atas kehendak Allah".
Simbolisme ini diperluas dalam tulisan-tulisan teolog lain seperti Thomas Aquinas, yang menyebut Belial sebagai perwujudan dari kebohongan dan penipuan. Aquinas menulis bahwa Belial adalah musuh kebenaran ilahi, yang berusaha membutakan manusia dari pengenalan akan Allah melalui tipu daya dunia.
Belial sebagai Gambar dari Kesesatan dan Penghakiman
Dalam teologi eskatologis, Belial juga dipahami sebagai figur yang melambangkan kesesatan yang akan dihukum dalam penghakiman terakhir. Dalam pemikiran ini, Belial tidak hanya melambangkan dosa manusia, tetapi juga kekuatan kosmik jahat yang akan dihancurkan pada kedatangan Kristus kedua kali.
Beberapa komentator menyoroti ayat-ayat seperti Matius 25:41 yang berbicara tentang penghukuman bagi "Iblis dan malaikat-malaikatnya", yang mereka kaitkan dengan peran Belial sebagai representasi kekuatan-kekuatan tersebut. Menurut teolog modern seperti N.T. Wright, konsep ini memberikan harapan bagi umat percaya, karena menunjukkan bahwa kejahatan tidak akan menang pada akhirnya.
4. Belial dalam Literatur Apokrif dan Gnostik
Selain dalam Alkitab kanonik, konsep Belial juga ditemukan dalam literatur apokrif dan tulisan-tulisan gnostik. Dalam Kitab Peraturan Komunitas dari Naskah Laut Mati, Belial disebut sebagai "Pemimpin Kegelapan" yang memimpin anak-anak kegelapan melawan anak-anak terang. Dalam teks ini, Belial digambarkan sebagai kuasa yang aktif bekerja untuk merusak rencana Allah di dunia.
Literatur gnostik seperti Apocalypse of Abraham juga menggambarkan Belial sebagai entitas jahat yang mencoba menggoda umat Allah. Dalam konteks ini, Belial sering kali dihubungkan dengan nafsu duniawi dan ketamakan, yang menjadi penghalang bagi manusia untuk mencapai pengetahuan ilahi.
5. Relevansi Simbolisme Belial dalam Kehidupan Kekristenan Modern
Simbolisme Belial tetap relevan dalam diskusi teologi modern, terutama dalam konteks moralitas dan peperangan rohani. Sebagai simbol kebejatan moral, Belial mengingatkan umat Kristen akan bahaya menyimpang dari hukum Allah dan pentingnya hidup dalam ketaatan.
Sebagai lambang kekuatan jahat, Belial juga menggarisbawahi perlunya kesadaran akan peperangan rohani yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari. Efesus 6:12 mengingatkan umat percaya bahwa perjuangan mereka bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan kuasa-kuasa gelap yang bekerja di dunia.
Teolog kontemporer seperti John Piper dan R.C. Sproul menekankan pentingnya memahami konsep seperti Belial untuk menjaga umat Kristen dari bahaya kompromi moral dan spiritual. Menurut mereka, meskipun istilah ini mungkin terdengar kuno, makna yang diwakilinya tetap relevan dalam konteks modern, di mana umat Kristen terus-menerus dihadapkan pada godaan untuk mengikuti nilai-nilai dunia.
6. Pandangan dalam Tradisi Teologi
- Agustinus dari Hippo: Agustinus memahami Belial sebagai representasi dari kehendak bebas manusia yang salah arah, yaitu kehendak yang tidak tunduk pada Allah dan memilih untuk memberontak. Dalam pandangan ini, Belial adalah cerminan dari kejatuhan manusia secara spiritual.
- Thomas Aquinas: Dalam Summa Theologica, Aquinas menyatakan bahwa Belial adalah simbol dari kebodohan moral—yaitu tindakan tanpa hikmat atau kehendak Allah. Ia menyebut Belial sebagai peringatan akan pentingnya hidup dalam hikmat dan kebijaksanaan.
- Karl Barth: Dalam teologi modern, Barth melihat Belial sebagai lambang dari ketidaktaatan manusia terhadap perjanjian Allah. Barth menekankan bahwa kehadiran Belial dalam narasi Alkitabiah menggarisbawahi kebutuhan manusia akan Yesus Kristus sebagai Juruselamat.
Kesimpulan
Belial adalah istilah yang sarat makna dalam teks Alkitab dan tradisi Kristen awal. Dari maknanya sebagai "orang yang tidak berguna" dalam Perjanjian Lama hingga simbol kekuatan kosmik jahat dalam Perjanjian Baru dan tradisi apokrif, Belial merepresentasikan kejahatan dalam berbagai bentuknya.
Pemahaman tentang Belial memberikan wawasan tentang bagaimana Alkitab dan tradisi Kristen awal memandang dosa, kebejatan moral, dan kuasa gelap yang bekerja melawan rencana Allah. Dengan mempelajari konsep ini, umat Kristen dapat lebih memahami pentingnya hidup dalam ketaatan kepada Allah dan melawan kekuatan-kekuatan jahat yang berusaha menjauhkan mereka dari kebenaran.
Seperti yang diingatkan dalam 2 Korintus 6:15, "Apakah hubungan antara Kristus dan Belial?" Jawaban atas pertanyaan ini menegaskan bahwa umat percaya dipanggil untuk hidup sebagai anak-anak terang, menjauhi pengaruh Belial, dan tetap setia kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.