Diperintahkan Allah untuk Menikmati hidup dan Bersukacita

 Pendahuluan:

Dalam kehidupan Kristen, sering kali ada pemahaman yang salah bahwa perintah Allah semata-mata bertujuan membatasi atau mengekang kebebasan manusia. Padahal, perintah Allah diberikan bukan hanya untuk melindungi umat-Nya, tetapi juga untuk memberikan mereka sukacita sejati dalam hidup. Allah, sebagai Pencipta yang penuh kasih, merancang perintah-perintah-Nya agar manusia dapat 
menikmati hidup dalam hubungan yang benar dengan Dia, sesama, dan ciptaan.

Diperintahkan Allah untuk Menikmati hidup dan Bersukacita
Artikel ini akan menguraikan konsep teologis “kita diperintahkan untuk menikmati” berdasarkan Alkitab, dengan menganalisis ayat-ayat yang relevan, pendapat para pakar teologi, dan implikasinya bagi kehidupan sehari-hari.

Perintah Allah dan Sukacita: Landasan Alkitabiah

1. Perintah untuk Bersukacita

Dalam Alkitab, perintah untuk bersukacita sering kali dinyatakan sebagai bagian dari kehendak Allah bagi umat-Nya. Contohnya:

  • Filipi 4:4:“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”

  • Mazmur 37:4:“Dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.”

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah memerintahkan umat-Nya untuk bersukacita dalam Dia, bukan karena Ia memerlukan pujian mereka, tetapi karena bersukacita dalam Tuhan membawa manusia kepada kebahagiaan sejati.

Pandangan Teologis:

  • John Piper dalam Desiring God menekankan bahwa Allah paling dimuliakan ketika manusia paling bersukacita dalam Dia. Sukacita dalam Tuhan bukan hanya pilihan, tetapi panggilan bagi semua orang percaya.
  • Jonathan Edwards berpendapat bahwa sukacita adalah salah satu tujuan utama manusia dalam memuliakan Allah, karena dalam menikmati Allah, manusia menemukan kepuasan tertinggi.

Makna Teologis:
Perintah untuk bersukacita dalam Tuhan adalah ekspresi kasih Allah, yang mengarahkan umat-Nya kepada sumber kebahagiaan sejati.

2. Perintah untuk Menikmati Ciptaan

Allah tidak hanya memanggil manusia untuk bersukacita dalam Dia, tetapi juga untuk menikmati dunia ciptaan-Nya. Dalam Kejadian 1:31, Allah menyatakan bahwa segala sesuatu yang Ia ciptakan itu “sungguh amat baik,” menunjukkan bahwa dunia diciptakan untuk dinikmati manusia.

  • Pengkhotbah 2:24:“Tak ada yang lebih baik bagi manusia daripada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah.”

  • 1 Timotius 6:17:“Kepada orang-orang kaya di dunia ini, perintahkanlah supaya mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.”

Pandangan Teologis:

  • Herman Bavinck menekankan bahwa menikmati ciptaan adalah bagian dari mandat penciptaan, di mana manusia dipanggil untuk mengelola dan menikmati dunia sebagai wakil Allah.
  • Abraham Kuyper menulis bahwa tidak ada aspek kehidupan duniawi yang terpisah dari anugerah Allah. Oleh karena itu, menikmati ciptaan adalah bagian dari kehidupan iman yang sejati.

Makna Teologis:
Menikmati ciptaan adalah tindakan syukur kepada Allah, yang memberikan dunia ini sebagai karunia bagi manusia.

3. Perintah untuk Mengasihi Sesama

Perintah untuk menikmati kehidupan juga terkait erat dengan hubungan manusia dengan sesama. Allah memerintahkan umat-Nya untuk mengasihi sesama, yang pada akhirnya membawa kebahagiaan dan kedamaian.

  • Matius 22:37-39:“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu... Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

  • Mazmur 133:1:“Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”

Pandangan Teologis:

  • Dietrich Bonhoeffer dalam Life Together menunjukkan bahwa komunitas Kristen adalah anugerah Allah yang harus dirayakan. Kasih dan persatuan dalam komunitas membawa sukacita sejati.
  • C.S. Lewis menulis bahwa kebahagiaan manusia tidak dapat dipisahkan dari hubungan yang benar dengan sesama, karena manusia diciptakan untuk hidup dalam komunitas.

Makna Teologis:
Mengasihi sesama adalah perintah yang membawa kebahagiaan, karena melalui kasih, manusia mencerminkan hubungan kasih Allah dengan umat-Nya.

Mengapa Allah Memerintahkan Sukacita?

1. Allah adalah Sumber Sukacita Sejati

Allah memerintahkan manusia untuk bersukacita dalam Dia karena Dia adalah sumber sukacita sejati. Sukacita dalam Tuhan melampaui kebahagiaan duniawi yang bersifat sementara, karena berakar pada hubungan yang kekal dengan Pencipta.

  • Mazmur 16:11:“Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”

  • Filipi 4:7:“Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Pandangan Teologis:

  • Thomas Aquinas berpendapat bahwa sukacita sejati hanya ditemukan dalam Allah, karena hanya Dia yang dapat memenuhi keinginan terdalam manusia.
  • Augustinus menulis: “Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu, dan hati kami tidak tenang sebelum beristirahat di dalam-Mu.”

Makna Teologis:
Allah memanggil manusia untuk menemukan sukacita mereka dalam Dia karena hanya Dia yang dapat memberikan kedamaian dan kepuasan yang kekal.

2. Sukacita Membawa Kemuliaan bagi Allah

Ketika manusia bersukacita dalam Allah, mereka memuliakan Dia sebagai Pencipta dan Pemelihara kehidupan. Sukacita sejati adalah ekspresi iman dan pengakuan atas kasih karunia-Nya.

  • 1 Korintus 10:31:“Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.”

  • Mazmur 100:1-2:“Bersorak-sorailah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!”

Pandangan Teologis:

  • John Piper menulis bahwa Allah paling dimuliakan ketika manusia paling bersukacita dalam Dia, karena sukacita adalah respons alami terhadap anugerah Allah.
  • J.I. Packer menekankan bahwa ibadah sejati adalah ungkapan sukacita yang memuliakan Allah sebagai sumber hidup dan keselamatan.

Makna Teologis:
Sukacita dalam Allah adalah bentuk ibadah yang memuliakan Dia sebagai sumber segala yang baik.

Relevansi Bagi Kehidupan Kristen

1. Menikmati Hubungan dengan Allah

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menikmati hubungan dengan Allah melalui doa, firman, dan ibadah.

Aplikasi:

  • Luangkan waktu setiap hari untuk merenungkan kasih dan kebaikan Allah.
  • Nikmati hadirat-Nya melalui doa dan penyembahan.

2. Mensyukuri Berkat Ciptaan

Kita dipanggil untuk menikmati berkat-berkat Allah dalam ciptaan dengan sikap syukur dan penghormatan.

Aplikasi:

  • Hargai keindahan alam sebagai karya Allah.
  • Gunakan sumber daya dunia dengan bijaksana dan bertanggung jawab.

3. Membangun Hubungan yang Bermakna

Mengasihi sesama adalah bagian dari menikmati hidup dalam kehendak Allah.

Aplikasi:

  • Bangunlah hubungan yang saling mendukung dalam keluarga, gereja, dan masyarakat.
  • Berikan perhatian kepada mereka yang membutuhkan, sebagai wujud kasih Allah.

Kesimpulan

Perintah Allah untuk bersukacita dan menikmati hidup adalah anugerah yang menunjukkan kasih-Nya kepada manusia. Melalui hubungan dengan Allah, penghargaan terhadap ciptaan, dan kasih kepada sesama, manusia dapat menemukan kebahagiaan sejati yang melampaui kebahagiaan duniawi.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menikmati Allah dan ciptaan-Nya dengan sikap syukur dan ketaatan. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4).

Next Post Previous Post