Gembala: Saksi Pertama Kelahiran Yesus (Lukas 2:15-20)
Pendahuluan:
Narasi kelahiran Yesus dalam Lukas 2 adalah salah satu bagian Alkitab yang paling menggugah hati, terutama karena ia menggambarkan bagaimana Allah menyatakan kelahiran Mesias pertama-tama kepada para gembala. Perikop ini, yang mencakup Lukas 2:15-20, menyoroti peran para gembala sebagai saksi pertama kelahiran Yesus dan tanggapan mereka terhadap pewahyuan ilahi. Artikel ini
akan membahas perikop ini secara mendalam dari sudut pandang teologi, menyoroti konteks, implikasi, dan pelajaran yang relevan bagi iman Kristen masa kini.
1. Konteks Historis dan Naratif
a. Peran Gembala dalam Masyarakat Yahudi
Pada zaman Yesus, gembala memiliki status sosial yang rendah. Mereka sering dianggap sebagai orang-orang yang tidak penting, bahkan terkadang dipandang dengan curiga karena pekerjaan mereka membuat mereka jarang mengikuti ritual keagamaan. Namun, justru kepada para gembala inilah Allah pertama-tama menyatakan kelahiran Sang Juru Selamat melalui malaikat.
Dalam teologi, ini sering ditafsirkan sebagai simbol dari cara Allah bekerja: memilih yang kecil dan dianggap rendah untuk menggenapi rencana-Nya (1 Korintus 1:27-28). Teolog William Barclay dalam komentarnya tentang Injil Lukas mencatat bahwa pemilihan para gembala menunjukkan sifat Injil yang inklusif—yaitu kabar baik ini ditujukan bagi semua orang, bukan hanya bagi mereka yang berstatus tinggi.
b. Pewahyuan Ilahi melalui Malaikat
Lukas 2:8-14 mencatat bahwa para gembala menerima kabar dari malaikat yang menyatakan kelahiran Mesias. Pewahyuan ini mencakup dua aspek penting:
- Pesan tentang Mesias: Malaikat memberi tahu bahwa Yesus adalah Juru Selamat, Kristus, dan Tuhan (Lukas 2:11).
- Tanda: Bayi itu akan ditemukan terbaring di palungan, yang merupakan simbol kerendahan hati dan kesederhanaan inkarnasi Allah.
Pesan ini mendorong para gembala untuk segera pergi ke Betlehem dan menjadi saksi mata kelahiran Yesus.
2. Uraian Mendalam tentang Lukas 2:15-20
a. Lukas 2:15-16: Respon Segera terhadap Pewahyuan
Para gembala menunjukkan tanggapan yang penuh iman dan ketaatan. Setelah malaikat meninggalkan mereka, mereka berkata, “Mari kita ke Betlehem untuk melihat hal-hal yang sudah terjadi ini, yang telah Tuhan beritahukan kepada kita.”
Kata-kata ini menunjukkan:
- Iman mereka kepada pesan Allah: Mereka tidak meragukan apa yang telah diberitahukan kepada mereka.
- Ketaatan langsung: Mereka tidak menunda-nunda, melainkan segera pergi untuk menyaksikan apa yang telah dinyatakan.
Menurut teolog Leon Morris, tindakan para gembala ini adalah gambaran dari iman yang sejati: mendengar Firman Allah, percaya, dan bertindak berdasarkan keyakinan itu.
b. Lukas 2:17-18: Menjadi Saksi Kristus
Setelah melihat Maria, Yusuf, dan Bayi Yesus, para gembala menceritakan apa yang telah dikatakan kepada mereka oleh malaikat tentang Anak itu. Respon mereka menunjukkan bahwa mereka bukan hanya penerima pesan, tetapi juga penyampai kabar baik.
Frasa “semua orang yang mendengar hal itu heran” menunjukkan bahwa berita kelahiran Yesus mulai menyebar, bahkan di kalangan masyarakat Betlehem. Ini adalah awal dari penyebaran Injil. John Stott dalam The Message of the New Testament mencatat bahwa para gembala adalah contoh dari saksi Kristen yang sejati—menyaksikan secara langsung pekerjaan Allah dan membagikannya kepada orang lain dengan penuh sukacita.
c. Lukas 2:19: Maria Menyimpan dan Merenungkan
Maria memiliki tanggapan yang berbeda dari orang-orang lainnya. Dia tidak hanya heran, tetapi juga menyimpan dan merenungkan semua hal ini dalam hatinya. Ini menunjukkan kedalaman spiritual Maria, yang berusaha memahami pekerjaan Allah dalam hidupnya.
Menurut FF Bruce, dalam The Gospel of Luke, tanggapan Maria mencerminkan perjalanan iman yang melibatkan pengenalan progresif akan karya Allah. Merenungkan Firman Allah adalah langkah penting bagi setiap orang percaya untuk memahami dan menghayati kebenaran-Nya.
d. Lukas 2:20: Pujian kepada Allah
Para gembala kembali ke ladang mereka dengan memuliakan dan memuji Allah atas semua yang telah mereka lihat dan dengar. Ini adalah respons alami terhadap pengalaman langsung akan kuasa dan
kehadiran Allah.
Baca Juga: Lukas 2:13-14 - Pujian Malaikat: Kelahiran Yesus dan Damai di Bumi
Teolog Matthew Henry mencatat bahwa tindakan para gembala ini adalah contoh dari bagaimana iman sejati memunculkan pujian. Mereka tidak hanya menerima kabar baik, tetapi juga menyatakannya melalui penghormatan kepada Allah.
3. Makna Teologis Lukas 2:15-20
a. Kesederhanaan Pewahyuan Allah
Allah memilih untuk menyatakan kelahiran Kristus kepada para gembala, bukan kepada orang-orang yang berstatus tinggi. Ini menegaskan tema Injil Lukas tentang kebalikan nilai-nilai dunia: Allah meninggikan yang rendah hati dan mengabaikan kebanggaan manusia (Lukas 1:52-53).
b. Inkarnasi Kristus sebagai Simbol Kerendahan Hati
Yesus lahir dalam kesederhanaan, terbaring di palungan. Hal ini mencerminkan kerendahan hati Allah dalam inkarnasi-Nya. Dalam The Jesus I Never Knew, Philip Yancey menyoroti bahwa cara kelahiran Yesus menunjukkan bahwa Kerajaan Allah tidak dibangun di atas kekuatan manusia, melainkan pada pelayanan dan kerendahan hati.
c. Kesaksian tentang Kabar Baik
Para gembala menunjukkan bahwa kabar baik tentang Yesus harus dibagikan. Mereka adalah contoh dari peran setiap orang percaya sebagai saksi Kristus (Kisah Para Rasul 1:8).
d. Pujian sebagai Respon terhadap Anugerah Allah
Para gembala memuji Allah atas apa yang telah mereka alami. Ini mencerminkan bahwa penyembahan adalah respons alami terhadap pewahyuan Allah.
4. Pandangan Para Pakar Teologi
a. NT Wright
Dalam bukunya Luke for Everyone, NT Wright mencatat bahwa perikop ini menyoroti dimensi universal Injil. Pewahyuan kepada para gembala menunjukkan bahwa kelahiran Yesus adalah kabar baik bagi semua orang, tidak peduli status sosial atau latar belakang mereka.
b. Darrell Bock
Darrell Bock dalam Luke: Baker Exegetical Commentary mencatat bahwa respons para gembala adalah inti dari apa artinya menjadi murid Kristus: mendengar Firman, percaya, dan bertindak dengan ketaatan.
c. Charles Spurgeon
Dalam salah satu khotbah Natalnya, Charles Spurgeon menekankan bahwa para gembala adalah contoh dari bagaimana kabar baik tentang Yesus harus diterima dengan iman sederhana, dibagikan dengan sukacita, dan diresponi dengan penyembahan.
5. Relevansi Praktis Lukas 2:15-20
a. Respon Iman yang Cepat
Seperti para gembala, kita dipanggil untuk merespon Firman Allah dengan segera dan penuh keyakinan. Ketika Allah berbicara melalui Firman-Nya, respons kita haruslah ketaatan dan tindakan.
b. Membagikan Kabar Baik
Para gembala menunjukkan pentingnya membagikan kabar baik tentang Yesus kepada orang lain. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi saksi yang setia, menyampaikan Injil kepada dunia.
c. Merenungkan Firman Allah
Tindakan Maria yang merenungkan dan menyimpan hal-hal ini dalam hatinya mengajarkan pentingnya meditasi rohani. Kita dipanggil untuk merenungkan Firman Allah, memahami maknanya, dan mengaplikasikannya dalam hidup kita.
d. Pujian kepada Allah
Seperti para gembala, pengalaman iman kita seharusnya menghasilkan pujian dan penyembahan kepada Allah. Pujian adalah respons alami terhadap pekerjaan Allah dalam hidup kita.
Kesimpulan
Lukas 2:15-20 adalah kisah yang penuh dengan pelajaran rohani. Para gembala menjadi saksi pertama kelahiran Yesus, menunjukkan bahwa kabar baik ini adalah untuk semua orang, tanpa memandang status atau latar belakang. Respon mereka mencerminkan iman yang sederhana namun kuat, yang ditandai oleh ketaatan, kesaksian, dan penyembahan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk meneladani para gembala: mendengar Firman Allah, percaya dengan sepenuh hati, dan bertindak dengan iman. Kisah ini juga mengingatkan kita bahwa respons terhadap Injil harus mencakup pujian kepada Allah, serta komitmen untuk menyebarkan kabar baik kepada dunia.
Semoga kita, seperti para gembala, terus memuji dan memuliakan Allah atas anugerah-Nya yang besar di dalam Yesus Kristus. Soli Deo Gloria!