Hidup untuk Memuliakan Allah

 Pendahuluan:

Memuliakan Allah adalah panggilan utama umat manusia. Dalam Katekismus Westminster, pertanyaan pertama yang diajukan adalah, "Apakah tujuan utama manusia?" Jawabannya: "Tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya." Pernyataan ini menjadi fondasi teologi Reformed yang menekankan bahwa seluruh keberadaan manusia diarahkan untuk menyatakan 
kemuliaan Allah.

Namun, bagaimana kita secara praktis memuliakan Allah? Artikel ini akan mengeksplorasi konsep memuliakan Allah dari perspektif teologis dengan mengacu pada Alkitab dan pandangan beberapa pakar teologi terkemuka. Kita akan membahas bagaimana Allah dimuliakan melalui kehidupan, ibadah, pekerjaan, pelayanan, dan hubungan dengan sesama.

1. Memuliakan Allah sebagai Tujuan Penciptaan

Pakar teologi seperti John Piper dalam bukunya Desiring God menekankan bahwa memuliakan Allah bukan hanya tugas manusia, tetapi inti dari penciptaan itu sendiri. Dalam Wahyu 4:11, dinyatakan:
"Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."

Piper menyatakan bahwa Allah dimuliakan ketika ciptaan-Nya menemukan sukacita sejati dalam diri-Nya. Dalam kerangka ini, memuliakan Allah bukan hanya tindakan eksternal tetapi juga respons hati yang penuh dengan kekaguman terhadap kemuliaan-Nya.

Menurut Jonathan Edwards, dalam karyanya The End for Which God Created the World, Allah menciptakan dunia untuk menyatakan kemuliaan-Nya dan untuk menarik manusia dalam menikmati hubungan yang penuh dengan kasih dan kekaguman kepada-Nya.

2. Memuliakan Allah Melalui Kehidupan yang Kudus

Kehidupan yang mencerminkan kekudusan adalah cara utama manusia memuliakan Allah. Dalam 1 Petrus 1:15-16, Allah memanggil umat-Nya untuk hidup kudus:
"Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus."

Menurut J.C. Ryle, dalam bukunya Holiness, kekudusan bukanlah pilihan tambahan dalam kehidupan Kristen tetapi inti dari panggilan kita sebagai anak-anak Allah. Ryle menulis bahwa kehidupan yang kudus adalah kehidupan yang ditujukan untuk menyenangkan Allah, bukan dunia.

Teolog Dallas Willard juga menegaskan bahwa kekudusan adalah hasil dari hubungan yang intim dengan Kristus. Dalam The Spirit of the Disciplines, Willard menjelaskan bahwa kekudusan adalah hasil dari kasih karunia Allah yang bekerja di dalam hati manusia untuk membentuk karakter yang memuliakan Allah.

3. Memuliakan Allah Melalui Ibadah

Ibadah adalah ekspresi utama manusia dalam memuliakan Allah. Dalam Yohanes 4:23-24, Yesus menjelaskan bahwa Bapa mencari penyembah-penyembah yang menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.

Menurut A.W. Tozer, dalam bukunya The Purpose of Man: Designed to Worship, manusia diciptakan untuk ibadah. Tozer menegaskan bahwa ibadah sejati adalah respons hati yang mengakui keagungan Allah dan mengutamakan Dia di atas segala sesuatu.

Dalam liturgi Kristen, ibadah kolektif seperti menyanyi, berdoa, dan mendengar firman adalah cara umat Tuhan secara bersama-sama memuliakan Allah. Namun, ibadah tidak terbatas pada ruang gereja. Dalam Roma 12:1, Paulus menulis: "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."

Pendekatan ini menekankan bahwa memuliakan Allah dalam ibadah mencakup seluruh hidup kita.

4. Memuliakan Allah Melalui Pekerjaan

Teologi reformasi menekankan bahwa pekerjaan manusia, jika dilakukan dengan benar, adalah bentuk ibadah kepada Allah. Martin Luther dan John Calvin menyatakan bahwa pekerjaan sehari-hari, baik itu di ladang, di rumah, atau di kantor, adalah panggilan dari Allah dan merupakan sarana untuk memuliakan-Nya.

Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menjelaskan bahwa setiap aspek kehidupan manusia, termasuk pekerjaan, harus diarahkan untuk kemuliaan Allah. Paulus juga menegaskan hal ini dalam Kolose 3:23-24: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya."

Menurut Tim Keller, dalam bukunya Every Good Endeavor, pekerjaan manusia adalah cara untuk berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah. Ketika manusia bekerja dengan integritas, kecintaan, dan pelayanan kepada sesama, mereka memuliakan Allah.

5. Memuliakan Allah Melalui Pelayanan kepada Sesama

Allah dimuliakan ketika umat-Nya melayani sesama dengan kasih. Dalam Matius 5:16, Yesus berkata:
"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Pelayanan kepada sesama adalah perwujudan nyata dari kasih Allah di dunia. Menurut Mother Teresa, setiap tindakan kasih, sekecil apa pun, adalah refleksi dari kasih Allah. Dia sering mengingatkan bahwa melayani orang lain sama dengan melayani Kristus.

Dietrich Bonhoeffer, dalam Life Together, menekankan bahwa komunitas Kristen yang hidup dalam kasih dan pelayanan kepada sesama adalah kesaksian yang kuat tentang kemuliaan Allah kepada dunia.

6. Memuliakan Allah Melalui Penginjilan

Menyampaikan Injil kepada orang lain adalah salah satu cara utama memuliakan Allah. Dalam Yohanes 17:4, Yesus berkata: "Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya."

Tugas penginjilan adalah melanjutkan misi Kristus untuk membawa manusia kepada Allah. Menurut Charles Spurgeon, setiap jiwa yang diselamatkan adalah bukti nyata dari kasih karunia Allah yang memuliakan nama-Nya.

7. Tantangan dalam Memuliakan Allah

Memuliakan Allah seringkali menghadapi tantangan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari dunia. Menurut John Owen, salah satu tantangan utama adalah dosa yang masih berkuasa dalam kehidupan orang percaya. Owen menulis dalam The Mortification of Sin, bahwa dosa yang tidak dimatikan akan menghalangi orang percaya untuk memuliakan Allah.

Tantangan lain adalah kecenderungan manusia untuk memuliakan diri sendiri. Dalam Roma 1:21-23, Paulus mengingatkan bahwa manusia sering menggantikan kemuliaan Allah dengan kemuliaan ciptaan. Dalam konteks ini, Augustinus mengajarkan bahwa hati manusia harus diarahkan kembali kepada Allah sebagai tujuan tertinggi.

8. Memuliakan Allah dalam Kekekalan

Kemuliaan Allah tidak hanya diwujudkan dalam kehidupan saat ini tetapi juga akan terus berlangsung dalam kekekalan. Dalam Wahyu 7:9-12, digambarkan bahwa seluruh umat Allah dari segala bangsa akan berkumpul untuk menyembah Dia: "Mereka berseru dengan suara nyaring: 'Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!' Semua malaikat berdiri mengelilingi takhta dan tua-tua serta keempat makhluk itu. Mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah Allah."

Menurut N.T. Wright, dalam Surprised by Hope, ibadah di kekekalan akan menjadi puncak dari panggilan manusia untuk memuliakan Allah. Namun, Wright juga menekankan bahwa apa yang kita lakukan di dunia ini adalah bagian dari persiapan untuk menyatakan kemuliaan Allah dalam kekekalan.

Kesimpulan

Hidup untuk Memuliakan Allah adalah panggilan tertinggi manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Dari kehidupan yang kudus, ibadah, pekerjaan, pelayanan kepada sesama, hingga penginjilan, semua ini adalah cara kita menyatakan kemuliaan Allah. Namun, memuliakan Allah bukan hanya tentang apa yang kita lakukan tetapi juga tentang siapa kita—orang-orang yang hidup dalam hubungan yang intim dengan Allah.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadikan memuliakan Allah sebagai tujuan utama hidup kita. Seperti yang ditulis oleh Paulus dalam 1 Korintus 10:31:"Jadi, jika kamu makan atau jika kamu minum, atau jika kamu melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah."

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post