Ibrani 9:1-5: Kemah Perjanjian Lama sebagai Bayangan dari Perjanjian Baru
Surat Ibrani merupakan salah satu kitab Perjanjian Baru yang menyoroti hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dalam Ibrani 9:1-5, penulis menggambarkan tata ibadah dalam kemah suci Perjanjian Lama dan menjelaskan bahwa semuanya itu adalah bayangan atau gambaran dari realitas
surgawi yang digenapi dalam Yesus Kristus.
1. Ayat dan Penjelasan Singkat
Ibrani 9:1-5 (terjemahan bebas berdasarkan teks Alkitab):“Memang perjanjian yang pertama memiliki peraturan-peraturan untuk ibadah dan juga tempat kudus di bumi. Sebab sebuah kemah didirikan: bagian yang pertama disebut tempat kudus, di dalamnya ada kaki dian, meja, dan roti sajian. Di belakang tirai kedua terdapat ruangan yang disebut tempat yang mahakudus. Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan emas dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas. Di dalam tabut itu terdapat buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah berbunga, dan loh-loh batu perjanjian. Di atasnya ada kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian, tetapi hal ini tidak dapat dijelaskan satu per satu sekarang.”
Ayat ini memberikan gambaran rinci tentang kemah perjanjian dan tata ibadah yang diberikan Allah kepada Israel. Namun, hal itu hanya melambangkan kebenaran rohani yang lebih besar yang terwujud dalam Kristus.
2. Konteks Historis dan Teologis
a. Kemah Suci dalam Perjanjian Lama
Kemah suci adalah tempat ibadah yang dirancang berdasarkan perintah Allah kepada Musa (Keluaran 25–30). Kemah ini terdiri dari dua bagian utama:
- Tempat Kudus – Berisi kaki dian, meja, dan roti sajian.
- Tempat Mahakudus – Berisi tabut perjanjian yang mencerminkan kehadiran Allah. Hanya imam besar yang boleh memasuki tempat ini, itu pun hanya sekali setahun pada Hari Pendamaian (Imamat 16).
Setiap elemen di kemah suci memiliki makna simbolis yang merujuk pada pekerjaan Kristus dalam penebusan umat manusia.
b. Bayangan dari Hal-hal yang Akan Datang
Dalam Ibrani 8:5, penulis menjelaskan bahwa kemah suci di bumi adalah bayangan dan gambaran dari kemah surgawi. Dalam teologi, ini dikenal sebagai konsep "tipologi," yaitu bahwa peristiwa, benda, atau institusi dalam Perjanjian Lama mengarahkan kepada realitas yang lebih besar dalam Kristus.
3. Analisis Ayat-Ayat Ibrani 9:1-5
a. Ibrani 9:1: Peraturan-peraturan Ibadah dan Tempat Kudus
“Memang perjanjian yang pertama memiliki peraturan-peraturan untuk ibadah dan juga tempat kudus di bumi.”
Perjanjian Lama dipenuhi dengan aturan-aturan tentang ibadah yang ketat, termasuk tata cara korban, pembersihan, dan pengaturan kemah suci. Penulis Ibrani menunjukkan bahwa tempat kudus Perjanjian Lama bersifat duniawi, sedangkan tempat kudus yang sejati ada di surga.
Pandangan Teologis:
- John Calvin menyoroti bahwa tata cara ibadah dalam Perjanjian Lama dimaksudkan untuk mengarahkan hati umat kepada Allah, tetapi tidak cukup untuk menyelamatkan mereka.
- F.F. Bruce dalam komentarnya mengatakan bahwa hukum dan tata ibadah Perjanjian Lama bersifat sementara dan hanya menjadi pendahuluan dari rencana keselamatan Allah yang sempurna dalam Kristus.
b. Ibrani 9:2-3: Pembagian Tempat Kudus dan Tempat Mahakudus
“Sebuah kemah didirikan: bagian yang pertama disebut tempat kudus, di dalamnya ada kaki dian, meja, dan roti sajian. Di belakang tirai kedua terdapat ruangan yang disebut tempat yang mahakudus.”
Tata letak kemah mencerminkan pemisahan antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa. Tirai yang memisahkan tempat kudus dari tempat Mahakudus menunjukkan keterbatasan akses manusia kepada Allah.
Makna Tipologis:
- Kaki Dian melambangkan Kristus sebagai Terang Dunia (Yohanes 8:12).
- Roti Sajian menunjuk kepada Yesus sebagai Roti Hidup (Yohanes 6:35).
- Tirai menggambarkan pemisahan manusia dari Allah yang hanya dapat diatasi melalui Kristus (Matius 27:51).
c. Ibrani 9:4: Tabut Perjanjian dan Isinya
“Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan emas dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas. Di dalam tabut itu terdapat buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah berbunga, dan loh-loh batu perjanjian.”
Tabut perjanjian adalah simbol kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Tiga benda di dalamnya memiliki makna teologis yang dalam:
- Buli-buli Manna – Lambang pemeliharaan Allah kepada Israel di padang gurun. Ini merujuk kepada Kristus sebagai Roti dari Surga (Yohanes 6:49-51).
- Tongkat Harun – Simbol otoritas Allah dalam memilih imam. Kristus adalah Imam Besar yang sempurna.
- Loh-loh Perjanjian – Menunjukkan hukum Allah yang hanya dapat digenapi oleh Kristus.
d. Ibrani 9:5: Kerub Kemuliaan dan Tutup Pendamaian
“Di atasnya ada kerub kemuliaan yang menaungi tutup pendamaian.”
Tutup pendamaian (bahasa Yunani: hilasterion) adalah tempat darah korban dipercikkan pada Hari Pendamaian untuk menebus dosa umat Israel. Dalam Roma 3:25, Yesus disebut sebagai hilasterion, yang berarti Dia adalah korban pendamaian yang sejati.
4. Perjanjian Lama sebagai Bayangan Perjanjian Baru
Penulis Ibrani menegaskan bahwa tata ibadah Perjanjian Lama adalah simbol dari pekerjaan penebusan Kristus. Dalam Ibrani 10:1, disebutkan:“Hukum Taurat hanya merupakan bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan wujud dari keselamatan itu sendiri.”
a. Keterbatasan Ibadah Perjanjian Lama
Ibadah Perjanjian Lama tidak dapat menyempurnakan umat Allah. Hanya melalui Kristus, yang memasuki tempat kudus surgawi dengan darah-Nya sendiri, pengampunan dosa dapat diberikan secara sempurna (Ibrani 9:11-14).
b. Kristus sebagai Penggenapan
Semua elemen dalam kemah suci menunjuk kepada Kristus:
- Tirai yang terbelah melambangkan akses langsung kepada Allah melalui Kristus (Ibrani 10:19-20).
- Yesus sebagai Imam Besar memasuki tempat kudus surgawi, membawa korban sempurna (Ibrani 9:24-26).
5. Pandangan Para Pakar Teologi
a. George Guthrie
Dalam komentarnya tentang Ibrani, Guthrie menekankan bahwa Ibrani 9 menunjukkan kontras antara ibadah yang bersifat duniawi dan penggenapannya yang sempurna di surga. Ia melihat tata ibadah Perjanjian Lama sebagai sarana untuk mengajarkan umat Israel tentang kekudusan dan kebutuhan akan penebusan.
b. William Lane
William Lane menjelaskan bahwa struktur kemah suci adalah pengajaran visual tentang hubungan manusia dengan Allah. Tempat Mahakudus menggambarkan hadirat Allah yang hanya dapat diakses melalui darah.
c. John Owen
Owen, seorang teolog Puritan, menyoroti bahwa Perjanjian Lama adalah bayangan yang sempurna, dirancang oleh Allah untuk mengarahkan umat-Nya kepada Kristus. Menurut Owen, setiap aspek ibadah di kemah suci memiliki makna profetik tentang karya Kristus.
6. Implikasi Praktis bagi Orang Kristen Masa Kini
a. Memahami Pengorbanan Kristus
Ibrani 9:1-5 mengajarkan bahwa keselamatan tidak dapat dicapai melalui usaha manusia atau ritual agama. Hanya melalui darah Kristus, kita dapat mendekat kepada Allah dengan iman.
b. Hidup dalam Penyembahan yang Sejati
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menyembah Allah dengan hati yang penuh syukur, karena Kristus telah membuka jalan kepada Allah.
c. Pengakuan atas Kekudusan Allah
Kemah suci mengingatkan kita tentang kekudusan Allah dan kebutuhan untuk hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
Penutup
Ibrani 9:1-5 menggambarkan bagaimana ibadah dalam Perjanjian Lama adalah bayangan dari realitas surgawi yang digenapi dalam Kristus. Kemah suci, tempat kudus, tabut perjanjian, dan tata ibadah lainnya semua menunjuk kepada pekerjaan penebusan Kristus yang sempurna.
Baca Juga: Superioritas Perjanjian Baru: Ibrani 8:7-13
Melalui pengorbanan-Nya, kita memiliki akses langsung kepada Allah dan dapat menikmati hubungan yang kekal dengan-Nya.