Ibrani 9:6-7: Kemuliaan dan Keterbatasan Tata Ibadah Lama

Ibrani 9:6-7: Kemuliaan dan Keterbatasan Tata Ibadah Lama
Pendahuluan:

Surat Ibrani dikenal karena menggambarkan keutamaan dan kekekalan karya Yesus Kristus dibandingkan dengan tata ibadah Perjanjian Lama. Dalam Ibrani 9:6-7, penulis menguraikan bagaimana imam besar menjalankan tugasnya di kemah suci, dengan fokus pada ritual Hari Pendamaian (Yom Kippur). Namun, di balik ritual yang sangat simbolis ini, penulis menunjukkan bahwa tata ibadah
Perjanjian Lama hanyalah bayangan dari sesuatu yang lebih besar dan sempurna, yaitu pengorbanan Yesus Kristus.
Artikel ini akan membahas ayat ini secara mendalam dengan menghubungkannya pada konteks historis, makna teologis, dan relevansi bagi umat Kristen masa kini.

1. Teks dan Penjelasan Singkat

Ibrani 9:6-7 (AYT):“Dengan demikian semuanya itu telah diatur sedemikian rupa, sehingga imam-imam selalu masuk ke dalam bagian pertama kemah itu untuk melaksanakan pelayanan ibadah. Tetapi, ke dalam bagian kedua hanya imam besar saja yang masuk, itu pun hanya sekali setahun, dan tidak tanpa membawa darah yang ia persembahkan untuk dirinya sendiri dan untuk dosa-dosa yang dilakukan umat itu karena kebodohan mereka.

Ayat ini menjelaskan dua hal penting:
  1. Imam-imam biasa menjalankan tugas sehari-hari di tempat kudus (bagian pertama dari kemah suci).
  2. Hanya imam besar yang boleh memasuki tempat mahakudus, itu pun hanya sekali setahun, dengan membawa darah sebagai pendamaian atas dosa dirinya sendiri dan dosa umat Israel.

2. Konteks Historis dan Budaya

a. Kemah Suci dan Tata Ibadah

Kemah suci (Tabernakel) adalah pusat ibadah Israel setelah keluarnya dari Mesir. Allah memberikan petunjuk rinci kepada Musa tentang desain dan fungsi kemah ini (Keluaran 25-31). Kemah terbagi menjadi dua ruangan:

  • Tempat Kudus: Di sini, imam-imam biasa melayani setiap hari, termasuk mengurus kaki dian, meja roti sajian, dan mezbah pembakaran ukupan.
  • Tempat Mahakudus: Ruangan ini hanya boleh dimasuki oleh imam besar, sekali setahun pada Hari Pendamaian (Imamat 16). Di tempat ini terdapat Tabut Perjanjian yang melambangkan hadirat Allah.

b. Hari Pendamaian (Yom Kippur)

Hari Pendamaian adalah hari paling kudus dalam kalender Israel (Imamat 16). Pada hari ini, imam besar membawa darah korban ke tempat mahakudus dan memercikkannya di atas tutup pendamaian (mercy seat) di atas tabut. Darah itu dipersembahkan untuk pengampunan dosa umat dan imam besar sendiri.

3. Analisis Teologis Ibrani 9:6-7

a. Ibrani 9:6: Pelayanan Sehari-Hari Imam

“...sehingga imam-imam selalu masuk ke dalam bagian pertama kemah itu untuk melaksanakan pelayanan ibadah.”

Tata ibadah di tempat kudus dilakukan setiap hari oleh imam-imam. Pelayanan ini mencakup pengaturan kaki dian (minyak untuk pelita), penggantian roti sajian, dan pembakaran ukupan. Namun, pelayanan ini bersifat terbatas karena hanya terjadi di bagian luar (tempat kudus) dan tidak memberikan akses langsung kepada Allah.

Pandangan Teologis:

  • John Owen menyatakan bahwa pelayanan ini menunjukkan keterbatasan hukum Taurat yang hanya menyediakan ritual simbolis tetapi tidak dapat membawa umat Allah kepada hubungan yang penuh dengan-Nya.
  • Leon Morris menambahkan bahwa kegiatan rutin ini menggarisbawahi bahwa dosa manusia terus-menerus membutuhkan penebusan, yang hanya dapat dipenuhi secara sempurna oleh Kristus.

b. Ibrani 9:7: Masuknya Imam Besar ke Tempat Mahakudus

“Tetapi, ke dalam bagian kedua hanya imam besar saja yang masuk, itu pun hanya sekali setahun...”

Masuknya imam besar ke tempat mahakudus pada Hari Pendamaian adalah momen paling sakral dalam ibadah Israel. Namun, bahkan imam besar tidak dapat masuk tanpa membawa darah, karena ia sendiri juga berdosa.

Makna Teologis:

  1. Keterbatasan Akses kepada Allah
    Tirai yang memisahkan tempat kudus dari tempat mahakudus melambangkan keterpisahan antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa. Hanya imam besar yang dapat masuk, itupun hanya sekali setahun dan dengan darah korban.
  2. Darah sebagai Pendamaian
    Darah korban menjadi syarat mutlak untuk mendamaikan dosa umat. Namun, darah ini bersifat sementara dan harus diulang setiap tahun, menunjukkan bahwa korban itu tidak sempurna (Ibrani 10:1-4).

4. Kristus sebagai Penggenapan Tata Ibadah Lama

Penulis Ibrani mengontraskan tata ibadah Perjanjian Lama dengan karya Kristus yang sempurna:

a. Kristus sebagai Imam Besar yang Sempurna

Yesus adalah Imam Besar Agung yang melampaui imam besar manusia. Ia tidak hanya memasuki tempat mahakudus duniawi, tetapi tempat mahakudus surgawi, membawa darah-Nya sendiri sebagai korban (Ibrani 9:11-12).

b. Korban yang Sekali untuk Selamanya

Berbeda dengan korban yang harus diulang setiap tahun, pengorbanan Kristus bersifat final dan berlaku untuk selama-lamanya (Ibrani 9:26-28).

c. Tirai yang Terbelah

Ketika Yesus mati di kayu salib, tirai di Bait Allah terbelah dua (Matius 27:51), melambangkan bahwa akses kepada Allah sekarang terbuka bagi semua orang melalui Kristus.

5. Pandangan Para Pakar Teologi

a. John Calvin

Calvin menyoroti bahwa tata ibadah Perjanjian Lama dirancang untuk mengarahkan hati umat kepada Kristus. Menurutnya, keterbatasan imam besar dan korban-korban darah menyoroti kebutuhan akan Imam Besar dan Korban yang sempurna, yang ditemukan dalam Kristus.

b. William Lane

Lane, dalam komentarnya tentang Ibrani, menegaskan bahwa ritual Hari Pendamaian adalah bayangan dari karya pendamaian Kristus. Ia menjelaskan bahwa Yesus, sebagai Imam Besar, tidak hanya masuk ke tempat mahakudus surgawi, tetapi juga menghapus dosa umat-Nya secara total.

c. George Guthrie

Guthrie menguraikan bagaimana Ibrani 9 menghubungkan ritual Perjanjian Lama dengan realitas surgawi. Menurutnya, pengorbanan Yesus tidak hanya melampaui tata ibadah lama tetapi juga memenuhi kebutuhan spiritual umat manusia dengan sempurna.

6. Relevansi bagi Umat Kristen Masa Kini

a. Akses Langsung kepada Allah

Melalui Yesus Kristus, orang percaya sekarang memiliki akses langsung kepada Allah tanpa memerlukan perantara manusia (Ibrani 4:16). Ini mengubah cara kita mendekat kepada Allah, yaitu dengan keberanian dan syukur.

b. Pengakuan atas Kesempurnaan Kristus

Tata ibadah Perjanjian Lama menunjukkan keterbatasan manusia dalam mendekati Allah. Namun, melalui karya Kristus, umat Allah telah menerima pendamaian yang sempurna, yang seharusnya menjadi dasar iman dan kehidupan kita.

c. Penyembahan yang Sejati

Kristus membuka jalan bagi umat-Nya untuk menyembah Allah dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:23-24). Penyembahan Kristen tidak lagi berpusat pada ritual simbolis, tetapi pada hubungan yang hidup dengan Allah melalui Kristus.

d. Panggilan untuk Hidup Kudus

Sebagai umat yang telah ditebus oleh darah Kristus, kita dipanggil untuk hidup kudus, sesuai dengan panggilan kita sebagai imam-imam Allah (1 Petrus 2:9).

Penutup

Ibrani 9:6-7 memberikan gambaran mendalam tentang tata ibadah Perjanjian Lama dan menunjukkan keterbatasannya dalam mendamaikan manusia dengan Allah. Ayat ini menyoroti kebutuhan akan Imam Besar dan Korban yang sempurna, yang hanya ditemukan dalam Yesus Kristus.

Baca Juga: Ibrani 9:1-5: Kemah Perjanjian Lama sebagai Bayangan dari Perjanjian Baru

Melalui karya Kristus, umat percaya sekarang memiliki akses langsung kepada Allah, pengampunan dosa yang kekal, dan panggilan untuk hidup dalam penyembahan sejati. Berdoalah mohon Roh Kudus memberikan pengertian ketika kita melakukan studi Alkitab. 

Next Post Previous Post