Kerasnya Keadilan Allah dan Kasih Karunia-Nya
Pendahuluan:
Keadilan Allah adalah salah satu atribut-Nya yang paling sering disalahpahami. Dalam teologi Reformed, keadilan Allah dipandang sebagai sifat ilahi yang mencerminkan kesempurnaan moral-Nya. Allah adalah hakim yang adil, yang tidak pernah gagal memberikan penghukuman kepada dosa dan ketidakbenaran. Namun, kerasnya keadilan Allah seringkali dipandang sebagai sesuatu yang
menakutkan atau bertentangan dengan kasih-Nya.
1. Keadilan Allah: Atribut yang Tak Terpisahkan dari Kekudusan-Nya
Keadilan Allah berakar pada kekudusan-Nya. Allah adalah sempurna dalam kekudusan, sehingga tidak ada dosa yang dapat dibiarkan tanpa hukuman. Dalam Ulangan 32:4, Musa berkata:"Gunung batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil; Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia."
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menegaskan bahwa keadilan Allah adalah ekspresi dari kekudusan-Nya. Calvin menulis:"Keadilan Allah menuntut bahwa dosa tidak boleh dibiarkan tanpa hukuman, karena ini akan mencemarkan kekudusan-Nya."
Keadilan Allah tidak dapat dipisahkan dari atribut-Nya yang lain. Kekudusan-Nya menuntut keadilan, sedangkan kasih-Nya memberikan jalan keluar bagi manusia melalui pengorbanan Kristus.
2. Mengapa Keadilan Allah Tampak Keras?
Keadilan Allah sering dianggap keras karena manusia cenderung memandang dosa dengan ringan. Dalam Roma 6:23, Paulus menjelaskan bahwa "upah dosa ialah maut." Ini berarti setiap dosa, sekecil apa pun, pantas mendapatkan hukuman kekal.
Menurut Jonathan Edwards, dalam khotbah terkenalnya Sinners in the Hands of an Angry God, keadilan Allah tampak keras karena manusia tidak memahami kedalaman dosa mereka. Edwards berkata:"Manusia adalah makhluk yang telah memberontak terhadap Penciptanya, dan setiap dosa adalah penghinaan terhadap kemuliaan Allah yang tak terbatas."
Edwards menekankan bahwa kerasnya keadilan Allah adalah pengingat akan betapa seriusnya konsekuensi dosa. Dosa bukan hanya pelanggaran hukum moral, tetapi penghinaan langsung terhadap sifat Allah yang kudus.
3. Hukuman Allah sebagai Ekspresi Keadilan-Nya
Dalam Perjanjian Lama, kerasnya keadilan Allah sering terlihat dalam hukuman langsung atas dosa. Contohnya adalah penghukuman atas Sodom dan Gomora (Kejadian 19) dan banjir pada zaman Nuh (Kejadian 6-7). Hukuman ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan dosa berlangsung tanpa balasan.
Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menjelaskan bahwa hukuman Allah adalah manifestasi dari keadilan-Nya yang sempurna. Dia menulis:"Keadilan Allah menuntut bahwa dosa dihukum, bukan karena Allah kejam, tetapi karena itu adalah konsekuensi alami dari kekudusan-Nya yang sempurna."
Bavinck juga menekankan bahwa hukuman Allah tidak pernah sewenang-wenang, tetapi selalu sesuai dengan sifat dosa itu sendiri.
4. Salib Kristus: Tempat Keadilan dan Kasih Bertemu
Kerasnya keadilan Allah paling jelas terlihat dalam salib Kristus. Di salib, keadilan Allah yang keras dan kasih-Nya yang besar bertemu. Dalam Yesaya 53:5-6, dinyatakan bahwa Kristus menanggung hukuman yang seharusnya menjadi milik kita:"Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh."
Menurut Charles H. Spurgeon, salib adalah bukti bahwa Allah tidak mengabaikan keadilan-Nya, tetapi menegakkannya dalam kasih karunia-Nya. Spurgeon berkata:"Allah tidak pernah mempermudah dosa. Di salib, keadilan yang keras ditegakkan, tetapi kasih yang lembut juga diberikan."
Salib menunjukkan bahwa keadilan Allah tidak pernah berkompromi, tetapi juga bahwa kasih-Nya menyediakan jalan keselamatan bagi mereka yang percaya.
5. Kehidupan Orang Percaya dalam Terang Keadilan Allah
Orang percaya dipanggil untuk hidup dalam kesadaran akan keadilan Allah. Dalam 1 Petrus 1:17, kita diingatkan:"Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini."
Kehidupan dalam terang keadilan Allah berarti menghormati kekudusan-Nya, menjauhi dosa, dan hidup dalam ketaatan kepada firman-Nya. John Calvin menekankan bahwa kehidupan yang menghormati keadilan Allah adalah kehidupan yang diarahkan untuk memuliakan Dia. Dia menulis:"Hidup yang sejati adalah hidup yang diperintah oleh rasa takut akan Tuhan, yang mengarahkan hati kepada ketaatan dan penghormatan kepada kehendak-Nya."
6. Keselamatan: Kasih Karunia di Tengah Keadilan
Dalam teologi Reformed, keselamatan adalah bukti kasih karunia Allah di tengah kerasnya keadilan-Nya. Ephesians 2:8-9 menjelaskan:"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."
Menurut Herman Bavinck, keselamatan menunjukkan bahwa Allah tidak hanya adil, tetapi juga penuh kasih. Namun, kasih karunia ini tidak pernah menghapus keadilan Allah, melainkan memenuhinya melalui Kristus.
7. Penghakiman Terakhir: Puncak dari Keadilan Allah
Keadilan Allah akan mencapai puncaknya dalam penghakiman terakhir. Dalam Wahyu 20:11-15, digambarkan bahwa semua manusia akan dihakimi berdasarkan apa yang telah mereka lakukan.
Jonathan Edwards menekankan bahwa penghakiman terakhir adalah bukti keadilan Allah yang sempurna. Dia menulis: "Di penghakiman terakhir, keadilan Allah akan dinyatakan kepada seluruh ciptaan, menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang benar dan adil."
Edwards juga mengingatkan bahwa penghakiman terakhir adalah panggilan bagi semua manusia untuk bertobat dan mencari kasih karunia Allah.
8. Menjawab Kerasnya Keadilan Allah dengan Kasih dan Rasa Takut
Menghadapi kerasnya keadilan Allah, respons manusia haruslah bertobat, bersandar pada Kristus, dan hidup dalam rasa takut akan Tuhan. Charles Spurgeon berkata:"Rasa takut akan Tuhan bukanlah ketakutan yang menghancurkan, tetapi rasa hormat yang mendalam terhadap kekudusan dan keadilan-Nya."
Spurgeon juga menekankan bahwa kasih kepada Allah bertumbuh ketika kita menyadari bahwa keadilan-Nya telah dipenuhi dalam Kristus untuk keselamatan kita.
Kesimpulan
Kerasnya keadilan Allah adalah cerminan dari kekudusan dan kedaulatan-Nya yang sempurna. Keadilan ini mungkin tampak keras bagi manusia yang berdosa, tetapi itu adalah bagian integral dari sifat Allah yang benar. Dalam terang Kristus, kita melihat bahwa keadilan Allah tidak pernah bertentangan dengan kasih-Nya, tetapi keduanya bekerja bersama untuk menyatakan kemuliaan-Nya.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan, penghormatan, dan kasih kepada Allah, yang telah menyatakan keadilan-Nya melalui pengorbanan Kristus. Kesadaran akan keadilan Allah seharusnya membawa kita kepada pertobatan, iman yang teguh, dan kehidupan yang memuliakan Dia.
Soli Deo Gloria!