Kristus sebagai Pengantara

Pendahuluan:

Dalam teologi Kristen, Kristus sebagai Pengantara (Mediator) adalah salah satu doktrin sentral yang menggambarkan peran unik Yesus dalam mendamaikan manusia dengan Allah. Peran ini melibatkan kehadiran-Nya sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia untuk memulihkan hubungan yang rusak akibat dosa. Sebagai Pengantara, Kristus menjalankan fungsi utama dalam rencana keselamatan, yaitu 
menjadi perantara antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa.

Kristus sebagai Pengantara
Artikel ini akan membahas konsep Kristus sebagai Pengantara dari dasar Alkitabiah, pemahaman teologis, dan refleksi beberapa pakar teologi.

Dasar Alkitabiah Kristus sebagai Pengantara

1. Peran Pengantara dalam Perjanjian Lama
Konsep pengantara memiliki akar dalam Perjanjian Lama, di mana peran ini sering dijalankan oleh para imam, nabi, dan raja. Ketiga jabatan ini menjadi gambaran awal dari karya Yesus sebagai Pengantara.

  • Para Imam
    Imam bertugas untuk mempersembahkan korban bagi dosa umat Israel dan menjadi perantara antara Allah dan manusia. Dalam Imamat 16, misalnya, imam besar mempersembahkan korban penebusan dosa untuk bangsa Israel pada Hari Pendamaian. Ini menjadi bayangan dari Yesus, Imam Besar yang memberikan diri-Nya sendiri sebagai korban sempurna untuk dosa umat manusia (Ibrani 7:27).

  • Para Nabi
    Nabi adalah perantara yang menyampaikan Firman Allah kepada umat-Nya. Musa, salah satu nabi terbesar dalam Perjanjian Lama, sering berperan sebagai pengantara antara Allah dan bangsa Israel, seperti terlihat dalam peristiwa di Gunung Sinai (Keluaran 19-20). Musa menjadi gambaran nubuat akan Yesus sebagai Nabi yang sempurna (Ulangan 18:15).

  • Para Raja
    Sebagai penguasa yang diurapi oleh Allah, raja bertugas memimpin umat Allah dalam keadilan dan kebenaran. Daud, sebagai raja yang disebut “sesuai dengan hati Allah” (1 Samuel 13:14), menjadi bayangan akan Raja yang lebih besar, yaitu Yesus Kristus.

2. Kristus sebagai Pengantara dalam Perjanjian Baru
Perjanjian Baru secara eksplisit menyatakan bahwa Yesus adalah Pengantara yang mendamaikan manusia dengan Allah.

  • 1 Timotius 2:5"Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus."
    Ayat ini menegaskan bahwa Yesus adalah satu-satunya Pengantara, yang mampu mendamaikan manusia dengan Allah melalui karya-Nya di salib.

  • Ibrani 8:6"Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi."
    Kristus adalah Pengantara Perjanjian Baru, yang menyempurnakan perjanjian lama melalui pengorbanan-Nya sekali untuk selamanya.

  • Yohanes 14:6"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku."
    Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan bagi manusia untuk kembali kepada Allah.

Fungsi Kristus sebagai Pengantara

  1. Pengantara Perjanjian
    Kristus adalah Pengantara Perjanjian Baru, menggantikan perjanjian lama yang didasarkan pada hukum Taurat. Melalui darah-Nya, Kristus menyegel perjanjian yang membawa manusia kepada Allah dengan janji kehidupan kekal (Ibrani 9:15).

  2. Pendamaian Dosa
    Sebagai Pengantara, Kristus mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna untuk dosa manusia. Melalui kematian-Nya di kayu salib, Ia mendamaikan manusia yang berdosa dengan Allah yang kudus (Roma 5:10).

  3. Perantara dalam Doa
    Kristus juga berperan sebagai perantara dalam doa-doa orang percaya. Dalam Roma 8:34, Paulus menyatakan bahwa Kristus duduk di sebelah kanan Allah dan senantiasa menjadi perantara bagi kita.

  4. Pemulihan Hubungan dengan Allah
    Melalui karya-Nya sebagai Pengantara, Kristus memulihkan hubungan yang rusak antara Allah dan manusia. Dalam Efesus 2:14-16, Paulus menggambarkan bagaimana Kristus menghancurkan tembok pemisah antara manusia dan Allah melalui salib-Nya.

Makna Teologis Kristus sebagai Pengantara

  1. Kemanusiaan dan Keilahian Yesus
    Sebagai Pengantara, Yesus harus memiliki dua natur: sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Keilahian-Nya memungkinkan Dia untuk mendamaikan dosa yang tak terbatas, sementara kemanusiaan-Nya memungkinkan Dia untuk mewakili manusia di hadapan Allah. Doktrin ini dijelaskan dengan baik dalam Konsili Kalsedon (451 M), yang menegaskan bahwa Yesus adalah satu pribadi dengan dua natur, tanpa tercampur atau terpisah.

  2. Karya Penebusan yang Sempurna
    Kristus sebagai Pengantara menunjukkan bahwa karya penebusan-Nya adalah final dan sempurna. Sebagaimana tertulis dalam Ibrani 10:12, Yesus mempersembahkan korban sekali untuk selamanya, yang tidak perlu diulang lagi seperti korban dalam sistem keimaman Perjanjian Lama.

  3. Keselamatan Hanya Melalui Kristus
    Sebagai satu-satunya Pengantara, Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan. Pandangan ini menegaskan eksklusivitas Injil, bahwa keselamatan tidak dapat ditemukan dalam agama, perbuatan baik, atau mediator lain selain Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 4:12).

Pandangan Para Pakar Teologi tentang Kristus sebagai Pengantara

1. Agustinus dari Hippo
Agustinus menekankan pentingnya inkarnasi Yesus sebagai prasyarat untuk menjadi Pengantara. Dalam bukunya The City of God, ia menulis:"Kristus, sebagai Allah yang menjadi manusia, menjembatani jurang antara keilahian dan kemanusiaan. Melalui-Nya, manusia dapat diperdamaikan dengan Allah."
Bagi Agustinus, karya Kristus sebagai Pengantara adalah wujud kasih Allah yang tak terhingga kepada manusia.

2. Anselmus dari Canterbury
Dalam Cur Deus Homo (Mengapa Allah Menjadi Manusia), Anselmus menjelaskan bahwa Kristus sebagai Pengantara adalah kebutuhan mutlak dalam rencana keselamatan. Ia menulis:"Dosa manusia adalah pelanggaran terhadap kehormatan Allah yang tak terbatas, sehingga hanya Allah yang dapat memberikan pendamaian. Namun, karena manusia yang harus menanggung hukuman dosa, Allah menjadi manusia dalam Yesus Kristus untuk memenuhi keadilan-Nya."
Anselmus menekankan bahwa Kristus sebagai Pengantara mendamaikan keadilan dan kasih Allah.

3. John Calvin
Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menggambarkan Kristus sebagai Pengantara dalam tiga jabatan-Nya: nabi, imam, dan raja.

  • Sebagai nabi, Kristus menyatakan kehendak Allah kepada manusia.
  • Sebagai imam, Ia mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna untuk dosa.
  • Sebagai raja, Ia memerintah dan melindungi umat-Nya.

Calvin juga menekankan bahwa karya pengantaraan Kristus adalah karya anugerah Allah yang sepenuhnya, tanpa campur tangan usaha manusia.

4. Karl Barth
Barth dalam Church Dogmatics menekankan bahwa Kristus sebagai Pengantara adalah inti dari wahyu Allah. Ia menulis:"Dalam Kristus, Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia dan membawa manusia kembali kepada diri-Nya."
Barth menekankan bahwa pengantaraan Kristus adalah wujud kasih Allah yang sepenuhnya bersifat anugerah, yang mengatasi segala dosa dan pemberontakan manusia.

5. J.I. Packer
Dalam bukunya Knowing God, Packer menyoroti peran Kristus sebagai Pengantara dalam kehidupan doa orang percaya. Ia menulis:"Kristus bukan hanya mendamaikan dosa kita, tetapi juga terus menjadi perantara kita di hadapan Allah, menjamin bahwa doa-doa kita diterima dan kita selalu diterima dalam kasih-Nya."

Implikasi Praktis Kristus sebagai Pengantara

  1. Jaminan Keselamatan
    Kristus sebagai Pengantara memberikan jaminan keselamatan bagi orang percaya. Karena karya-Nya sempurna dan final, orang percaya dapat hidup dengan keyakinan bahwa dosa mereka telah diampuni dan hubungan mereka dengan Allah telah dipulihkan.

  2. Hidup dalam Iman
    Sebagai satu-satunya Pengantara, Kristus memanggil manusia untuk percaya kepada-Nya sebagai jalan keselamatan. Yohanes 14:6 mengajarkan bahwa hanya melalui iman kepada Yesus seseorang dapat datang kepada Bapa.

  3. Doa yang Diterima Allah
    Kristus sebagai Pengantara menjamin bahwa doa-doa orang percaya diterima di hadapan Allah. Hal ini memberikan dorongan untuk berdoa dengan keyakinan dan ketekunan.

  4. Panggilan untuk Meneladani Kristus
    Sebagai Pengantara yang mempersembahkan diri-Nya untuk orang lain, Kristus memberikan teladan bagi orang percaya untuk hidup dalam kasih, pelayanan, dan pengorbanan demi sesama.

Kesimpulan

Kristus sebagai Pengantara adalah doktrin sentral dalam teologi Kristen yang menegaskan peran unik Yesus dalam mendamaikan manusia dengan Allah. Melalui inkarnasi, kematian, dan kebangkitan-Nya, Kristus menjadi jembatan antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa.

Pandangan para teolog seperti Agustinus, Anselmus, Calvin, Barth, dan Packer memperlihatkan bahwa karya pengantaraan Kristus adalah karya kasih dan anugerah Allah yang luar biasa. Implikasi dari doktrin ini meluas ke dalam kehidupan orang percaya, memberikan jaminan keselamatan, mendorong doa yang penuh keyakinan, dan memanggil umat Allah untuk hidup dalam kasih dan pelayanan.

Sebagaimana ditegaskan dalam 1 Timotius 2:5, "Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus," kita dipanggil untuk mengenal, mengimani, dan menghidupi kebenaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Kristus adalah Pengantara yang sempurna, yang membawa damai sejahtera dan pendamaian antara Allah dan manusia.

Next Post Previous Post