Penolakan Orang Yahudi terhadap Yesus: Yohanes 7:25-27
Yohanes 7:25-27 menggambarkan respons orang Yahudi terhadap Yesus di tengah ketegangan yang meningkat di Yerusalem selama Hari Raya Pondok Daun. Perikop ini menunjukkan bagaimana keraguan dan keberatan orang Yahudi terhadap Yesus mencerminkan kebingungan mereka tentang identitas-Nya sebagai Mesias. Ayat-ayat ini memperlihatkan sikap mereka yang skeptis dan penolakan terhadap klaim Yesus, meskipun Ia telah melakukan mukjizat dan mengajarkan kebenaran.
Artikel ini akan membahas Yohanes 7:25-27 secara mendalam dengan menganalisis konteks historis dan teologis, meninjau pandangan para pakar teologi, serta menjelaskan relevansinya bagi kehidupan orang percaya.Konteks Yohanes 7:25-27
1. Latar Belakang Narasi
Peristiwa dalam Yohanes 7 terjadi selama Hari Raya Pondok Daun (Yohanes 7:2), salah satu perayaan besar Yahudi yang diadakan di Yerusalem. Dalam konteks ini, Yesus menghadapi berbagai tanggapan terhadap pengajaran-Nya, termasuk kekaguman, kebingungan, dan penolakan.
Orang-orang Yahudi terbagi mengenai identitas Yesus. Sebagian memandang Dia sebagai nabi atau Mesias, sementara yang lain meragukan klaim-Nya. Para pemimpin agama, yang merasa terancam oleh pengaruh Yesus, berencana untuk membunuh-Nya (Yohanes 7:1).
2. Tema Utama Yohanes 7:25-27
Ayat-ayat ini mengungkapkan keberatan orang Yahudi terhadap Yesus berdasarkan tiga isu utama:
- Rencana para pemimpin agama untuk membunuh Yesus (Yohanes 7:25).
- Sikap para pemimpin agama yang tampak pasif terhadap Yesus (Yohanes 7:26).
- Kesalahpahaman orang Yahudi tentang asal-usul Mesias (Yohanes 7:27).
Analisis Ayat Yohanes 7:25-27
1. “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh?” (Yohanes 7:25)
Pernyataan ini menunjukkan bahwa rencana para pemimpin agama untuk membunuh Yesus telah diketahui oleh beberapa orang di Yerusalem. Meskipun rencana tersebut tidak diumumkan secara terbuka, desas-desus tentang permusuhan terhadap Yesus sudah tersebar luas.
Pandangan Teologis:
- Leon Morris mencatat bahwa ayat ini mencerminkan ketegangan antara Yesus dan para pemimpin agama. Orang-orang Yahudi menyadari ancaman terhadap Yesus, tetapi tidak memahami alasan sebenarnya di balik permusuhan tersebut.
- Craig Keener menyoroti bahwa rencana untuk membunuh Yesus adalah bagian dari respons dunia yang berdosa terhadap terang Allah. Penolakan terhadap Yesus menunjukkan kebutaan rohani mereka.
Makna Teologis:
Ayat ini mengungkapkan bahwa rencana manusia untuk melawan Yesus tidak dapat menghalangi rencana Allah. Meskipun Yesus menghadapi ancaman pembunuhan, Ia tetap melaksanakan misi-Nya dengan keberanian dan ketaatan.
2. “Lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya” (Yohanes 7:26)
Orang-orang Yahudi heran melihat Yesus berbicara secara terbuka di hadapan umum tanpa diintervensi oleh para pemimpin agama. Ketidaktegasan para pemimpin agama menimbulkan pertanyaan tentang sikap mereka terhadap Yesus.
Pandangan Teologis:
- D.A. Carson menyatakan bahwa ketidaktegasan para pemimpin agama menunjukkan dilema mereka. Di satu sisi, mereka ingin menyingkirkan Yesus; di sisi lain, mereka takut akan reaksi orang banyak yang mungkin mendukung Yesus.
- William Barclay menambahkan bahwa keberanian Yesus untuk mengajar secara terbuka mencerminkan keyakinan-Nya terhadap misi ilahi-Nya. Ia tidak gentar menghadapi ancaman.
Makna Teologis:
Keberanian Yesus dalam menghadapi permusuhan adalah teladan bagi orang percaya untuk tetap setia kepada kebenaran, meskipun menghadapi ancaman atau tekanan.
3. “Mungkinkah para pemimpin benar-benar tahu bahwa Dia adalah Kristus?” (Yohanes 7:26b)
Pertanyaan ini mencerminkan kebingungan orang-orang Yahudi. Mereka bertanya-tanya apakah para pemimpin agama mulai mengakui klaim Yesus sebagai Mesias. Namun, keraguan mereka tetap muncul karena pemahaman mereka yang keliru tentang identitas Mesias.
Pandangan Teologis:
- John Stott menulis bahwa pertanyaan ini mencerminkan konflik batin orang-orang Yahudi, yang tidak dapat memahami mengapa para pemimpin agama tampak pasif terhadap Yesus jika mereka benar-benar percaya bahwa Ia bukan Mesias.
- R.C. Sproul menekankan bahwa kebingungan ini mencerminkan kesalahpahaman umum tentang Mesias, yang diharapkan sebagai pemimpin politik yang membebaskan Israel dari penjajahan Romawi.
Makna Teologis:
Pertanyaan ini menunjukkan bahwa pengenalan akan Yesus sebagai Mesias membutuhkan pencerahan rohani yang hanya dapat diberikan oleh Roh Kudus (Matius 16:17).
4. “Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya” (Yohanes 7:27)
Orang Yahudi menolak klaim Yesus sebagai Mesias dengan alasan bahwa mereka mengetahui asal-usul-Nya. Menurut mereka, Mesias seharusnya memiliki asal-usul yang misterius atau tidak diketahui.
Pandangan Teologis:
- F.F. Bruce mencatat bahwa pandangan ini didasarkan pada tradisi Yahudi yang keliru, yang menganggap bahwa Mesias akan muncul secara tiba-tiba tanpa asal-usul yang jelas.
- Leon Morris menambahkan bahwa keberatan ini mencerminkan ketidakmampuan mereka untuk memahami asal-usul ilahi Yesus, yang berasal dari Allah Bapa (Yohanes 6:38).
Makna Teologis:
Ayat ini menunjukkan bahwa penolakan terhadap Yesus sering kali didasarkan pada asumsi yang salah. Orang-orang Yahudi gagal memahami kebenaran tentang identitas Yesus karena mereka terjebak dalam tradisi dan prasangka mereka sendiri.
Makna Teologis Yohanes 7:25-27
1. Penolakan sebagai Bagian dari Rencana Allah
Penolakan terhadap Yesus oleh orang Yahudi adalah bagian dari rencana Allah untuk keselamatan dunia. Melalui penolakan ini, Yesus melangkah menuju salib untuk menebus dosa umat manusia.
Referensi Alkitab Lain: Dalam Yohanes 1:11, Yohanes menulis:“Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.”
2. Kebutaan Rohani Manusia
Kebingungan dan penolakan orang Yahudi mencerminkan kebutaan rohani yang hanya dapat diatasi oleh pencerahan dari Allah.
Referensi Alkitab Lain: Dalam 2 Korintus 4:4, Paulus menulis:“Pada mereka ilah zaman ini telah membutakan pikiran orang-orang yang tidak percaya, supaya mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.”
3. Identitas Yesus sebagai Mesias
Perikop ini menegaskan bahwa identitas Yesus sebagai Mesias melampaui harapan manusia. Yesus bukan hanya pemimpin politik atau nasional, tetapi Juruselamat dunia.
Referensi Alkitab Lain: Dalam Yohanes 8:23, Yesus berkata:“Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.”
Relevansi Yohanes 7:25-27 bagi Kehidupan Kristen
1. Tetap Setia di Tengah Penolakan
Seperti Yesus yang tetap setia kepada misi-Nya meskipun menghadapi penolakan, orang percaya dipanggil untuk bertekun dalam iman, meskipun menghadapi kritik atau perlawanan.
Aplikasi:
- Berdoalah untuk keberanian menghadapi tantangan iman.
- Tetaplah mengandalkan kebenaran Injil sebagai fondasi hidup.
2. Melihat Melampaui Prasangka
Orang Yahudi menolak Yesus karena prasangka mereka. Kita dipanggil untuk mencari kebenaran Allah tanpa terhalang oleh prasangka atau asumsi pribadi.
Aplikasi:
- Belajarlah untuk melihat kebenaran dengan hati yang terbuka melalui pembacaan firman Allah.
- Mintalah Roh Kudus untuk memberikan pengertian yang benar tentang Yesus.
3. Mengakui Yesus sebagai Mesias
Yesus adalah Mesias yang dinantikan. Kita dipanggil untuk mengakui Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidup kita.
Aplikasi:
- Renungkan karya penebusan Yesus dan responsilah dengan iman dan ketaatan.
- Jadikan Yesus sebagai pusat dari segala aspek kehidupan Anda.
Kesimpulan
Yohanes 7:25-27 menggambarkan penolakan orang Yahudi terhadap Yesus berdasarkan kebingungan mereka tentang identitas Mesias. Penolakan ini mencerminkan kebutaan rohani dan prasangka yang menghalangi mereka untuk mengenali Yesus sebagai Mesias.
Baca Juga: Yohanes 7:21-24: Yesus Menegur Praktik yang Tidak Konsisten
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk setia dalam menghadapi penolakan, membuka hati kita terhadap kebenaran Allah, dan mengakui Yesus sebagai Mesias yang membawa keselamatan bagi dunia. “Mungkinkah para pemimpin benar-benar tahu bahwa Dia adalah Kristus?” (Yohanes 7:26b).